Sebenarnya bagian kedua ini adalah kelanjutan peristiwa di Istana Trayastrimsa Varga Rddhidhi Jnanam pada bagian pertama, bagian kedua juga dibagi menjadi sub bagian lagi yang berjudul Berbagai Macam Neraka dan Namanya, Sanjungan dan Pujian Sang Tathagata, Manfaat bagi yang Hidup dan yang Meninggal Dunia, Pujian Yamaraja dan Pengikutnya, Manfaat Menyebut Nama Buddha. Berikut penjelasannya:
Neraka seperti yang telah dijelaskan sedikit dalam bagian pertama, berada di sebelah timur Jambudvipa terdapat di sebuah dunung besar bernama Cakravada. Di dalam gunung ini gelap sekali dan sulit ditembus cahaya bulan dan matahari. Di dalamnya terdapat Neraka utama yang maha besar bernama Anantarya dan disebelahnya adalah Avici. Selain itu terdapat neraka-neraka lainnya seperti Neraka Pojok Empat, Neraka Pedang Terbang, Neraka Panah Api, Neraka Gunung Berapit, dan neraka-neraka lainnya. Dalam neraka-neraka tersebut terdapat lagi neraka-neraka kecil yang tak tentu jumlahnya. Hukuman-hukuman dineraka sangatlah beragam, dari mencabut lidah, dibajak oleh kerbau besi hingga lumat, mencabut jantung, dimakan Yaksa, dimasak dengan air mendidih, disiksa dengan menyentuh tiang tembaga panas hingga hangus, ada yang dibakar dengan api yang berkobar dashyatnya, ada yang dilemparkan ke Neraka yang penuh dengan salju hingga kedinginan serta mati beku seketika, ada yang dilemparkan ke Neraka yang berisi air kotor berbau busuk tak terperikan hingga mati sesak napas, dan hukuman kejam lainnya. Semua ini akibat karma umat yang bersangkutan. Demikian penjelasan mengenai karma yang dijelaskan oleh Bodhisattva Ksitigarbha.
Sang Buddha berlanjut dan menjelaskan jika pada masa mendatang, apabila putra-putri berbudi yang setelah mendengar nama Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha, lalu atas kesadaran hati sanubari yang sedalam-dalamnya memberi hormat, memuji, dan merenungkan jasa-jasa Beliau, dengan demikian si pemuja telah memusnahkan karma buruknya sebanyak 33 kalpa; seandainya terdapat putra-putri berbudi yang melukis gambar Bodhisattva Ksitigarbha atau membuat rupang-Nya kemudian menghormatinya dengan mengadakan puja bhakti, maka si pemuja tersebut akan mendapatkan kesempatan lahir di Surga Trayatrimsa sebanyak serratus kali berturut-turut setelah meninggal dunia! Jika masa hidup di Surga telah habis, ia masih dapat tumimbal lahir di alam manusia sebagai raja atau bangsawan yang mulia dan ia takkan terjerumus ke dalam alam sengsara; apabila terdapat seorang wanita yang tidak senang akan parasnya dan sakit-sakitan lalu ia memberi hormat dan bersembahyang di hadapan rupang Bodhisattva Ksitigarbha, walaupun lamanya sekejap saja, di masa yang akan datang ia akan memiliki paras yang amat cantik dan sehat hingga ratusan ribu kali ia dilahirkan; jika terdapat putra-putri berbudi yang sering memuji jasa-jasa Bodhisattva Ksitigarbha dengan diiringi nyanyian dan tarian rohani disertai dengan persembahan bunga-bungaan, dupa, dan sebagainya didepan gambar-Nya atau menyadarkan seseorang datau beberapa orang untuk berlindung kepada Sang Triratna; maka umat tersebut baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang akan dilindungi oleh ratusan ribu malaikat yang berbudi siang dan malam, tidak ada kabar buruk dan tidak ada musibah yang menimpa dirinya; dan sebagainya. Ini semua disebabkan menghormati Bodhisattva Ksitigarbha dengan tulus ikhlas hingga mendapat pahala yang demikian membanggakan. Sebaliknya juga, jika dimasa yang akan datang terdapat umat manusi yang berkelakuan jahat, mengejek, menyindir, menghina, serta menganggap persembahan tidak ada gunanya, bahkan berani menertawakan atau membuat fitnahan, mengajak mahluk-mahluk lain bersama melakukan kejahatan, meskipun itu hanya berupa pikiran sekecil apapun; mahluk ini akan terjerumus ke dalam Neraka Avici, beribu-ribu kali lalu dilahirkan di alam peta lalu dilahirkan kembali menjadi manusia yang hina serta cacat dan batinnya selalu dipengaruhi sengan karmanya dan tak lama akan kembali ke alam sengsara lagi; apalagi yang dengan sengaja berusaha memusnahkan Buddha Dharma. Ada sepuluh hari yang suci (Dasa Upavasatha), yaitu tanggal 1, 8, 15, 18, 23, 24, 28, 29, 30 menurut tanggalan bulan yang merupakan hari pengumpulan karma, jika dalam sepuluh hari tersebut dapat membaca Sutra Bodhisattva Ksitigarbha Purva Pranidhana dihadapan gambar Buddha dan Bodhisattva, maka daerah empat penjuru mata angin seluas satu yojana akan terhindar dari malapetaka, seisi anggota keluarganya takkan tertimpa musibah atau terkena penyakit parah, selalu cukup sandang pangan, penghidupannya sejahtera; walau ada umat yang hanya mendengarkan nama Bodhisattva Ksitigarbha atau melihat gambar Bodhisattva Ksitigarbha atau hanya mendengarkan tiga atau lima atau pun satu bait syair (gatha) kata dari Sutra Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana, dalam masa sekarang ini mereka akan merasa hidupnya amat tentram dan di masa yang akan datang mereka dilahirkan dalam keluarga yang mulia dengan paras muka yang rupawan. Bodhisattva Ksitigarbha memiliki daya mahaprabhava yang tak terbayangkan untuk menyelamatkan umat mencapai kebebasan.
Setelah itu Bodhisattva Ksitigarbha melanjutkan, Andaikan di masa yang akan datang atau di masa sekarang, terdapat almarhum yang sesungguhnya akan mendapatkan anugerah dari para suciwan dan akan dilahirkan di alam manusia atau dewa, namun berhubung ketika almarhum meninggal dunia, keluarganya melakukan pembunuhan yang disajikan kepada jin-jin dan setan, akibatnya almarhum terlibat dalam karma buruk itu dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan keluarganya itu diakhirat, sehingga terlambatdilahirkan ke alam yang lebih baik. Jika terdapat umat yang sewaktu berada didunia banyak berbuat karma buruk, meski keluarganya telah banyak berbuat amaldan disalurkan kepada almarhum, namun almarhum hanya dapat sepertujuh saja dari jasa-jasa tersebut, yang enam bagian milik keluarga yang berada di dunia. Almarhum yang belum menerima keputusan lahir entah dimana, selama 49 hari selalu mengharapkan keluarganya membuat amal bhakti bagi dirinya, agar secepatnya almarhum terbebaskan dari kesengsaraan, setelah 49 hari almarhum akan menerima keputusan berdasarkan karmanya, jika sanak keluarganya mengadakan amal bhakti dengan mempersembahkan saji-sajian kepada Sang Triratna untuk membantu menyelamatkan almarhum dari kesengsaraan, selama persiapan dan berlangsungnya upacara Upasatha, bekas air pencuci beras, sisa-sisa sayur masakan, dan lain-lain tidak boleh sembarang di buang di lantai, serta makanan yang dipersembahkan tidak boleh dimakan oleh yang menyelenggarakannya, jika peraturan dan tata caranya dilanggar juga penyajiannya tidak memenuhi syarat kebersihan dan tidak rapi, bagi almarhum tidak akan memberikan manfaat apapun juga.
Raja Setan beserta Yamaraja di Istana Trayatrimsa tempat Sang Buddha memberikan khotbah menjelaskan tentang Raja Setan. Raja Setan beragam diantaranya Raja Setan Maha Jahat, Raja Setan Aneka Kejahatan, Raja Setan Pertengkaran, Raja Setan Putih, Raja Setan Macan Putih, Merah dan Penyebar Malapetaka, Raja Setan Terbang, Raja Setan Kilat Petir, Raja Setan Bergigi Serigala, Raja Setan Penelan Binatang, dan Raja Setan lain-lainnya. Setiap Raja Setan memimpin ratusan Raja Setan Muda yang berasal dari Jambudvipa, semua mempunyai tugas dan kedudukan masing-masing. Raja Setan Pengurus Nyawa yang bertugas mengurus kelahiran dan kematian menjelaskan hendaknya umat banyak berbuat kebajikan untuk menambah suasana nyaman dalam rumah tangganya, agar para dewa bumi merasa gembira dan senang memberi perlindungan kepada ibu dan anak, atau setelah bayi lahir dengan selamat janganlah membunuh mahluk berjiwa sebagai santapan yang dihidangkan kepada ibu atau untuk menjamu sanak saudara dan tamu dengan berbagai minuman keras dan lauk pauk yang beraneka ragam disertai dengan hiburan bermain musik. Hal itu semua akan mengakibatkan ibu dan anaknya berkurang kesejahteraannya. Begitupun saat mereka akan meninggal dunia, baik yang jahat ataupun tidak, akan dibantu oleh Raja Setan Pengurus Nyawa agar tidak terjerumus ke alam kesengsaraan, karena jika meninggal dunia akan datang ratusan iblis jahat menjelma sebagai orang tua atau sanak keluarganya menjemput dan membujuk almarhum untuk ikut mereka ke alam kesengsaraan. Ketika meninggal dunia, kesadaran akan amat lemah dan bingung membedakan baik dan buruk, pikiran keruh sekali, pengelihatan dan pendengaran kabur dan mudah terpedaya oleh iblis jahat, saat itu sanak keluarga perlu secepatnya mengadakan puja bhakti dengan pembacaan Sutra Buddha, memuliakan nama Buddha, Bodhisattva Mahasattva, dengan demikian almarhum dapat terbebas dari alam kesengsaraan.
Ksitigarbha Bodhisattva juga memberikan satu cara yang mudah dan bermanfaat bagi para umat di masa yang akan datang juga dapat dimanfaatkan dalam menghadapi kelahiran dan kematian yang mereka alami dari masa ke masa. Jika terdapat seorang meninggal dunia, saat itu seluruh anggota atau hanya seorang saja menyebut nama Buddha dengan suara lantang secara berulang-ulang, karma berat pancanantarya yang dilakukan almarhum akan mendapatk kesempatan terhapus; apalagi jika seorang yang akan meninggal dunia dapat menyebut-nyebut nama Buddha, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang tak terbatas dan terhapuskan segala karma buruknya. Semua mahluk yang berada di masa sekarang atau masa yang akan datang, naik dewa ataupun manusia, lelaki atau wanita, bila mereka dapat menyebut salah satu nama Buddha atau nama para Buddha, mereka akan mendapatkan kebajikan yang diada bandingnya, banyak sekali manfaatnya, baik saat mereka lahir maupun ketika meninggal dunia mereka takkan terjerumus ke alam kesengsaraan, tapi akan menikmati kebahagiaan!