Wednesday, March 31, 2010
How famous you in cyberspace?
everyone definitely want famous and known many people. You want to know how famous are you in cyberspace?
Check this site: www.webmii.com
Enter your name and look at your point! You can see detail about your point preview and your review.
Nice Site
Check this site: www.webmii.com
Enter your name and look at your point! You can see detail about your point preview and your review.
Nice Site
Tuesday, March 30, 2010
Sejarah World of Warcraft (Part V) Kembalinya Pasukan Burning Legion
Bangsa Scourge di Lordaeron
Warcraft 3: Bangkitnya Kehancuran
Setiap bersiap selama beberapa bulan, Kel’Thuzad dan Pasukan Terkutuk akhirnya memulai serangan pertamanya dengan menyebarkan Penyakit Kematian diatas langit Lordaeron. Uther dan Paladin pengikutnya menyelidiki daerah yang terinfeksi dan berharap menemukan cara untuk menghentikan wabah penyakit ini. Tidak memperdulikan usaha mereka, Penyakit Kematian terus menyebar dan mengancam untuk memecah kesatuan Bangsa Alliance.
Ketika pasukan Mayat Hidup menyerang seluruh Lordaeron, anak tunggal Terenas, Pangeran Arthas, melakukan perlawanan melawan bangsa Scourge. Arthas berhasil membunuh Kel’Thuzad, tapi meski begitu, setiap ksatria manusia yang mati dalam pertempuran bangkit kembali sebagai Mayat Hidup. Frustasi melihat musuhnya tidak dapat dihentikan, Arthas mengambil langkah besar untuk menaklukan mereka. Akhirnya pasukan Arthas memperingatinya bahwa dia telah kehilangan akal pikirannya.
Ketakutan Arthas dan rasa khawatir menjadi pendorong langkah yang akan diambilnya. Dia mengikuti sumber Penyakit Kematian ke Northrend, berusaha untuk mengakhiri ancamannya untuk selamanya. Tetapi, Pangeran Arthas akhirnya terjebak dengan umpan kekuatan Raja Lich. Percaya bahwa itu akan menyelamatkan rakyatnya, Arthas mengambil Pedang Terkutuk, Frostmourne. Meski pedang itu memberinya kekuatan tak terbatas, dia juga mencuri jiwanya dan merubahnya menjadi Ksatria Kematian Terhebat milik Raja Lich. Dengan jiwanya yang menjadi jahat dan kehilangan akal pikirannya, Arthas memimpin pasukan Scourge melawan kerajaannya sendiri. Akhirnya, Arthas membunuh ayahnya sendiri, Raja Terenas, dan menghancurkan Lordaeron dibawah perintah Raja Lich.
Mata Air Matahari – Kehancuran Quel’Thalas
Meskipun dia telah mengalahkan semua manusia yang dia anggap sebagai musuhnya, Arthas masih diganggu oleh Hantu Kel’Thuzad. Sang Hantu memberitahu Arthas bahwa dia harus dihidupkan kembali untuk menjalankan bagian berikut dari rencana Raja Lich. Untuk menghidupkannya kembali, Arthas harus membawa Jasad Kel’Thuzad ke Mata Air Matahari, yang tersembunyi di kerajaan High Elf Quel’Thalas.
Arthas dan pasukan Scourge menginvasi Quel’Thalas dan menghancurkan pertahanan para elf. Sylvanas Windrunner, Jendral Ranger dari Silvermoon, berusaha melawan, tapi akhirnya Arthas berhasil menaklukan pasukan High Elf dan mencapai Mata Air Matahari. Dengan kejam, dia membangkitkan kembali jasad Sylvanas sebagai Banshee, dikutuk sebagai mayat hidup untuk melayani penakluk Quel’Thalas.
Akhirnya, Arthas menyatukan jasad Kel’Thuzad dengan air suci dari Mata Air Matahari. Meskipun airnya menjadi tercemar karena hal ini, Kel’Thuzad hidup kembali sebagai Penyihir Lich. Dihidupkan kembali menjadi mahluk yang lebih kuat, Kel’Thuzad menjelaskan bagian berikutnya dari rencana Raja Lich. Dengan cepat Arthas dan pasukannya mengubah haluan ke selatan, tidak ada satu elf pun yang hidup di Quel’Thalas. Rumah megah bangsa High Elf, yang telah bertahan selama sembilan ribu tahun, sekarang sudah tidak ada lagi.
Kembalinya Archimonde dan Perjalanan ke Kalimdor
Ketika Kel’Thuzad kembali hidup, Arthas memimpin pasukan Scourge keselatan menuju Dalaran. Dimana sang Lich ingin mendapatkan buku sihir yang hebat milik Medivh, dan menggunakannya untuk memanggil Archimonde kembali ke dunia. Dengan hal itu, Archimonde sendiri akan memulai invasi Final Burning Legion. Bahkan penyihir dari Kirin Tor tidak dapat menghentikan pasukan Arthas untuk mencuri buku Medivh, dan akhirnya Kel’Thuzad memiliki semua yang dia butuhkan untuk memulai ritualnya. Setelah sepuluh ribu tahun, sang Iblis Hebat Archimonde dan pengikutnya muncul kembali ke dunia Azeroth. Meski Dalaran bukanlah tujuan akhir mereka. Dibawah perintah Kil’jaeden sendiri, Archimonde dan pasukan iblisnya mengikuti pasukan Scourge ke Kalimdor, untuk menghancurkan Nordrassil, sang Pohon Kehidupan.
Dengan ancaman yang datang, seorang Prophet misterius muncul dan memimpin mahluk hidup. Prophet ini tidak lain adalah Medivh, sang Pelindung Terakhir, yang secara ajaib kembali dari dunia arwah untuk membalas dosanya pada jaman dulu. Medivh memberitahu bangsa Horde dan bangsa Alliance pada bahaya yang mengancam dan mengharuskan mereka bersatu. Terikat selama generasi dalam kebencian, para Orc dan manusia tidak mengikutinya. Medivh dihadapkan dengan bangsa yang tercerai berai, menggunakan kepintarannya untuk memandu mereka melewati laut menuju daratan Kalimdor. Para Orc dan manusia lalu menemukan peradaban tersembunyi bangsa Kaldorei.
Bangsa Orc, dipimpin oleh Thrall, mengalami kehilangan beberapa pasukannya dalam perjalanan melewati gurun Kalimdor. Meski mereka berteman dengan Cairne Bloodhoof dan Ksatria Tauren yang hebat, banyak Orc mulai mengalami kembali kutukan iblis yang dialami mereka beberapa tahun lalu. Salah satu Letnan Thrall, Grom Hellscream, bahkan menghianati bangsa Horde dengan kembali membunuh dan menghancurkan. Ketika Hellscream dan Ksatria Warsong pergi ke hutan Ashenvale, mereka berperang dengan pasukan Sentinel Night Elf. Khawatir karena para Orc telah kembali dengan kutukan mereka, sang Setengah Dewa Cenarius berusaha mengusir para Orc. Sayangnya, Hellscream dan pasukan Orcnya yang datang dengan kebencian dan amarah, berhasil membunuh Cenarius dan membakar hutan suci itu. Akhirnya, Hellscream mengembalikan kehormatannya dengan membantu Thrall mengalahkan Mannoroth, sang Pemimpin Iblis yang mengutuk para Orc dengan darahnya yang penuh dengan kebencian dan amarah. Dengan kematian Mannoroth, kutukan Orc akhirnya berakhir.
Ketika Medivh berusaha untuk meyakinkan bangsa manusia dan Orc untuk bersatu, bangsa Night Elf berjuang melawan pasukan Legion dengan cara mereka sendiri. Tyrande Whisperwind, sang Priestess Tertinggi yang abadi dari Pasukan Sentinel Night Elf, berperang dengan putus asa untuk menjaga agar iblis dan mayat hidup tidak menghancurkan hutan Ashenvale. Tyrande sadar bahwa dia membutuhkan pertolongan, maka dia memutuskan untuk membangunkan Night Elf Druid dari perjalanan sepuluh ribu tahun mereka. Memanggil kembali cinta sejatinya, Malfurion Stormrage, Tyrande berhasil memulihkan pertahanannya dan menekan pasukan Legion mundur. Dengan bantuan Malfurion, kekuatan alam bangkit lalu menghancurkan pasukan Legion dan pasukan Scourge.
Sementara mencari druid lainnya yang sedang berhibernasi, Malfurion menemukan penjara kuno yang digunakan untuk mengurung adiknya, Illidan. Yakin bahwa Illidan dapat membantunya melawan pasukan Legion, Tyrande membebaskannya. Meski Illidan membantu mereka untuk sementara, dia lalu melarikan diri untuk mengejar tujuannya.
Para night elf memberanikan diri mereka dan berjuang melawan Burning Legion dengan semangat yang membara. Pasukan Legion tidak pernah mencapai tujuannya menguasai Mata Air Keabadian, sumber kekuatan dari Pohon Kehidupan dan pusat dari kerajaan night elf. Jika rencana mereka menghancurkan Pohon Kehidupan berhasil, para Iblis akan dapat menghancurkan dunia.
Pertarungan di Gunung Hyjal
Dibawah panduan Medivh, Thrall dan Jaina Proudmoore, pemimpin bangsa manusia di Kalimdor, menyadari bahwa mereka harus menyingkirkan perbedaan mereka. Berpikir sama, para Night Elf, dipimpin oleh Malfurion dan Tyrande, setuju bahwa mereka harus bersatu jika mereka ingin mempertahankan Pohon Kehidupan. Memiliki satu tujuan, semua bangsa di Azeroth bersatu untuk mempertahankan Pohon Kehidupan demi masa depan mereka. Diberkati oleh kekuatan dari alam, Malfurion berhasil mengeluarkan kekuatan tersembunyi Nordrassil, yang mengakibatkan kehancuran Archimonde dan mengusir pasukan Legion dari Mata Air Keabadian. Pertempuran Final itu mengejutkan semua mahluk penghuni Kalimdor. Tidak dapat menguasai Mata Air Keabadian, pasukan Legion akhirnya takluk pada kombinasi kehebatan pasukan manusia, orc dan night elf.
Asisten Sang Penghianat
Warcraft 3X: Tahta Beku
Ketika invasi pasukan Legion di Ashenvale, Illidan dibebaskan dari penjaranya setelah sepuluh ribu tahun dikurung. Meskipun dia berjanji untuk membantu Kakaknya, tapi akhirnya dia menunjukan sifat aslinya dan mengkonsumsi benda pusaka hebat yang bernama Tengkorak Guldan. Karenanya, Illidan dapat berubah menjadi bentuk Iblis dan memiliki kekuatan hebat. Dia juga mendapatkan ingatan lama Gul’dan, terutama tentang kuburan Sargeras, sebuah Kuburan bawah laut yang dikatakan menyimpan serpihan tubuh milik sang Titan Jahat, Sargeras.
Dibekali dengan kekuatan dan bebas untuk menjelajahi dunia sekali lagi, Illidan pergi untuk mencari kerajaannya sendiri. Tetapi, Kil’jaeden muncul dan menawarkannya sesuatu yang tidak dapat dia tolak. Kil’jaeden sangat marah dengan kekalahan Archimonde di gunung Hyjal, tapi memiliki tujuan yang lebih penting daripada balas dendam. Merasa bahwa mahluk ciptaanya, sang Raja Lich, tumbuh terlalu kuat untuk dapat dikendalikan, Kil’jaeden memerintahkan Illidan untuk menghancurkan Ner’zhul dan mengakhiri pasukan Scourge untuk selamanya. Sebagai gantinya, Illidan akan menerima kekuatan hebat dan tempat diantara Pemimpin pasukan Burning Legion.
Illidan setuju dan langsung mencari cara untuk menghancurkan Tahta Beku, Kubah Es yang menjadi tempat arwah sang Raja Lich. Illidan tahu bahwa dia membutuhkan benda pusaka hebat untuk menghancurkan Tahta Beku itu. Menggunakan pengetahuan yang dia dapatkan dari Ingatan Gul’dan, Illidan memutuskan untuk mencari Kuburan Sargeras dan mengklaim Serpihan tubuh sang Titan Jahat. Dia memanggil para mantan Highborne untuk membayar hutang budinya dulu dan memanggil para Naga Serpentine dari sarang bawah laut. Dipimpin oleh penyihir pintar bernama Lady Vashj, para Naga membantu Illidan mencapai Pulau Kehancuran, dimana katanya Kuburan Sargeras berada.
Ketika Illidan pergi bersama para Naga, Sipir Penjara Maeiv Shadowsong mulai memburunya. Maiev yang telah menjadi penjaga penjara Illidan selama sepuluh ribu tahun dan diperintah untuk menangkapnya kembali. Tetapi, Illidan lebih cerdik daripada Maiev dan para pengikutnya dan berhasil mendapatkan Mata Sargeras. Dengan kekuatan Mata Sargeras didalam genggamannya, Illidan pergi ke bekas kota penyihir di Dalaran. Mendapatkan kekuatan lebih karena aura yang tersembunyi didalam pusat kota, Illidan menggunakan Mata Sargeras untuk mengeluarkan mantra penghancur menuju Istana Raja Lich diujung Northrend. Serangan Illidan menggetarkan pertahanan Raja Lich dan meruntuhkan atap dunia. Pada akhirnya, mantra penghancur Illidan berhasil dihentikan ketika kakaknya Malfurion dan Priestess Tyrande muncul untuk membantu Maiev.
Mengetahui bahwa Kil’jaeden tidak akan senang dengan kegagalannya menghancurkan Tahta Beku, Illidan kabur ke dimensi asing yang dikenal sebagai Outland, sisa dari Draenor, kampung halaman para Orc. Disana dia menghindari kemarahan Kil’jaeden dan merencanakan gerakan selanjutnya. Setelah mereka berhasil mengentikan Illidan, Malfurion dan Tyrande kembali ke hutan Ashenvale untuk mengawasi rakyat mereka. Tapi Maiev tidak menyerah dengan mudah, lalu mengikuti Illidan ke Outland, berusaha untuk membawanya ketangan keadilan.
Bangkitkan para Blood Elf
Pada saat ini, pasukan Mayat Hidup Scourge telah merubah Lordaeron dan Quel’Thalas menjadi daratan beracun. Disana hanya ada beberapa pasukan Alliance yang tersisa. Satu kelompok, high elf yang selamat dari serangan, dipimpin oleh garis keturunan terakhir dinasti Sunstrider, Pangeran Kael’thas. Kael, seorang penyihir hebat, khawatir dengan kehancuran bangsa Alliance. Para High Elf berkabung dengan kehilangan rumah mereka dan memutuskan untuk memanggil diri mereka Blood Elf sebagai penghormatan kepada saudara mereka yang gugur. Meski mereka menjaga agar pasukan Scourge tidak kembali datang, mereka sangat tersiksa karena tidak mendapatkan kekuatan dari Mata Air Matahari yang menjadi sumber kehidupan mereka. Putus asa untuk mencari cara untuk menyembuhkan kutukan rakyatnya yang haus kepada sihir, Kael melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, dia bertemu dengan keturunan para Highborne lalu bergabung dengan Illidan dan para Naga untuk berharap menemukan sumber sihir baru yang dapat dia serap. Komandan Alliance menuduh para Blood Elf sebagai penghianat dan menghukum mereka.
Dengan tidak ada tempat tujuan, Kael dan para Blood Elf mengikuti Lady Vashj ke Outland untuk berhadapan dengan sang Sipir Penjara, Maiev, yang berhasil menangkap Illidan. Dengan kombinasi pasukan Naga dan Blood Elf, mereka berhasil mengalahkan Maiev dan membebaskan Illidan dari genggamannya. Bermarkas di Outland, Illidan mengumpulkan pasukannya untuk melakukan serangan kedua terhadap Raja Lich dan Istana Mahkota Esnya.
Perang Saudara di Daratan Penyakit
Ner’zhul, sang Raja Lich, mengetahui bahwa waktunya sangat singkat. Terpenjara dalam Tahra Beku, dia berpikir bahwa Kil’jaeden akan mengirim agentnya untuk menghancurkan dirinya. Serangan yang diakibatkan oleh mantra Illidan telah menghancurkan sebagian tahta beku, sehingga sang Raja Lich kehilangan kekuatannya hari demi hari. Putus asa untuk menyelamatkan dirinya, dia memanggil Ksatria tehebatnya kembali ke sisinya, sang Ksatria Kematian Pangeran Arthas.
Meskipun kekuatannya terus berkurang karena Raja Lich menjadi lemah, Arthas terlibat dengan perang saudara di Lordaeron. Setengah dari pasukan Mayat Hidup, dipimpin oleh sang Banshee Sylvanas Windrunner, mengumumkan untuk mengambil alih kerajaan Scourge. Arthas, dipanggil oleh sang Raja Lich terpaksa meninggalkan pasukan Scourge ditangan sang Letnan Kel’Thuzad, ketika perang berkecamuk di daratan penyakit.
Akhirnya, Sylvanas dan mayat hidup pemberontak (dikenal sebagai yang Terkutuk atau The Forsaken) mengklaim reruntuhan kota Lordaeron sebagai milik mereka. Membangun kerajaan mereka dibawah kota hancur itu, Yang Terkutuk berusaha untuk mengalahkan pasukan Scourge dan mengusir Kel’Thuzad dari rumah mereka.
Semakin lemah, tapi diharuskan menyelamatkan tuannya, Arthas mencapai Northrend hanya untuk menemukan Naga Illidan dan Blood Elf yang menantinya. Dia dan rekannya para Nerubian berlomba dengan pasukan Illidan untuk mencapai Istana Mahkota Es dan mempertahankan Tahta Beku.
Sang Raja Lich yang baru
Meski kekuatannya semakin lemah, Arthas berhasil mendahului Illidan mencapai Tahta Beku duluan. Menggunakan Pedang Terkutuk miliknya, Frostmorne, Arthas menghancurkan penjara es sang Raja Lich dan membebaskan Helm dan Baju Jirah milik Ner’zhul. Arthas memasang Helm itu dikepalanya dan menjadi Raja Lich yang baru. Jiwa Ner’zhul dan Arthas bergabung menjadi satu mahluk, seperti yang direncanakan oleh Ner’zhul. Illidan dan pasukannya terpaksa kembali ke Outland dengan rasa malu, sementara Arthas menjadi salah satu mahluk yang paling kuat diseluruh dunia.
Sementara Arthas, sang Raja Lich baru yang Abadi, berdiam di Northernd, dikatakan dia membangun kembali Istana Mahkota Es. Letnan tangan kanannya, Kel’Thuzad, memerintah pasukan Scourge di daratan penyakit (Pleagueland). Sylvanas dan Yang Terkutuk bertahan di Tirisfal Glades, bagian kecil dari reruntuhan kerajaan.
Kebencian Lama – Koloni di Kalimdor
Meskipun kemenangan milik mereka, bangsa manusia menemukan diri mereka berada di dunia yang hancur karena perang. Para Scourge dan pasukan Burning Legion telah menghancurkan peradaban di Lordaeron, dan hampir menyelesaikan tugas mereka di Kalimdor. Disana ada hutan yang harus ditanam kembali, mayat untuk dikubur, dan rumah yang harus dibangun. Peperangan telah melukai setiap bangsa, tapi mereka bersatu untuk membangun awal yang baru, memulai sebuah persaingan antara bangsa Alliance dan bangsa Horde.
Thrall memimpin para Orc ke padang Kalimdor, dimana mereka menemukan rumah baru dengan bantuan para Tauren. Menamakan daerah baru itu Durotar sebagai penghormatan kepada ayah Thrall yang dibunuh, para Orc membangun peradaban mereka. Sekarang kutukan iblis telah berakhir, para Horde berubah dari Ksatria yang haus darah menjadi bangsa yang cinta damai, memutuskan untuk bertahan hidup daripada menjajah. Dibantu oleh para Tauren yang terhormat dan para Troll dari Klan Darkspear, Thrall dan para Orc melihat kedepan menuju sebuah era kedamaian di kampung halaman mereka.
Pasukan Alliance yang tersisa dibawah perintah Jaina Proudmoore berdiam di selatan Kalimdor. Di pesisir pantai Dustwallow Marsh, mereka membangun kota pelabuhan Theramore. Disana, bangsa manusia dan para Dwarv berusaha untuk bertahan hidup di dunia yang asing bagi mereka. Meski para pelindung Durotar dan Theramore berusaha saling menjaga satu sama lain, perjanjian kolonial mereka tidak dapat bertahan selamanya.
Kedamaian antara bangsa Orc dan Manusia terganggu dengan kedatangan pasukan Alliance di Kalimdor. Pasukan itu, dipimpin oleh Admiral Daelin Proudmoore (ayah Jaina), meninggalkan Lordaeron sebelum Arthas menghancurkan kerajaannya. Telah berlayar selama beberapa bulan, Admiral Proudmoore berusaha mencari setiap bangsa Alliance yang bertahan hidup.
Armada Proudmoore memberikan ancaman serius kepada kestabilan antara dua bangsa. Dikenal sebagai Pahlawan di Perang Kedua, ayah Jaina adalah musuh bagi bangsa Horde, dia berkeinginan untuk menghancurkan Durotar sebelum para Orc berhasil mengalahkan mereka.
Sang Admiral memaksa Jaina untuk mengambil keputusan mengerikan, membantunya dalam peperangan melawan para Orc dan menghianati rekan barunya, atau berjuang melawan ayahnya sendiri untuk mempertahankan kedamaian antara bangsa Alliance dan bangsa Horde. Setelah berpikir dengan keras, Jaina memilih pilihan kedua dan membantu Thrall mengalahkan ayahnya yang gila. Sayangnya Admiral Proudmoore gugur dalam pertempuran sebelum Jaina berhasil meyakinkannya atau membuktikan bahwa para Orc bukanlah monster yang haus darah. Karena kesetiaannya, para Orc membiarkan pasukan Jaina kembali ke rumah mereka di Theramore.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Warcraft 3: Bangkitnya Kehancuran
Setiap bersiap selama beberapa bulan, Kel’Thuzad dan Pasukan Terkutuk akhirnya memulai serangan pertamanya dengan menyebarkan Penyakit Kematian diatas langit Lordaeron. Uther dan Paladin pengikutnya menyelidiki daerah yang terinfeksi dan berharap menemukan cara untuk menghentikan wabah penyakit ini. Tidak memperdulikan usaha mereka, Penyakit Kematian terus menyebar dan mengancam untuk memecah kesatuan Bangsa Alliance.
Ketika pasukan Mayat Hidup menyerang seluruh Lordaeron, anak tunggal Terenas, Pangeran Arthas, melakukan perlawanan melawan bangsa Scourge. Arthas berhasil membunuh Kel’Thuzad, tapi meski begitu, setiap ksatria manusia yang mati dalam pertempuran bangkit kembali sebagai Mayat Hidup. Frustasi melihat musuhnya tidak dapat dihentikan, Arthas mengambil langkah besar untuk menaklukan mereka. Akhirnya pasukan Arthas memperingatinya bahwa dia telah kehilangan akal pikirannya.
Ketakutan Arthas dan rasa khawatir menjadi pendorong langkah yang akan diambilnya. Dia mengikuti sumber Penyakit Kematian ke Northrend, berusaha untuk mengakhiri ancamannya untuk selamanya. Tetapi, Pangeran Arthas akhirnya terjebak dengan umpan kekuatan Raja Lich. Percaya bahwa itu akan menyelamatkan rakyatnya, Arthas mengambil Pedang Terkutuk, Frostmourne. Meski pedang itu memberinya kekuatan tak terbatas, dia juga mencuri jiwanya dan merubahnya menjadi Ksatria Kematian Terhebat milik Raja Lich. Dengan jiwanya yang menjadi jahat dan kehilangan akal pikirannya, Arthas memimpin pasukan Scourge melawan kerajaannya sendiri. Akhirnya, Arthas membunuh ayahnya sendiri, Raja Terenas, dan menghancurkan Lordaeron dibawah perintah Raja Lich.
Mata Air Matahari – Kehancuran Quel’Thalas
Meskipun dia telah mengalahkan semua manusia yang dia anggap sebagai musuhnya, Arthas masih diganggu oleh Hantu Kel’Thuzad. Sang Hantu memberitahu Arthas bahwa dia harus dihidupkan kembali untuk menjalankan bagian berikut dari rencana Raja Lich. Untuk menghidupkannya kembali, Arthas harus membawa Jasad Kel’Thuzad ke Mata Air Matahari, yang tersembunyi di kerajaan High Elf Quel’Thalas.
Arthas dan pasukan Scourge menginvasi Quel’Thalas dan menghancurkan pertahanan para elf. Sylvanas Windrunner, Jendral Ranger dari Silvermoon, berusaha melawan, tapi akhirnya Arthas berhasil menaklukan pasukan High Elf dan mencapai Mata Air Matahari. Dengan kejam, dia membangkitkan kembali jasad Sylvanas sebagai Banshee, dikutuk sebagai mayat hidup untuk melayani penakluk Quel’Thalas.
Akhirnya, Arthas menyatukan jasad Kel’Thuzad dengan air suci dari Mata Air Matahari. Meskipun airnya menjadi tercemar karena hal ini, Kel’Thuzad hidup kembali sebagai Penyihir Lich. Dihidupkan kembali menjadi mahluk yang lebih kuat, Kel’Thuzad menjelaskan bagian berikutnya dari rencana Raja Lich. Dengan cepat Arthas dan pasukannya mengubah haluan ke selatan, tidak ada satu elf pun yang hidup di Quel’Thalas. Rumah megah bangsa High Elf, yang telah bertahan selama sembilan ribu tahun, sekarang sudah tidak ada lagi.
Kembalinya Archimonde dan Perjalanan ke Kalimdor
Ketika Kel’Thuzad kembali hidup, Arthas memimpin pasukan Scourge keselatan menuju Dalaran. Dimana sang Lich ingin mendapatkan buku sihir yang hebat milik Medivh, dan menggunakannya untuk memanggil Archimonde kembali ke dunia. Dengan hal itu, Archimonde sendiri akan memulai invasi Final Burning Legion. Bahkan penyihir dari Kirin Tor tidak dapat menghentikan pasukan Arthas untuk mencuri buku Medivh, dan akhirnya Kel’Thuzad memiliki semua yang dia butuhkan untuk memulai ritualnya. Setelah sepuluh ribu tahun, sang Iblis Hebat Archimonde dan pengikutnya muncul kembali ke dunia Azeroth. Meski Dalaran bukanlah tujuan akhir mereka. Dibawah perintah Kil’jaeden sendiri, Archimonde dan pasukan iblisnya mengikuti pasukan Scourge ke Kalimdor, untuk menghancurkan Nordrassil, sang Pohon Kehidupan.
Dengan ancaman yang datang, seorang Prophet misterius muncul dan memimpin mahluk hidup. Prophet ini tidak lain adalah Medivh, sang Pelindung Terakhir, yang secara ajaib kembali dari dunia arwah untuk membalas dosanya pada jaman dulu. Medivh memberitahu bangsa Horde dan bangsa Alliance pada bahaya yang mengancam dan mengharuskan mereka bersatu. Terikat selama generasi dalam kebencian, para Orc dan manusia tidak mengikutinya. Medivh dihadapkan dengan bangsa yang tercerai berai, menggunakan kepintarannya untuk memandu mereka melewati laut menuju daratan Kalimdor. Para Orc dan manusia lalu menemukan peradaban tersembunyi bangsa Kaldorei.
Bangsa Orc, dipimpin oleh Thrall, mengalami kehilangan beberapa pasukannya dalam perjalanan melewati gurun Kalimdor. Meski mereka berteman dengan Cairne Bloodhoof dan Ksatria Tauren yang hebat, banyak Orc mulai mengalami kembali kutukan iblis yang dialami mereka beberapa tahun lalu. Salah satu Letnan Thrall, Grom Hellscream, bahkan menghianati bangsa Horde dengan kembali membunuh dan menghancurkan. Ketika Hellscream dan Ksatria Warsong pergi ke hutan Ashenvale, mereka berperang dengan pasukan Sentinel Night Elf. Khawatir karena para Orc telah kembali dengan kutukan mereka, sang Setengah Dewa Cenarius berusaha mengusir para Orc. Sayangnya, Hellscream dan pasukan Orcnya yang datang dengan kebencian dan amarah, berhasil membunuh Cenarius dan membakar hutan suci itu. Akhirnya, Hellscream mengembalikan kehormatannya dengan membantu Thrall mengalahkan Mannoroth, sang Pemimpin Iblis yang mengutuk para Orc dengan darahnya yang penuh dengan kebencian dan amarah. Dengan kematian Mannoroth, kutukan Orc akhirnya berakhir.
Ketika Medivh berusaha untuk meyakinkan bangsa manusia dan Orc untuk bersatu, bangsa Night Elf berjuang melawan pasukan Legion dengan cara mereka sendiri. Tyrande Whisperwind, sang Priestess Tertinggi yang abadi dari Pasukan Sentinel Night Elf, berperang dengan putus asa untuk menjaga agar iblis dan mayat hidup tidak menghancurkan hutan Ashenvale. Tyrande sadar bahwa dia membutuhkan pertolongan, maka dia memutuskan untuk membangunkan Night Elf Druid dari perjalanan sepuluh ribu tahun mereka. Memanggil kembali cinta sejatinya, Malfurion Stormrage, Tyrande berhasil memulihkan pertahanannya dan menekan pasukan Legion mundur. Dengan bantuan Malfurion, kekuatan alam bangkit lalu menghancurkan pasukan Legion dan pasukan Scourge.
Sementara mencari druid lainnya yang sedang berhibernasi, Malfurion menemukan penjara kuno yang digunakan untuk mengurung adiknya, Illidan. Yakin bahwa Illidan dapat membantunya melawan pasukan Legion, Tyrande membebaskannya. Meski Illidan membantu mereka untuk sementara, dia lalu melarikan diri untuk mengejar tujuannya.
Para night elf memberanikan diri mereka dan berjuang melawan Burning Legion dengan semangat yang membara. Pasukan Legion tidak pernah mencapai tujuannya menguasai Mata Air Keabadian, sumber kekuatan dari Pohon Kehidupan dan pusat dari kerajaan night elf. Jika rencana mereka menghancurkan Pohon Kehidupan berhasil, para Iblis akan dapat menghancurkan dunia.
Pertarungan di Gunung Hyjal
Dibawah panduan Medivh, Thrall dan Jaina Proudmoore, pemimpin bangsa manusia di Kalimdor, menyadari bahwa mereka harus menyingkirkan perbedaan mereka. Berpikir sama, para Night Elf, dipimpin oleh Malfurion dan Tyrande, setuju bahwa mereka harus bersatu jika mereka ingin mempertahankan Pohon Kehidupan. Memiliki satu tujuan, semua bangsa di Azeroth bersatu untuk mempertahankan Pohon Kehidupan demi masa depan mereka. Diberkati oleh kekuatan dari alam, Malfurion berhasil mengeluarkan kekuatan tersembunyi Nordrassil, yang mengakibatkan kehancuran Archimonde dan mengusir pasukan Legion dari Mata Air Keabadian. Pertempuran Final itu mengejutkan semua mahluk penghuni Kalimdor. Tidak dapat menguasai Mata Air Keabadian, pasukan Legion akhirnya takluk pada kombinasi kehebatan pasukan manusia, orc dan night elf.
Asisten Sang Penghianat
Warcraft 3X: Tahta Beku
Ketika invasi pasukan Legion di Ashenvale, Illidan dibebaskan dari penjaranya setelah sepuluh ribu tahun dikurung. Meskipun dia berjanji untuk membantu Kakaknya, tapi akhirnya dia menunjukan sifat aslinya dan mengkonsumsi benda pusaka hebat yang bernama Tengkorak Guldan. Karenanya, Illidan dapat berubah menjadi bentuk Iblis dan memiliki kekuatan hebat. Dia juga mendapatkan ingatan lama Gul’dan, terutama tentang kuburan Sargeras, sebuah Kuburan bawah laut yang dikatakan menyimpan serpihan tubuh milik sang Titan Jahat, Sargeras.
Dibekali dengan kekuatan dan bebas untuk menjelajahi dunia sekali lagi, Illidan pergi untuk mencari kerajaannya sendiri. Tetapi, Kil’jaeden muncul dan menawarkannya sesuatu yang tidak dapat dia tolak. Kil’jaeden sangat marah dengan kekalahan Archimonde di gunung Hyjal, tapi memiliki tujuan yang lebih penting daripada balas dendam. Merasa bahwa mahluk ciptaanya, sang Raja Lich, tumbuh terlalu kuat untuk dapat dikendalikan, Kil’jaeden memerintahkan Illidan untuk menghancurkan Ner’zhul dan mengakhiri pasukan Scourge untuk selamanya. Sebagai gantinya, Illidan akan menerima kekuatan hebat dan tempat diantara Pemimpin pasukan Burning Legion.
Illidan setuju dan langsung mencari cara untuk menghancurkan Tahta Beku, Kubah Es yang menjadi tempat arwah sang Raja Lich. Illidan tahu bahwa dia membutuhkan benda pusaka hebat untuk menghancurkan Tahta Beku itu. Menggunakan pengetahuan yang dia dapatkan dari Ingatan Gul’dan, Illidan memutuskan untuk mencari Kuburan Sargeras dan mengklaim Serpihan tubuh sang Titan Jahat. Dia memanggil para mantan Highborne untuk membayar hutang budinya dulu dan memanggil para Naga Serpentine dari sarang bawah laut. Dipimpin oleh penyihir pintar bernama Lady Vashj, para Naga membantu Illidan mencapai Pulau Kehancuran, dimana katanya Kuburan Sargeras berada.
Ketika Illidan pergi bersama para Naga, Sipir Penjara Maeiv Shadowsong mulai memburunya. Maiev yang telah menjadi penjaga penjara Illidan selama sepuluh ribu tahun dan diperintah untuk menangkapnya kembali. Tetapi, Illidan lebih cerdik daripada Maiev dan para pengikutnya dan berhasil mendapatkan Mata Sargeras. Dengan kekuatan Mata Sargeras didalam genggamannya, Illidan pergi ke bekas kota penyihir di Dalaran. Mendapatkan kekuatan lebih karena aura yang tersembunyi didalam pusat kota, Illidan menggunakan Mata Sargeras untuk mengeluarkan mantra penghancur menuju Istana Raja Lich diujung Northrend. Serangan Illidan menggetarkan pertahanan Raja Lich dan meruntuhkan atap dunia. Pada akhirnya, mantra penghancur Illidan berhasil dihentikan ketika kakaknya Malfurion dan Priestess Tyrande muncul untuk membantu Maiev.
Mengetahui bahwa Kil’jaeden tidak akan senang dengan kegagalannya menghancurkan Tahta Beku, Illidan kabur ke dimensi asing yang dikenal sebagai Outland, sisa dari Draenor, kampung halaman para Orc. Disana dia menghindari kemarahan Kil’jaeden dan merencanakan gerakan selanjutnya. Setelah mereka berhasil mengentikan Illidan, Malfurion dan Tyrande kembali ke hutan Ashenvale untuk mengawasi rakyat mereka. Tapi Maiev tidak menyerah dengan mudah, lalu mengikuti Illidan ke Outland, berusaha untuk membawanya ketangan keadilan.
Bangkitkan para Blood Elf
Pada saat ini, pasukan Mayat Hidup Scourge telah merubah Lordaeron dan Quel’Thalas menjadi daratan beracun. Disana hanya ada beberapa pasukan Alliance yang tersisa. Satu kelompok, high elf yang selamat dari serangan, dipimpin oleh garis keturunan terakhir dinasti Sunstrider, Pangeran Kael’thas. Kael, seorang penyihir hebat, khawatir dengan kehancuran bangsa Alliance. Para High Elf berkabung dengan kehilangan rumah mereka dan memutuskan untuk memanggil diri mereka Blood Elf sebagai penghormatan kepada saudara mereka yang gugur. Meski mereka menjaga agar pasukan Scourge tidak kembali datang, mereka sangat tersiksa karena tidak mendapatkan kekuatan dari Mata Air Matahari yang menjadi sumber kehidupan mereka. Putus asa untuk mencari cara untuk menyembuhkan kutukan rakyatnya yang haus kepada sihir, Kael melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, dia bertemu dengan keturunan para Highborne lalu bergabung dengan Illidan dan para Naga untuk berharap menemukan sumber sihir baru yang dapat dia serap. Komandan Alliance menuduh para Blood Elf sebagai penghianat dan menghukum mereka.
Dengan tidak ada tempat tujuan, Kael dan para Blood Elf mengikuti Lady Vashj ke Outland untuk berhadapan dengan sang Sipir Penjara, Maiev, yang berhasil menangkap Illidan. Dengan kombinasi pasukan Naga dan Blood Elf, mereka berhasil mengalahkan Maiev dan membebaskan Illidan dari genggamannya. Bermarkas di Outland, Illidan mengumpulkan pasukannya untuk melakukan serangan kedua terhadap Raja Lich dan Istana Mahkota Esnya.
Perang Saudara di Daratan Penyakit
Ner’zhul, sang Raja Lich, mengetahui bahwa waktunya sangat singkat. Terpenjara dalam Tahra Beku, dia berpikir bahwa Kil’jaeden akan mengirim agentnya untuk menghancurkan dirinya. Serangan yang diakibatkan oleh mantra Illidan telah menghancurkan sebagian tahta beku, sehingga sang Raja Lich kehilangan kekuatannya hari demi hari. Putus asa untuk menyelamatkan dirinya, dia memanggil Ksatria tehebatnya kembali ke sisinya, sang Ksatria Kematian Pangeran Arthas.
Meskipun kekuatannya terus berkurang karena Raja Lich menjadi lemah, Arthas terlibat dengan perang saudara di Lordaeron. Setengah dari pasukan Mayat Hidup, dipimpin oleh sang Banshee Sylvanas Windrunner, mengumumkan untuk mengambil alih kerajaan Scourge. Arthas, dipanggil oleh sang Raja Lich terpaksa meninggalkan pasukan Scourge ditangan sang Letnan Kel’Thuzad, ketika perang berkecamuk di daratan penyakit.
Akhirnya, Sylvanas dan mayat hidup pemberontak (dikenal sebagai yang Terkutuk atau The Forsaken) mengklaim reruntuhan kota Lordaeron sebagai milik mereka. Membangun kerajaan mereka dibawah kota hancur itu, Yang Terkutuk berusaha untuk mengalahkan pasukan Scourge dan mengusir Kel’Thuzad dari rumah mereka.
Semakin lemah, tapi diharuskan menyelamatkan tuannya, Arthas mencapai Northrend hanya untuk menemukan Naga Illidan dan Blood Elf yang menantinya. Dia dan rekannya para Nerubian berlomba dengan pasukan Illidan untuk mencapai Istana Mahkota Es dan mempertahankan Tahta Beku.
Sang Raja Lich yang baru
Meski kekuatannya semakin lemah, Arthas berhasil mendahului Illidan mencapai Tahta Beku duluan. Menggunakan Pedang Terkutuk miliknya, Frostmorne, Arthas menghancurkan penjara es sang Raja Lich dan membebaskan Helm dan Baju Jirah milik Ner’zhul. Arthas memasang Helm itu dikepalanya dan menjadi Raja Lich yang baru. Jiwa Ner’zhul dan Arthas bergabung menjadi satu mahluk, seperti yang direncanakan oleh Ner’zhul. Illidan dan pasukannya terpaksa kembali ke Outland dengan rasa malu, sementara Arthas menjadi salah satu mahluk yang paling kuat diseluruh dunia.
Sementara Arthas, sang Raja Lich baru yang Abadi, berdiam di Northernd, dikatakan dia membangun kembali Istana Mahkota Es. Letnan tangan kanannya, Kel’Thuzad, memerintah pasukan Scourge di daratan penyakit (Pleagueland). Sylvanas dan Yang Terkutuk bertahan di Tirisfal Glades, bagian kecil dari reruntuhan kerajaan.
Kebencian Lama – Koloni di Kalimdor
Meskipun kemenangan milik mereka, bangsa manusia menemukan diri mereka berada di dunia yang hancur karena perang. Para Scourge dan pasukan Burning Legion telah menghancurkan peradaban di Lordaeron, dan hampir menyelesaikan tugas mereka di Kalimdor. Disana ada hutan yang harus ditanam kembali, mayat untuk dikubur, dan rumah yang harus dibangun. Peperangan telah melukai setiap bangsa, tapi mereka bersatu untuk membangun awal yang baru, memulai sebuah persaingan antara bangsa Alliance dan bangsa Horde.
Thrall memimpin para Orc ke padang Kalimdor, dimana mereka menemukan rumah baru dengan bantuan para Tauren. Menamakan daerah baru itu Durotar sebagai penghormatan kepada ayah Thrall yang dibunuh, para Orc membangun peradaban mereka. Sekarang kutukan iblis telah berakhir, para Horde berubah dari Ksatria yang haus darah menjadi bangsa yang cinta damai, memutuskan untuk bertahan hidup daripada menjajah. Dibantu oleh para Tauren yang terhormat dan para Troll dari Klan Darkspear, Thrall dan para Orc melihat kedepan menuju sebuah era kedamaian di kampung halaman mereka.
Pasukan Alliance yang tersisa dibawah perintah Jaina Proudmoore berdiam di selatan Kalimdor. Di pesisir pantai Dustwallow Marsh, mereka membangun kota pelabuhan Theramore. Disana, bangsa manusia dan para Dwarv berusaha untuk bertahan hidup di dunia yang asing bagi mereka. Meski para pelindung Durotar dan Theramore berusaha saling menjaga satu sama lain, perjanjian kolonial mereka tidak dapat bertahan selamanya.
Kedamaian antara bangsa Orc dan Manusia terganggu dengan kedatangan pasukan Alliance di Kalimdor. Pasukan itu, dipimpin oleh Admiral Daelin Proudmoore (ayah Jaina), meninggalkan Lordaeron sebelum Arthas menghancurkan kerajaannya. Telah berlayar selama beberapa bulan, Admiral Proudmoore berusaha mencari setiap bangsa Alliance yang bertahan hidup.
Armada Proudmoore memberikan ancaman serius kepada kestabilan antara dua bangsa. Dikenal sebagai Pahlawan di Perang Kedua, ayah Jaina adalah musuh bagi bangsa Horde, dia berkeinginan untuk menghancurkan Durotar sebelum para Orc berhasil mengalahkan mereka.
Sang Admiral memaksa Jaina untuk mengambil keputusan mengerikan, membantunya dalam peperangan melawan para Orc dan menghianati rekan barunya, atau berjuang melawan ayahnya sendiri untuk mempertahankan kedamaian antara bangsa Alliance dan bangsa Horde. Setelah berpikir dengan keras, Jaina memilih pilihan kedua dan membantu Thrall mengalahkan ayahnya yang gila. Sayangnya Admiral Proudmoore gugur dalam pertempuran sebelum Jaina berhasil meyakinkannya atau membuktikan bahwa para Orc bukanlah monster yang haus darah. Karena kesetiaannya, para Orc membiarkan pasukan Jaina kembali ke rumah mereka di Theramore.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Sejarah World of Warcraft (Part IV) Alliance & Horde
Portal Gelap dan Jatuhnya Stormwind
Warcraft: Orc dan Manusia
Ketika Kil’jaeden menyiapkan bangsa Horde untuk invasi ke Azeroth, Medivh masih berusaha untuk melawan dirinya terhadap Sargeras. Raja Llane, pemimpin terhormat Stormwind, sangat khawatir dengan kegelapan yang meliputi diri temannya. Raja Llane menceritakan kehawatirannya kepada Anduin Lothar, keturunan terakhir dari bangsa Arathi, yang menjadi Letnan Perang. Meski begitu, tidak ada satu orang pun yang dapat membayangkan bahwa perubahan lambat Medivh menjadi gila akan membawa horor kedunia.
Sebagai insentif akhir, Sargeras menjanjikan kekuatan hebat pada Gul’dan jika dia setuju untuk memimpin bangsa Horde ke Azeroth. Melalui Medivh, Sargeras memberitahu sang Warlock bahwa dia akan menjadi Dewa Hidup jika dia menemukan Kuburan bawah laut dimana Pelindung Aegwynn mengubur serpihan tubuh sargeras selama ribuan tahun sebelumnya. Gul’dan setuju dan memutuskan bahwa ketika penduduk Azeroth berhasil dikalahkan, dia akan menemukan Kuburan Legendaris itu dan mengklaim hadiahnya. Yakin bahwa bangsa Horde akan memberikan keinginannya, Sargeras memerintahkan invasi dimulai.
Untuk memudahkan mereka, Medivh dan para Warlock dari Penasehat Bayangan membuka gerbang dimensi yang dinamakan Portal Gelap. Portal ini menjembatani jarak antara Azeroth dan Draenor, dan sangatlah besar sampai sebuah pasukan dapat melewatinya. Gul’dan mengirimkan pengintai Orc melewati portal untuk melihat daratan dimana akan mereka taklukkan. Pengintai itu kembali dan meyakinkan para Penasehat Bayangan bahwa dunia Azeroth telah siap untuk dijajah.
Masih yakin bahwa kejahatan Gul’dan akan menghancurkan rakyatnya, Durotan kembali berbicara sekali lagi kepada para Warlock. Sang ksatria pemberani itu mengklaim bahwa para warlock telah menghancurkan kesucian arwah orcish dan invasi iblis ini akan menjadi kematian mereka. Gul’dan tidak dapat mengambil resiko dengan membunuh pahlawan yang terkenal, terpaksa mengasingkan Durotan dan Klan Frostwolfnya menuju belahan lain dunia baru ini.
Setelah pengasingan Frostwolves melewati portal, hanya beberapa Klan Orc yang mengikuti. Para orc ini dengan cepat membangun markas operasi di Black Morass, sebuah area yang gelap dan berawa jauh ditimur kerajaan Stormwind. Ketika para Orc mulai untuk menjelajahi daratan baru ini, mereka lalu memulai konflik dengan manusia yang mempertahankan Stormwind. Meskipun pertarungan ini berakhir dengan cepat, mereka menunjukkan kelemahan dan kekuatan dari kedua belah pihak. Llane dan Lothar tidak dapat mengumpulkan data akurat tentang berapa banyak jumlah para Orc dan hanya bisa menebak kekuatan yang harus mereka hadapi. Setelah beberapa tahun sebagian besar pasukan Orchish Horde telah datang ke Azeroth, dan Gul’dan yakin bahwa waktu untuk serangan utama terhadap bangsa manusia telah tiba. Bangsa Horde mengirimkan pasukan terhebatnya untuk menyerang Kerajaan Stormwind yang tidak siap.
Ketika pasukan Azeroth dan pasukan Horde berperang disekitar kerajaan, konflik internal mulai mengambil korban dari kedua pasukan. Raja Llane, yang percaya bahwa para Orc tidak akan dapat menaklukan Azeroth, tetap berada diposisinya didalam Stormwind. Tapi, Lothar menjadi yakin bahwa pertempuran haruslah dibawa langsung pada musuhnya, dan dia dipaksa untuk memilih antara keyakinannya dan kesetiannya kepada Raja. Memilih untuk mengikuti instingnya, Lothar menghancurkan Benteng Menara milik Medivh di Karazhan dengan bantuan dari penyihir muda, Khadgar. Khadgar dan Lothar sukses dalam menghancurkan Pelindung yang dirasuki, yang mereka percaya bahwa dialah sumber dari kehancuran. Dengan membunuh tubuh Medivh, Lothar dan penyihir muda mengirim arwah Sargeras ke akherat. Sebagai konsekuensinya, arwah murni Medivh menjadi gentayangan dan menghuni dimensi arwah selama beberapa tahun kedepan.
Meskipun Medivh berhasil dikalahkan, bangsa Horde melanjutkan dominasi mereka kepada penjaga Stormwind. Ketika kemenangan para Horde semakin dekat, Ogrim Doomhammer, salah satu pemimpin terhebat Orc, mulai melihat kehancuran yang telah menyebar diantara Klan semenjak mereka berada di Draenor. Teman lamanya, Durotan, kembali dari pengasingannya dan memperingatkan dirinya kepada tipu muslihat Gul’dan. Dengan cepat, pembunuh bayaran Gul’dan membunuh Durotan dan keluarganya, hanya menyisakan anak tunggalnya. Tidak diketahui oleh Doomhammer bahwa anak tunggal durotan ditemukan oleh seorang ksatria manusia, Aedelas Blackmoore, dan diambil sebagai budak.
Orc muda itu suatu hari akan muncul sebagai pemimpin terhebat bagi rakyatnya sepanjang sejarah.
Sadar dengan kematian Durotan, Orgim berusaha untuk membebaskan para Horde dari hasutan iblis dan mengambil alih kepemimpinan bangsa Horde dengan membunuh bawahan Gul’dan, Blackhand. Dibawah kepemimpinannya pasukan Horde akhirnya bersiap didepan gerbang Stromwind. Raja Llane telah meremehkan kekuatan bangsa Horde, dan dia melihat dengan tidak berdaya ketika kerajaannya jatuh kepada bangsa asing berkulit hijau. Akhirnya Raja Llane dibunuh oleh Pembunuh Bayaran terbaik milik Penasehat Bayangan, keturunan Setengah Orc, Garona.
Lothar dan Ksatrianya, kembali kerumah dari Karazhan, berusaha mengumpulkan kekuatan kembali dan menyelamatkan rumah mereka. Tapi mereka kembali terlalu lambat dan menemukan kerajaan mereka telah menjadi reruntuhan. Bangsa Orchish Horde melanjutkan ke pinggiran kota dan mengklaim daratan itu sebagai milik mereka. Terpaksa bersembunyi, Lothar dan pengikutnya bersumpah akan kembali mengambil alih rumah mereka apapun yang terjadi.
Para Alliance dari Lordaeron
Warcraft 2: Hancurnya Kegelapan
Lothar membawa sisa pasukan Azeroth yang selamat setelah kekalahan di Stormwind, lalu berlayar melewati lautan menuju Kerajaan Lordaeron di utara. Yakin bahwa pasukan Horde akan menghancurkan semua manusia jika dibiarkan, para pemimpin dari tujuh bangsa manusia bertemu dan setuju untuk bersatu dan menjadi Alliance dari Lordaeron. Untuk pertama kalinya selama tiga ribu tahun, bangsa Arathor yang pernah terpecah menjadi satu kembali dibawah satu bendera. Ditunjuk sebagai Panglima Perang pasukan Alliance, Lothar menyiapkan pasukannya untuk menyambut para Horde.
Dibantu oleh letnannya, Uther sang Pembawa Cahaya, Admiral Daelin Proudmoore, dan Turalyon, Lothar juga mampu meyakinkan bangsa setengah manusia dari Lordaeron tentang ancaman para Orc. Para Alliance berhasil mendapatkan bantuan dari bangsa Dwarv Ironforge dan sedikit pasukan High Elf dari Quel’Thalas. Para Elf, saat itu dipimpin oleh Anasterian Sunstrider, tidak peduli dengan konflik yang terjadi. Tapi, mereka terikat secara moral untuk membantu Lothar karena dia adalah keturunan terakhir Arathi, yang telah membantu para Elf pada jaman dulu.
Bangsa Horde, sekarang dipimpin oleh Doomhammer, membawa para Ogre dari Draenor dan berhasil menaklukan Troll Amani kepada pihaknya. Memulai peperangan besar melawan kerajaan Dwarv di Khaz Modan dan bagian selatan dari Lordaeron, Bangsa Horde berusaha untuk menang.
Pertarungan Epic dalam Perang Kedua berlangsung mulai dari pertarungan jarak jauh sampai pertarungan jarak dekat. Entah bagaimana, bangsa Horde berhasil menemukan benda pusaka hebat yang disebut Jiwa Iblis dan menggunakannya untuk mengendalikan Ratu Dragon, Alexstrasza. Diancam bahwa telurnya akan dihancurkan, bangsa Horde memaksa Alexstrasza untuk mengirimkan anak-anaknya ke medan perang. Ratu Dragon Merah terpaksa untuk berperang dipihak bangsa Horde, dan mereka harus melakukannya.
Peperangan berkecamuk diseluruh daratan Khaz Modan, Lordaeron dan Azeroth. Sebagai bagian dari misinya, bangsa Horde berhasil membakar perbatasan Quel’Thalas, karena itu meyakinkan bangsa Elf kepada peringatan para Alliance. Kota besar Lordaeron dihancurkan dan terbakar karena konflik. Meskipun tidak memiliki bantuan dan kekurangan pasukan, Lothar dan pasukannya berhasil menahan musuh mereka di perbatasan.
Tapi, mendekati hari terakhir Perang Kedua, ketika kemenangan Bangsa Horde atas Bangsa Alliance semakin dekat, sesuatu yang gawat terjadi diantara kedua pasukan Orc yang terkuat di Azeroth. Ketika Doomhammer menyiapkan serangan terakhirnya kepada Ibu Kota Lordaeron, sebuah serangan yang akan menghancurkan manusia terakhir sebagai Alliance, Gul’dan dan pasukannya meninggalkan post mereka dan pergi kelaut. Doomhammer yang kaget, kehilangan hampir setengah pasukannya karena penghianatan Gul’dan, dipaksa mundur dan menghapus kesempatan emasnya untuk memenangkan peperangan terhadap Alliance.
Gul’dan yang haus kekuatan, terobsesi dengan kekuatan Dewa itu sendiri, pergi mencari Kuburan Bawah Laut Sargeras yang dia percaya bahwa itulah rahasia sebuah kekuatan hebat. Telah mengutuk saudara Orcnya menjadi budak dari Burning Legion, Gul’dan berpikir tidak ada yang harus dilakukan lagi selain melimpahkannya kepada Doomhammer. Dibantu oleh Klan Stormreaver dan Twilight Hammer, Gul’dan berhasil mengangkat Kuburan Sargeras dari dasar lautan. Tapi, ketika dia membuka peti yang terkubur dengan air, dia hanya menemukan Iblis gila yang menantinya.
Mencari untuk menghukum para Orc yang berhianat, Doomhammer mengirim pasukannya untuk membunuh Gul’dan dan membawa sisa Orc penghianat kembali kepada tugasnya. Karena kecerobohannya, Gul’dan terbunuh oleh Iblis gila yang telah dia lepaskan. Dengan kematian pemimpin mereka, pasukan Orc yang berhianat kembali bergabung dengan pasukan Doomhammer. Meski pemberontakan telah diredam, bangsa Horde tidak dapat memperbaiki kekalahan yang telah mereka derita. Penghianatan Gul’dan telah memberikan pasukan Alliance bukan hanya harapan, tapi juga waktu untuk mengumpulkan pasukan dan memulihkan kekuatan.
Anduin Lothar, melihat bahwa pasukan Horde mulai terpecah dari dalam, mengumpulkan pasukannya yang tersisa dan menekan Doomhammer keselatan, kembali kepusat Stromwind. Disana, pasukan Alliance menjebak pasukan Horde diantara Tembok Gunung Berapi Blackrock Spire. Meskipun Lothar gugur dalam pertempuran di Blackrock Spire, letnannya, Turalyon, mengumpulkan pasukan Alliance dan mengusir pasukan Horde kembali ke rawa kematian Swamp Of Sorrows. Pasukann Turalyon berhasil menghancurkan Dark Portal, sebuah gerbang mistik yang menghubungkan para Orc dengan rumah mereka Draenor. Diputuskan dari bala bantuan dan perpecahan, pasukan Horde akhirnya hancur dengan sendirinya dan takluk kepada kehebatan bangsa Alliance.
Pasukan Orc yang terpecah kemudian dengan cepat bersatu dan membangun sebuah kamp kecil. Meskipun kelihatannya bahwa bangsa Horde telah dikalahkan untuk selamanya, beberapa yang tersisa hanya bisa hidup dalam damai. Khadgar, sekarang menjadi seorang Penyihir sakti, meyakinkan Pemimpin tertinggi bangsa Alliance untuk membangun Benteng Nethergarde yang akan mengawasi reruntuhan Dark Portal dan menjamin bahwa tidak akan ada invasi susulan dari Draenor.
Invasi terhadap Draenor
Warcraft 2X: Dibalik Dark Portal
Ketika api Perang Kedua mulai padam, pasukan Alliance mengambil langkah agresif untuk mengakhiri ancaman para Orc. Sebuah bangunan raksasa, dibuat untuk memenjarakan Orc yang tertangkap, dibangun diselatan Lordaeron. Dijaga oleh Paladin dan Ksatria Veteran bangsa Alliance, bangunan itu menjadi suatu kesuksesan. Meskipun Orc tawanan sangat berambisi untuk berperang sekali lagi, para penjaga penjara, berdasarkan penjara tua di Durnholde, berhasil menjaga kedamaian dan membuat mereka patuh pada peraturan.
Tetapi, di dunia hancur Draenor, sebuah pasukan Orc baru bersiap untuk menyerang bangsa Alliance yang tidak siap. Ner’zhul, mantan pemimpin Gul’dan, mengumpulkan Klan Orc yang tersisa dibawah bendera hitamnya. Dibantu oleh Klan Shadowmoon, Shaman tua itu berencana untuk membuka beberapa Portal di Draenor yang akan memandu para Horde kepada dunia baru yang belum terjamah. Untuk memberikan kekuatan pada Portalnya, dia membutuhkan beberapa Artifak dari Azeroth. Untuk mendapatkannya, Ner’zhul membuka kembali Dark Portal dan mengirim pengikutnya untuk mendapatkannya.
Pasukan Horde baru, dipimpin oleh pimpinan veteran seperti Grom Hellscream dan Kilrogg Deadeye (dari Klan Bleeding Hollow), mengejutkan pertahanan pasukan Alliance dan mengamuk keseluruh daratan. Dibawah perintah Ner’zhul, para Orc dengan cepat mengumpulkan Artifak yang mereka butuhkan lalu kembali ke Draenor yang aman.
Raja Terenas dari Lordaeron, yakin bahwa para Orc sedang menyiapkan invasi baru ke Azeroth, mengumpulkan Letnan yang paling dipercayainya. Dia memerintahkan Jendral Turalyon dan sang Penyihir, Khadgar, untuk memimpin ekspedisi melewati Dark Portal untuk mengakhiri ancaman Orc selamanya. Pasukan Turalyon dan Khadgar berjalan menuju Draenor dan menghancurkan Klan Ner’zhul dibawah panasnya Hellfire Penisula. Bahkan dengan bantuan High Elf Alleria Windrunner, sang Dwarv Kurdran Wildhammer, dan ksatria veteran Danath Trollbane, Khadgar tidak mampu menghentikan Ner’zhul untuk membuka portal ke dunia lain.
Ner’zhul akhirnya membuka portal ke dunia lain, tapi dia tidak memikirkan akibat yang harus dia bayar. Kekuatan energi portal itu mulai menghancurkan alam Draenor. Ketika pasukan Turalyon berjuang untuk kembali ke Azeroth, dunia Draenor mulai mengalami kehancuran. Grom Hellscream dan Kilrogg Deadeye, menyadari bahwa rencana gila Ner’zhul akan memusnahkan seluruh bangsanya, mengumpulkan Orc yang tersisa dan kabur ke Azeroth yang aman.
Di Draenor, Turalyon dan Khadgar setuju untuk membuat pengorbanan besar dengan menghancurkan Dark Portal dari sisi mereka. Meskipun itu akan mengorbankan nyawa mereka, dan nyawa pasukannya, mereka mengetahui bahwa hanya itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Azeroth. Bahkan ketika Hellscream dan Deadeye mencuri jalan melalui pasukan manusia demi sedikit kebebasan, Dark Portal meledak dibelakang mereka. Bagi mereka, dan Orc yang tersisa di Azeroth, tidak ada jalan kembali pulang.
Ner’zhul dan Klan Shadowmoonnya yang setia melewati Portal besar yang baru, sebuah erupsi volkanik mulai menghancurkan Draenor bagian demi bagian. Lautan yang terbakar naik dan membanjiri seluruh daratan ketika dunia itu akhirnya musnah dalam ledakan yang hebat.
Kelahiran Sang Raja Lich
Ner’zhul dan pengikutnya memasuki Twisting Nether, sebuah dimensi yang menghubungkan ke seluruh dunia yang tersebar di Great Dark. Sayangnya Kil’jaeden dan Iblis bawahannya sudah menunggunya. Kil’jaeden, yang sudah bersumpah untuk membalas dendam kepada Ner’zhul karena penghianatannya dulu, dengan perlahan mencabik tubuh sang Shaman itu, menjadi berkeping-keping. Kil’jaeden menyimpan arwah sang Shaman tetap hidup dan terhubung, lalu meninggalkan Ner’zhul mengalami siksaan yang luar biasa dengan tidak memiliki tubuh. Meskipun Ner’zhul memohon kepada sang Iblis untuk melepaskannya dan memberinya kematian, sang Iblis langsung menolak karena perjanjian darah yang mereka lakukan dulu masih terikat, dan Ner’zhul masih memiliki kewajiban untuk melayani.
Kegagalan para Orc untuk menaklukan dunia untuk Burning Legion memaksa Kil’jaeden untuk menciptakan pasukan baru yang dapat menyebarkan kehancuran diseluruh kerajaan Azeroth. Pasukan baru ini tidak dibolehkan untuk memiliki perasaan dan perpecahan sesama jenis seperti bangsa Horde. Diharuskan tidak memiliki perasaan dan memiliki satu misi dalam pikirannya. Kali ini, Kil’jaeden tidak boleh gagal.
Menahan arwah Ner’zhul didalam sebuah tabung, Kil’jaeden memberinya kesempatan terakhir untuk melayani Legion atau menderita siksaan selamanya. Sekali lagi, Ner’zhul terpaksa menerima perjanjian Iblis. Arwah Ner’zhul dikirim kedalam sebuah Es Balok berbentuk permata yang dikumpulkan dari ujung Twisting Nether. Dikurung didalam kubah beku, Ner’zhul merasa bahwa tugasnya akan berlangsung selama sepuluh ribu tahun. Dipindahkan oleh kekuatan chaotic sang Iblis, Ner’zhul menjadi mahluk dengan kekuatan tak terbatas. Pada saat itu, seorang Orc yang dikenal sebagai Ner’zhul sudah hilang, dan sang Raja Lich telah lahir.
Ksatria Kematian dan pengikut Shadowmoon milik Ner’zhul juga dirubah oleh kekuatan chaotic sang Iblis. Para penyihir itu dibunuh dan berubah menjadi Lich. Sang Iblis menetapkan bahwa meskipun dalam kematian, pengikut Ner’zhul akan selalu melayaninya tanpa ragu.
Ketika waktunya tepat, Kil’jaeden menerangkan misi yang telah dia rencanakan kepada sang Raja Lich. Ner’zhul diharuskan untuk menyebarkan wabah kematian dan terror diseluruh Azeroth yang dapat menghancurkan peradaban manusia selamanya. Semua yang mati karena wabah kematian itu akan bangkit sebagai Mayat Hidup, dan roh mereka akan terikat kepada Perintah Ner’zhul selamanya. Kil’jaeden menjanjikan bahwa jika Ner’zhul menyelesaikan tugasnya dan menghancurkan kehidupan manusia dari dunia, dia akan dibebaskan dari kutukannya dan akan mendapatkan tubuh baru untuk digunakan.
Meskipun Ner’zhul setuju dan sangat bersemangat untuk menjalankan tugasnya, Kil’jaeden masih meragukan kesetiannya. Menjaga Sang Raja Lich tanpa tubuh dan mengurungnya didalam kubah kristal meyakinkannya untuk sementara, tapi sang Iblis tahu bahwa dia harus tetap mengawasinya. Sampai hal ini berakhir, Kil’jaeden memanggil Penjaga Iblis Elit miliknya, sang Vampiric Dreadlords, untuk mengawasi Ner’zhul dan menjamin bahwa dia melakukan tugasnya. Tichondrius, salah satu yang paling kuat dan hebat diantara para Dreadlords, menyanggupi tugas itu, dia sangat tertarik dengan akibat dari wabah kematian dan Raja Lich yang diharapkan mampu melakukannya.
Mahkota Es dan Tahta Beku
Kil’jaeden mengirim Kubah Es Ner’zhul kembali ke dunia Azeroth. Kristal Keras itu membelah langit malam dan menghantam daratan es di Northrend, mengubur dirinya jauh didalam Pegunungan Es. Sang Kristal beku, khawatir tidak dapat menghindari jika ada bahaya mengancam, mulai membangun sebuah Tahta, lalu Arwah Ner’zhul berusaha menjalankannya.
Dari Tahta Beku, Ner’zhul mulai menjalankan tugasnya dan menghasut pikiran mahluk hidup yang berada di Northrend. Dengan sedikit usaha, dia berhasil memperbudak banyak mahluk hidup, termasuk Troll es dan Wendigo, lalu menarik mereka menuju kegelapan. Kekuatan sihir miliknya juga terbukti tak terbatas, dan dia menggunakannya untuk menciptakan sebuah pasukan kecil yang dia perintahkan untuk menjaga Labirin Mahkota Es. Ketika sang Raja Lich menguasai keahliannya yang baru dibawah pengawasan para Dreadlord, dia menemukan bahwa ada sekelompok manusia yang hidup didaerah Dragonblight. Dengan cepat, Ner’zhul memutuskan untuk mencoba kekuatannya kepada para manusia itu.
Ner’zhul mengirimkan wabah kematian dari dalam Tahta Beku, keluar melewati lembah es. Mengendalikan wabah kematian atas kehendaknya sendiri, dia mengirimnya langsung ke desa manusia. Dalam tiga hari, semua yang terkena wabah itu lalu mati, tapi dengan cepat setelahnya para penduduk yang mati itu mulai hidup kembali sebagai mayat hidup. Ner’zhul dapat merasakan jiwa mereka dan memerintahnya seperti miliknya sendiri. Rasa benci dan dendam didalam pikirannya membuat Ner’zhul bahkan tumbuh semakin lebih kuat, ditambah ketika para jiwa itu menyediakannya lebih banyak kekuatan. Dia menganggap bahwa seperti permainan anak kecil untuk mengendalikan para Zombie dan menggunakan mereka untuk apapun yang dia inginkan.
Setelah beberapa bulan, Ner’zhul melanjutkan bereksperimen dengan wabah kematiannya dengan merubah semua manusia yang hidup di Nortrend. Dengan pasukan mayat hidupnya yang bertambah setiap hari, dia mengetahui bahwa tugas sebenarnya akan segera tiba.
Pertempuran di Grim Batol
Sementara itu, didaratan perang di bagian selatan, pasukan Horde yang tersisa berjuang untuk bertahan hidup. Meski Grom Hellscream dan Klan Warsong miliknya berhasil menghindar dari penangkapan, Deadeye dan Klan Bleeding Hollow tertangkap dan ditempatkan di Kamp Lordaeron. Para penjaga penjara lalu mengendalikan mereka dan meredam rasa haus mereka akan pertempuran.
Tetapi, tidak diketahui oleh bangsa Alliance, sebuah pasukan Orc yang cukup besar masih bebas berada dibagian Utara Khaz Modan. Klan Dragonmaw, dipimpin oleh Warlock Nekros, menggunakan benda pusaka yang disebut Jiwa Iblis untuk mengendalikan Ratu Dragon, Alexstrasza dan pasukan Dragonflight. Dengan Ratu Dragon sebagai pengikutnya, Nekros membangun pasukan rahasia didalam benteng Wildhammer di Grim Batol yang telah lama ditinggalkan, sebagian berkata dikutuk. Berencana untuk melepaskan pasukannya dan Naga Merah kepada pasukan Alliance, Nekros berharap dapat mempersatukan kembali Bangsa Horde dan melanjutkan untuk menaklukan Azeroth. Misinya tidak berhasil, sekelompok kecil ksatria, dipimpin oleh Penyihir Manusia Rhonin berhasil menghancurkan Jiwa Iblis dan membebaskan Ratu Dragon dari perintah Nekros.
Dalam kemarahannya, Alexstrasza menghancurkan Grim Batol dan memusnahkan hampir seluruh anggota Klan Dragonmaw. Impian Nekros tentang menyatukan kembang bangsa Horde hancur ketika pasukan Alliance mengepung pasukan Orc yang selamat dan mengurung mereka didalam Kamp. Kekalahan Klan Dragonmaw menjadi simbol akhir dari bangsa Horde, dan akhir dari bangsa Orc yang haus pertempuran.
Perubahan Bangsa Orc
Beberapa bulan berlalu, dan semakin banyak tawanan Orc diikat dan dikurung didalam Kamp. Ketika Kamp sudah mulai kelebihan tawanan, para Alliance terpaksa membangun Kamp baru daerah selatan Pegunungan Alterac. Untuk merawat dan mensuply jumlah yang terus bertambah, Raja Terenas menerapkan pajak kepada Bangsa Alliance. Pajak ini, meningkatkan gejolak politik dikalangan masyarakat, dan menciptakan kekecewaan. Kelihatannya bahwa bangsa manusia yang bersatu akan mengalami masa suram beberapa saat lagi.
Ketika gejolak politik terjadi, banyak penjaga penjara mulai melihat perubahan para Orc tawanan. Para Orc yang berusaha untuk melarikan diri dari Penjara atau berkelahi dengan sesamanya menurun dengan drastis. Para Orc menjadi pendiam dan tenang. Meskipun sangat sulit untuk dipercaya, Bangsa Orc yang pernah menjadi bangsa paling brutal sepanjang sejahar Azeroth, telah kehilangan keinginan mereka untuk bertarung. Perubahan aneh itu tidak mengganggu pemimpin bangsa Alliance dan terus mengambil pajak dari para penduduk.
Beberapa berspekulasi bahwa penyakit aneh, yang hanya dapat dirasakan oleh para Orc, menekan rasa ingin berperang mereka. Tapi Penyihir Antonidas dari Dalaran memiliki pendapat yang berbeda. Menemukan sedikit tentang sejarah para Orc, Antonidas menemukan bahwa para Orc telah berada didalam pengaruh kekuatan iblis selama beberapa generasi. Dia menyimpulkan bahwa para Orc telah terhasut oleh kekuatan ini bahkan sebelum invasi mereka ke Azeroth. Lalu, iblis telah meracuni darah para Orc, dan membuat mereka menjadi Brutal dan meningkatkan kekuatan, ketahanan dan aggressive.
Antonidas menyimpulkan bahwa perubahan para Orc bukanlah sebuah penyakit, tapi akibat dari kekuatan sihir Warlock yang membuat mereka tak kenal takut, menjadi Ksatria haus darah. Meskipun pendapatnya benar, Antonidas tidak dapat menemukan cara untuk menyembuhkan para Orc. Selain itu, banyak penyihir pengikutnya dan beberapa pemimpin Alliance, berdebat bahwa mencari cara menyembuhkan para Orc adalah sesuatu yang sia-sia. Sendirian mencari jalan keluar tentang kondisi misterius para Orc, Antonidas memutuskan bahwa menyembuhkan para Orc harus dengan cara spiritual.
Bangsa Horde Baru
Pemimpin Penjara dari Penjara Interment, Aedelas Blackmoore, mengawasi Orc tawanan dari Benteng Durnholde. Satu Orc yang selalu menarik perhatiannya, Orc yatim piatu yang dia temukan delapan belas tahun yang lalu. Blackmoore telah membesarkan Orc muda itu sebagai Budak Favotite dan menamainya Thrall. Blackmoore mengajarkan Orc muda itu tentang Taktik, Pilosofi, dan pertempuran. Thrall bahkan dilatih sebagai Gladiator. Ketika itu, sang Warden Jahat merubah sang Orc menjadi sebuah Senjata Hidup.
Dengan masa remaja yang keras, Thrall muda tumbuh menjadi kuat, cepat tanggap, dan mengetahui bahwa hidup sebagai Budak bukanlah untuknya. Ketika dia tumbuh dewasa, dia belajar tentang rakyatnya, para Orc, yang belum pernah dia temui. Setelah kekalahan mereka, kebanyakan mereka ditempatkan di Penjara. Rumor menyebar bahwa Doomhammer, pemimpin para Orc, telah melarikan diri dari Lordaeron dan bersembunyi. Hanya satu Klan Rogue yang masih beroperasi secara rahasia, mencoba untuk menghindari pengawasan para Alliance.
Akhirnya Thrall yang belum memiliki pengalaman memutuskan untuk melarikan diri dari Benteng Blackmoore dan berusaha untuk mencari sesama jenisnya. Selama perjalanannya Thrall mengunjungi penjara dan menemukan Bangsa Ksatria Orc telah menjadi lemah dan penakut. Tidak menemukan Ksatria hebat yang dia harapkan, Thrall pergi untuk mencari Pemimpin Orc yang tak terkalahkan, Grom Hellscream.
Selalu diburu oleh manusia, Hellscream tidak pernah kehilangan semangat untuk bertarung. Dibantu oleh Klan Warsong, Hellscream melanjutkan peperangan rahasia melawan musuh dari bangsanya. Sayangnya, Hellscream tidak pernah menemukan cara untuk membangkitkan kembali semangat para Orc dari perubahan mereka. Lalu Thrall, terinspirasi oleh idealism Hellscream, menemukan empathy kuat untuk para Horde dan tradisi ksatrianya.
Mencari kebenaran tentang dirinya, Thrall pergi keutara untuk menemukan Klan Frostwolf yang legendaris. Thrall mengetahui bahwa Gul’dan telah mengasingkan para Frostwolves ketika Peperangan Pertama. Dia juga mengetahui bahwa dia adalah anak dari Pahlawan Orc Durotan, pemimpin dari Frostwolves yang telah dibunuh hampir dua puluh tahun yang lalu.
Dibawah pengawasan sang Shaman Drek’Thar, Thrall mempelajari tradisi kuno Shamanistic bangsanya, yang telah dilupakan karena peraturan Iblis Gul’dan. Selama itu, Thrall menjadi Shaman hebat dan mengambil haknya sebagai Pemimpin dari Frostwolves. Didukung oleh pemimpin lainnya dan dibimbing untuk menemukan Takdirnya, Thrall berusaha untuk membebaskan Orc tawanan dan menyembuhkan bangsanya dari pengaruh iblis.
Dalam perjalanannya, Thrall bertemu dengan Panglima Perang tua, Orgrim Doomhammer, yang telah hidup menyendiri selama beberapa tahun. Doomhammer, yang dulu adalah teman dekat ayah Thrall, memutuskan untuk mengikuti Orc muda, dan membantunya membebaskan Orc yang ditawan. Didukung oleh banyak veteran, Thrall akhirnya berhasil membebaskan bangsa Horde dan memberikan rakyatnya identitas spiritual yang baru.
Sebagai simbol kelahiran kembali bangsanya, Thrall kembali ke Benteng Blackmoore di Durnholde dan akan membunuh mantan Tuannya dengan menyerang penjara itu. Kemenangan ini mengambil bayarannya, ketika pembebasan salah satu Penjara, Doomhammer gugur dalam pertempuran.
Thrall mengambil Kapak Perang legendaris milik Doomhammer dan memakai Baju Jirahnya untuk menjadi Panglima Perang baru bagi bangsa Horde. Hanya dalam waktu beberapa bulan, pasukan Horde Thrall yang kecil tapi kuat berhasil membebaskan para tawanan dan mengelabui pasukan Alliance dengan strategi cerdiknya. Dibantu oleh teman terbaiknya dan gurunya, Grom Hellscream, Thrall berusaha untuk meyakinkan bahwa rakyatnya tidak akan menjadi budak lagi.
Perang para Laba-laba
Ketika Thrall membebaskan saudaranya di Lordaeron, Ner’zhul melanjutkan membangun markasnya di Northrend. Istana megah dibangun sebagai diatas daratan Es dan dihuni oleh pasukan kematian yang terus bertambah. Ketika sang Raja Lich menyebarkan ketakutan diseluruh daratan, satu kerajaan bayangan menghalangi usahanya. Kerajaan bawah tanah kuno Azjol-Nerub , yang dihuni oleh bangsa Manusia Laba-laba, mengirim ksatria elite mereka untuk menyerang Mahkota Es dan mengakhiri dominasi Gila sang Raja Lich. Dengan frustrasi, Ner’zhul mengetahui bahwa nerubian ini tidak hanya kebal kepada Penyakit Kematian, tapi juga pikiran mereka tidak dapat dipengaruhi.
Pemimpin para Laba-laba Nerubian memberikan perintah kepada pasukannya dan memiliki jaringan bawah tanah yang tersebar luas hampir setengah dari seluruh Northrend. Taktik serang dan kabur mereka pada Kerajaan Raja Lich sangatlah jitu untuk menghancurkan dengan sangat perlahan. Tapi akhirnya Perang antara Ner’zhul melawan para Nerubian dimenangkannya dengan gemilang. Dengan bantuan para Dreadlords dan pasukan Mayat Hidup yang tak terhitung, sang Raja Lich menginvasi Azjol-Nerub dan menghancurkan kerajaan mereka setelah memenggal kepala Pemimpin para Nerubian.
Meski para Nerubian kebal terhadap penyakit kematiannya, kekuatan nekromatik Ner’zhul dapat membangkitkan mayat ksatria laba-laba yang mati dan mengikat mereka pada perintahnya. Sebagai penghargaan terhadap kekuatan dan keberanian mereka, Ner’zhul menggunakan gaya arsitektur para nerubian pada Istana dan Bangunannya. Merasa bahwa kerajaannya sudah siap, sang raja Lich mulai untuk menyiapkan misi sesungguhnya pada dunia. Menjelajahi dunia manusia dengan sangat cepat seperti angin untuk mencari pengikutnya, sang Raja Lich memanggil jiwa gelap yang mau mendengarkannya.
Kel’Thuzad dan Pembentukan Bangsa Scourge
Ada beberapa individu dengan kekuatan hebat yang tersebar diseluruh dunia yang mendengar panggilan Raja lich dari Northrend. Yang paling hebat diantara mereka ada penyihir dari Dalaran, Kel’Thuzad, yang pernah menjadi anggota senior Kirin Tor, pusat Pemerintahan Dalaran. Dia dituduh menjadi seorang yang sesat karena bertahun-tahun mempelajari sihir terlarang Necromancy. Berusaha untuk mempelajari semua sihir dunia dan kehebatannya, dia sangat kecewa dengan apa yang dia lihat ketika tidak ada yang mau mendukungnya. Ketika mendengar ada kekuatan hebat memanggilnya dari Northrend, sang Penyihir membulatkan tekadnya untuk berusaha berkomunikasi dengan suara misterius itu. Yakin bahwa Kirin Tor terlalu takut untuk mempelajari sihir hitam, dia mengundurkan diri untuk mempelajari apa yang dia bisa dari kekuatan sang Raja Lich.
Meninggalkan harta dan jabatan politiknya, Kel’Thuzad meninggalkan Kirin Tor dan Dalaran selamanya. Diyakinkan oleh suara Raja Lich dipikirannya, dia menjual jiwanya dan membuang kekayaannya. Berjalan sendiri melewati banyak negara dan lautan, dia akhirnya mencapai pantai beku Northrend. Ingin mencapai Mahkota Es dan menawarkan kesetiannya kepada Raja Lich, sang Penyihir itu melewati reruntuhan kerajaan Azjol-Nerub. Kel’Thuzad takjub melihat kekuatan yang dimiliki oleh Ner’zhul. Dia mulai sadar bahwa menjadi pengikut Raja Lich adalah keputusan yang sangat baik.
Setelah berbulan-bulan melewati dataran es yang kejam, Kel’Thuzad akhirnya mencapai Es Hitam dari Mahkota Es. Dia mendekati Istana Gelap Ner’zhul dan terkejut ketika para Penjaga membiarkannya lewat seperti dia sudah ditunggu. Kel’Thuzad masuk kedalam bumi dingin dan menemukan jalan kebawah tanah. Disana, didalam kubah yang terbuat dari es dan bayangan, dia bersujud dihadapan sang Tahta Beku dan menawarkan jiwanya kepada Pemimpin Kegelapan dan Kematian.
Sang Raja Lich puas dengan perjuangannya. Dia menjanjikan keabadian pada Kel’Thuzad dan kekuatan tak terbatas sebagai hadiah dari kesetiaan dan kepatuhannya. Bersemangat mendapatkan pengetahuan ilmu hitam dan kekuatannya, Ke’Thuzad menerima misi pertamanya, pergi ke dunia manusia dan mencari bangsa baru yang sanggup memuja sang Raja Lich sebagai Tuhan.
Untuk membantu sang Penyihir menyelesaikan misinya, Ner’zhul membiarkan sisi manusia Kel’Thuzad tetap ada. Berwujud sebagai Penyihir Kharismatik dia menyerang dengan menggunakan kekuatan ilusi dan hipnotis kepada para penduduk, menyebarkan sebuah kepercayaan dan ajaran baru kepada masyakarat Lordaeron. Lalu, ketika dia mendapatkan perhatian mereka, dia menawarkan kepercayaan baru yang dapat memberikan mereka seorang raja baru.
Kel’Thuzad kembali ke Lordaeron dengan menyamar, dan selama tiga tahun, dia menggunakan bakatnya dan kepintarannya untuk mengumpulkan sebuah kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kelompok itu, yang dia namakan Pasukan Terkutuk, menjanjikan kehidupan sosial dan kehidupan abadi di Azeroth sebagai hadiah atas pelayanan dan kesetiaan mereka terhadap Ner’zhul. Setelah beberapa bulan, Kel’Thuzad mendapatkan banyak sukarelawan yang ingin bergabung dengannya, para pekerja rendahan dari Lordaeron. Sangatlah mudah bagi Kel’Thuzad untuk menyelesaikan tugasnya. Hanya merubah keyakinan masyakat dari Jalan Terang menjadi Jalan Gelap milik Ner’zhul. Ketika pasukan Terkutuk tumbuh semakin besar dan kuat, Kel’Thuzad berusaha untuk menyembunyikannya dari Kerajaan Lordaeron.
Dengan keberhasilan Kel’Thuzad di Lordaeron, sang Raja Lich menyiapkan persiapan akhir untuk penyerangan terhadap peradaban manusia. Menyimpan energi penyakitnya kedalam sebuah benda yang disebut Kotak Penyakit, Ner’zhul memerintahkan Kel’Thuzad untuk mengirim Kotak itu ke Lordaeron, dimana mereka akan disembunyikan diantara para penduduk. Kotak itu, dilindungi oleh anggota dari Pasukan terkutuk, akan berfungsi sebagai penyebar Penyakit Kematian, mengirim penyakit Kematian keseluruh pertanian dan kota diutara Lordaeron.
Rencana sang Raja Lich berjalan sempurna. Banyak penduduk diutara Lordaeron langsung terkontaminasi. Sama seperti penduduk di Northrend, para penduduk yang terkena penyakit kematian mati setelah beberapa hari lalu bangkit sebagai Budak sang raja Lich. Para pengikut Kel’Thuzad memilih untuk mati dan dibangkitkan kembali sebagai Pelayan Raja Kegelapan mereka. Mereka ingin mendapatkan keabadian didalam kematian. Ketika penyakit kematian menyebar, zombie mulai bertambah dengan cepat didaerah utara. Kel’Thuzad memandang pasukan Raja Lich dan menamainya dengan Bangsa Scourge, yang sebentar lagi akan mulai mencapai gerbang Lordaeron dan memusnahkan peradaban manusia dari muka dunia.
Perpecahan Bangsa Alliance
Tidak siap terhadap wabah kematian yang menyebar didaerah mereka, pemimpin dari Bangsa Alliance mulai mengumpulkan para pemimpin lain dan menekan gejolak politik. Raja Terenas dari Lordaeron mulai khawatir bahwa perjanjian yang telah mereka dirikan ketika masa kehancuran dulu tidak akan bertahan lama. Terenas meyakinkan pemimpin bangsa Alliance untuk mengirimkan uang dan pekerja untuk membantu membangun kembali Kerajaan Selatan Stormwind, yang telah hancur ketika penyerangan bangsa Orc ke Azeroth. Pajak tinggi yang diumumkan, bersama dengan biaya mahal untuk merawat dan mengoperasikan penjara para Orc, membuat banyak pemimpin seperti Genn Greymane dari Gilneas menjadi percaya bahwa kerajaan mereka akan lebih baik jika melepaskan diri dari bangsa Alliance.
Membuatnya semakin lebih buruk, para High Elf dari Silvermoon membatalkan perjanjian mereka membantu Alliance, menilai bahwa manusia telah memimpin dengan buruk sehingga mengakibatkan hutan mereka terbakar ketika Perang Kedua. Terenas berusaha meyakinkan dan mengingatkan bahwa tidak akan ada yang tersisa dari Quel’Thalas jika pasukan manusia yang mengorbankan nyawa mereka tidak mempertahankannya. Sayang sekali, para elf dengan keras kepala memutuskan untuk memilih keputusan mereka. Bersamaan dengan kepergian para elf, Gilneas dan Stromgarde juga melepaskan diri.
Meskipun bangsa Alliance tercerai berai, Raja Terenas masih memiliki sekutu yang dapat diandalkan. Baik itu Admiral Proudmoore dari Kul Tiras dan sang Raja Muda, Varian Wrynn dari Azeroth, masih bergabung sebagai Bangsa Alliance. Lalu, para penyihir dari Kirin Tor, dipimpin oleh sang Penyihir Antonidas, meyakinkan Dalaran untuk mendukung peraturan Terenas. Mungkin dari semua bangsa yang terpecah adalah Raja Dwarv, Magni Bronzebeard, yang berjanji bahwa para Dwarv di Ironforge akan selalu berhutang budi kepada Alliance ketika pembebasan Khaz Modan dari kendali bangsa Horde.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Warcraft: Orc dan Manusia
Ketika Kil’jaeden menyiapkan bangsa Horde untuk invasi ke Azeroth, Medivh masih berusaha untuk melawan dirinya terhadap Sargeras. Raja Llane, pemimpin terhormat Stormwind, sangat khawatir dengan kegelapan yang meliputi diri temannya. Raja Llane menceritakan kehawatirannya kepada Anduin Lothar, keturunan terakhir dari bangsa Arathi, yang menjadi Letnan Perang. Meski begitu, tidak ada satu orang pun yang dapat membayangkan bahwa perubahan lambat Medivh menjadi gila akan membawa horor kedunia.
Sebagai insentif akhir, Sargeras menjanjikan kekuatan hebat pada Gul’dan jika dia setuju untuk memimpin bangsa Horde ke Azeroth. Melalui Medivh, Sargeras memberitahu sang Warlock bahwa dia akan menjadi Dewa Hidup jika dia menemukan Kuburan bawah laut dimana Pelindung Aegwynn mengubur serpihan tubuh sargeras selama ribuan tahun sebelumnya. Gul’dan setuju dan memutuskan bahwa ketika penduduk Azeroth berhasil dikalahkan, dia akan menemukan Kuburan Legendaris itu dan mengklaim hadiahnya. Yakin bahwa bangsa Horde akan memberikan keinginannya, Sargeras memerintahkan invasi dimulai.
Untuk memudahkan mereka, Medivh dan para Warlock dari Penasehat Bayangan membuka gerbang dimensi yang dinamakan Portal Gelap. Portal ini menjembatani jarak antara Azeroth dan Draenor, dan sangatlah besar sampai sebuah pasukan dapat melewatinya. Gul’dan mengirimkan pengintai Orc melewati portal untuk melihat daratan dimana akan mereka taklukkan. Pengintai itu kembali dan meyakinkan para Penasehat Bayangan bahwa dunia Azeroth telah siap untuk dijajah.
Masih yakin bahwa kejahatan Gul’dan akan menghancurkan rakyatnya, Durotan kembali berbicara sekali lagi kepada para Warlock. Sang ksatria pemberani itu mengklaim bahwa para warlock telah menghancurkan kesucian arwah orcish dan invasi iblis ini akan menjadi kematian mereka. Gul’dan tidak dapat mengambil resiko dengan membunuh pahlawan yang terkenal, terpaksa mengasingkan Durotan dan Klan Frostwolfnya menuju belahan lain dunia baru ini.
Setelah pengasingan Frostwolves melewati portal, hanya beberapa Klan Orc yang mengikuti. Para orc ini dengan cepat membangun markas operasi di Black Morass, sebuah area yang gelap dan berawa jauh ditimur kerajaan Stormwind. Ketika para Orc mulai untuk menjelajahi daratan baru ini, mereka lalu memulai konflik dengan manusia yang mempertahankan Stormwind. Meskipun pertarungan ini berakhir dengan cepat, mereka menunjukkan kelemahan dan kekuatan dari kedua belah pihak. Llane dan Lothar tidak dapat mengumpulkan data akurat tentang berapa banyak jumlah para Orc dan hanya bisa menebak kekuatan yang harus mereka hadapi. Setelah beberapa tahun sebagian besar pasukan Orchish Horde telah datang ke Azeroth, dan Gul’dan yakin bahwa waktu untuk serangan utama terhadap bangsa manusia telah tiba. Bangsa Horde mengirimkan pasukan terhebatnya untuk menyerang Kerajaan Stormwind yang tidak siap.
Ketika pasukan Azeroth dan pasukan Horde berperang disekitar kerajaan, konflik internal mulai mengambil korban dari kedua pasukan. Raja Llane, yang percaya bahwa para Orc tidak akan dapat menaklukan Azeroth, tetap berada diposisinya didalam Stormwind. Tapi, Lothar menjadi yakin bahwa pertempuran haruslah dibawa langsung pada musuhnya, dan dia dipaksa untuk memilih antara keyakinannya dan kesetiannya kepada Raja. Memilih untuk mengikuti instingnya, Lothar menghancurkan Benteng Menara milik Medivh di Karazhan dengan bantuan dari penyihir muda, Khadgar. Khadgar dan Lothar sukses dalam menghancurkan Pelindung yang dirasuki, yang mereka percaya bahwa dialah sumber dari kehancuran. Dengan membunuh tubuh Medivh, Lothar dan penyihir muda mengirim arwah Sargeras ke akherat. Sebagai konsekuensinya, arwah murni Medivh menjadi gentayangan dan menghuni dimensi arwah selama beberapa tahun kedepan.
Meskipun Medivh berhasil dikalahkan, bangsa Horde melanjutkan dominasi mereka kepada penjaga Stormwind. Ketika kemenangan para Horde semakin dekat, Ogrim Doomhammer, salah satu pemimpin terhebat Orc, mulai melihat kehancuran yang telah menyebar diantara Klan semenjak mereka berada di Draenor. Teman lamanya, Durotan, kembali dari pengasingannya dan memperingatkan dirinya kepada tipu muslihat Gul’dan. Dengan cepat, pembunuh bayaran Gul’dan membunuh Durotan dan keluarganya, hanya menyisakan anak tunggalnya. Tidak diketahui oleh Doomhammer bahwa anak tunggal durotan ditemukan oleh seorang ksatria manusia, Aedelas Blackmoore, dan diambil sebagai budak.
Orc muda itu suatu hari akan muncul sebagai pemimpin terhebat bagi rakyatnya sepanjang sejarah.
Sadar dengan kematian Durotan, Orgim berusaha untuk membebaskan para Horde dari hasutan iblis dan mengambil alih kepemimpinan bangsa Horde dengan membunuh bawahan Gul’dan, Blackhand. Dibawah kepemimpinannya pasukan Horde akhirnya bersiap didepan gerbang Stromwind. Raja Llane telah meremehkan kekuatan bangsa Horde, dan dia melihat dengan tidak berdaya ketika kerajaannya jatuh kepada bangsa asing berkulit hijau. Akhirnya Raja Llane dibunuh oleh Pembunuh Bayaran terbaik milik Penasehat Bayangan, keturunan Setengah Orc, Garona.
Lothar dan Ksatrianya, kembali kerumah dari Karazhan, berusaha mengumpulkan kekuatan kembali dan menyelamatkan rumah mereka. Tapi mereka kembali terlalu lambat dan menemukan kerajaan mereka telah menjadi reruntuhan. Bangsa Orchish Horde melanjutkan ke pinggiran kota dan mengklaim daratan itu sebagai milik mereka. Terpaksa bersembunyi, Lothar dan pengikutnya bersumpah akan kembali mengambil alih rumah mereka apapun yang terjadi.
Para Alliance dari Lordaeron
Warcraft 2: Hancurnya Kegelapan
Lothar membawa sisa pasukan Azeroth yang selamat setelah kekalahan di Stormwind, lalu berlayar melewati lautan menuju Kerajaan Lordaeron di utara. Yakin bahwa pasukan Horde akan menghancurkan semua manusia jika dibiarkan, para pemimpin dari tujuh bangsa manusia bertemu dan setuju untuk bersatu dan menjadi Alliance dari Lordaeron. Untuk pertama kalinya selama tiga ribu tahun, bangsa Arathor yang pernah terpecah menjadi satu kembali dibawah satu bendera. Ditunjuk sebagai Panglima Perang pasukan Alliance, Lothar menyiapkan pasukannya untuk menyambut para Horde.
Dibantu oleh letnannya, Uther sang Pembawa Cahaya, Admiral Daelin Proudmoore, dan Turalyon, Lothar juga mampu meyakinkan bangsa setengah manusia dari Lordaeron tentang ancaman para Orc. Para Alliance berhasil mendapatkan bantuan dari bangsa Dwarv Ironforge dan sedikit pasukan High Elf dari Quel’Thalas. Para Elf, saat itu dipimpin oleh Anasterian Sunstrider, tidak peduli dengan konflik yang terjadi. Tapi, mereka terikat secara moral untuk membantu Lothar karena dia adalah keturunan terakhir Arathi, yang telah membantu para Elf pada jaman dulu.
Bangsa Horde, sekarang dipimpin oleh Doomhammer, membawa para Ogre dari Draenor dan berhasil menaklukan Troll Amani kepada pihaknya. Memulai peperangan besar melawan kerajaan Dwarv di Khaz Modan dan bagian selatan dari Lordaeron, Bangsa Horde berusaha untuk menang.
Pertarungan Epic dalam Perang Kedua berlangsung mulai dari pertarungan jarak jauh sampai pertarungan jarak dekat. Entah bagaimana, bangsa Horde berhasil menemukan benda pusaka hebat yang disebut Jiwa Iblis dan menggunakannya untuk mengendalikan Ratu Dragon, Alexstrasza. Diancam bahwa telurnya akan dihancurkan, bangsa Horde memaksa Alexstrasza untuk mengirimkan anak-anaknya ke medan perang. Ratu Dragon Merah terpaksa untuk berperang dipihak bangsa Horde, dan mereka harus melakukannya.
Peperangan berkecamuk diseluruh daratan Khaz Modan, Lordaeron dan Azeroth. Sebagai bagian dari misinya, bangsa Horde berhasil membakar perbatasan Quel’Thalas, karena itu meyakinkan bangsa Elf kepada peringatan para Alliance. Kota besar Lordaeron dihancurkan dan terbakar karena konflik. Meskipun tidak memiliki bantuan dan kekurangan pasukan, Lothar dan pasukannya berhasil menahan musuh mereka di perbatasan.
Tapi, mendekati hari terakhir Perang Kedua, ketika kemenangan Bangsa Horde atas Bangsa Alliance semakin dekat, sesuatu yang gawat terjadi diantara kedua pasukan Orc yang terkuat di Azeroth. Ketika Doomhammer menyiapkan serangan terakhirnya kepada Ibu Kota Lordaeron, sebuah serangan yang akan menghancurkan manusia terakhir sebagai Alliance, Gul’dan dan pasukannya meninggalkan post mereka dan pergi kelaut. Doomhammer yang kaget, kehilangan hampir setengah pasukannya karena penghianatan Gul’dan, dipaksa mundur dan menghapus kesempatan emasnya untuk memenangkan peperangan terhadap Alliance.
Gul’dan yang haus kekuatan, terobsesi dengan kekuatan Dewa itu sendiri, pergi mencari Kuburan Bawah Laut Sargeras yang dia percaya bahwa itulah rahasia sebuah kekuatan hebat. Telah mengutuk saudara Orcnya menjadi budak dari Burning Legion, Gul’dan berpikir tidak ada yang harus dilakukan lagi selain melimpahkannya kepada Doomhammer. Dibantu oleh Klan Stormreaver dan Twilight Hammer, Gul’dan berhasil mengangkat Kuburan Sargeras dari dasar lautan. Tapi, ketika dia membuka peti yang terkubur dengan air, dia hanya menemukan Iblis gila yang menantinya.
Mencari untuk menghukum para Orc yang berhianat, Doomhammer mengirim pasukannya untuk membunuh Gul’dan dan membawa sisa Orc penghianat kembali kepada tugasnya. Karena kecerobohannya, Gul’dan terbunuh oleh Iblis gila yang telah dia lepaskan. Dengan kematian pemimpin mereka, pasukan Orc yang berhianat kembali bergabung dengan pasukan Doomhammer. Meski pemberontakan telah diredam, bangsa Horde tidak dapat memperbaiki kekalahan yang telah mereka derita. Penghianatan Gul’dan telah memberikan pasukan Alliance bukan hanya harapan, tapi juga waktu untuk mengumpulkan pasukan dan memulihkan kekuatan.
Anduin Lothar, melihat bahwa pasukan Horde mulai terpecah dari dalam, mengumpulkan pasukannya yang tersisa dan menekan Doomhammer keselatan, kembali kepusat Stromwind. Disana, pasukan Alliance menjebak pasukan Horde diantara Tembok Gunung Berapi Blackrock Spire. Meskipun Lothar gugur dalam pertempuran di Blackrock Spire, letnannya, Turalyon, mengumpulkan pasukan Alliance dan mengusir pasukan Horde kembali ke rawa kematian Swamp Of Sorrows. Pasukann Turalyon berhasil menghancurkan Dark Portal, sebuah gerbang mistik yang menghubungkan para Orc dengan rumah mereka Draenor. Diputuskan dari bala bantuan dan perpecahan, pasukan Horde akhirnya hancur dengan sendirinya dan takluk kepada kehebatan bangsa Alliance.
Pasukan Orc yang terpecah kemudian dengan cepat bersatu dan membangun sebuah kamp kecil. Meskipun kelihatannya bahwa bangsa Horde telah dikalahkan untuk selamanya, beberapa yang tersisa hanya bisa hidup dalam damai. Khadgar, sekarang menjadi seorang Penyihir sakti, meyakinkan Pemimpin tertinggi bangsa Alliance untuk membangun Benteng Nethergarde yang akan mengawasi reruntuhan Dark Portal dan menjamin bahwa tidak akan ada invasi susulan dari Draenor.
Invasi terhadap Draenor
Warcraft 2X: Dibalik Dark Portal
Ketika api Perang Kedua mulai padam, pasukan Alliance mengambil langkah agresif untuk mengakhiri ancaman para Orc. Sebuah bangunan raksasa, dibuat untuk memenjarakan Orc yang tertangkap, dibangun diselatan Lordaeron. Dijaga oleh Paladin dan Ksatria Veteran bangsa Alliance, bangunan itu menjadi suatu kesuksesan. Meskipun Orc tawanan sangat berambisi untuk berperang sekali lagi, para penjaga penjara, berdasarkan penjara tua di Durnholde, berhasil menjaga kedamaian dan membuat mereka patuh pada peraturan.
Tetapi, di dunia hancur Draenor, sebuah pasukan Orc baru bersiap untuk menyerang bangsa Alliance yang tidak siap. Ner’zhul, mantan pemimpin Gul’dan, mengumpulkan Klan Orc yang tersisa dibawah bendera hitamnya. Dibantu oleh Klan Shadowmoon, Shaman tua itu berencana untuk membuka beberapa Portal di Draenor yang akan memandu para Horde kepada dunia baru yang belum terjamah. Untuk memberikan kekuatan pada Portalnya, dia membutuhkan beberapa Artifak dari Azeroth. Untuk mendapatkannya, Ner’zhul membuka kembali Dark Portal dan mengirim pengikutnya untuk mendapatkannya.
Pasukan Horde baru, dipimpin oleh pimpinan veteran seperti Grom Hellscream dan Kilrogg Deadeye (dari Klan Bleeding Hollow), mengejutkan pertahanan pasukan Alliance dan mengamuk keseluruh daratan. Dibawah perintah Ner’zhul, para Orc dengan cepat mengumpulkan Artifak yang mereka butuhkan lalu kembali ke Draenor yang aman.
Raja Terenas dari Lordaeron, yakin bahwa para Orc sedang menyiapkan invasi baru ke Azeroth, mengumpulkan Letnan yang paling dipercayainya. Dia memerintahkan Jendral Turalyon dan sang Penyihir, Khadgar, untuk memimpin ekspedisi melewati Dark Portal untuk mengakhiri ancaman Orc selamanya. Pasukan Turalyon dan Khadgar berjalan menuju Draenor dan menghancurkan Klan Ner’zhul dibawah panasnya Hellfire Penisula. Bahkan dengan bantuan High Elf Alleria Windrunner, sang Dwarv Kurdran Wildhammer, dan ksatria veteran Danath Trollbane, Khadgar tidak mampu menghentikan Ner’zhul untuk membuka portal ke dunia lain.
Ner’zhul akhirnya membuka portal ke dunia lain, tapi dia tidak memikirkan akibat yang harus dia bayar. Kekuatan energi portal itu mulai menghancurkan alam Draenor. Ketika pasukan Turalyon berjuang untuk kembali ke Azeroth, dunia Draenor mulai mengalami kehancuran. Grom Hellscream dan Kilrogg Deadeye, menyadari bahwa rencana gila Ner’zhul akan memusnahkan seluruh bangsanya, mengumpulkan Orc yang tersisa dan kabur ke Azeroth yang aman.
Di Draenor, Turalyon dan Khadgar setuju untuk membuat pengorbanan besar dengan menghancurkan Dark Portal dari sisi mereka. Meskipun itu akan mengorbankan nyawa mereka, dan nyawa pasukannya, mereka mengetahui bahwa hanya itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Azeroth. Bahkan ketika Hellscream dan Deadeye mencuri jalan melalui pasukan manusia demi sedikit kebebasan, Dark Portal meledak dibelakang mereka. Bagi mereka, dan Orc yang tersisa di Azeroth, tidak ada jalan kembali pulang.
Ner’zhul dan Klan Shadowmoonnya yang setia melewati Portal besar yang baru, sebuah erupsi volkanik mulai menghancurkan Draenor bagian demi bagian. Lautan yang terbakar naik dan membanjiri seluruh daratan ketika dunia itu akhirnya musnah dalam ledakan yang hebat.
Kelahiran Sang Raja Lich
Ner’zhul dan pengikutnya memasuki Twisting Nether, sebuah dimensi yang menghubungkan ke seluruh dunia yang tersebar di Great Dark. Sayangnya Kil’jaeden dan Iblis bawahannya sudah menunggunya. Kil’jaeden, yang sudah bersumpah untuk membalas dendam kepada Ner’zhul karena penghianatannya dulu, dengan perlahan mencabik tubuh sang Shaman itu, menjadi berkeping-keping. Kil’jaeden menyimpan arwah sang Shaman tetap hidup dan terhubung, lalu meninggalkan Ner’zhul mengalami siksaan yang luar biasa dengan tidak memiliki tubuh. Meskipun Ner’zhul memohon kepada sang Iblis untuk melepaskannya dan memberinya kematian, sang Iblis langsung menolak karena perjanjian darah yang mereka lakukan dulu masih terikat, dan Ner’zhul masih memiliki kewajiban untuk melayani.
Kegagalan para Orc untuk menaklukan dunia untuk Burning Legion memaksa Kil’jaeden untuk menciptakan pasukan baru yang dapat menyebarkan kehancuran diseluruh kerajaan Azeroth. Pasukan baru ini tidak dibolehkan untuk memiliki perasaan dan perpecahan sesama jenis seperti bangsa Horde. Diharuskan tidak memiliki perasaan dan memiliki satu misi dalam pikirannya. Kali ini, Kil’jaeden tidak boleh gagal.
Menahan arwah Ner’zhul didalam sebuah tabung, Kil’jaeden memberinya kesempatan terakhir untuk melayani Legion atau menderita siksaan selamanya. Sekali lagi, Ner’zhul terpaksa menerima perjanjian Iblis. Arwah Ner’zhul dikirim kedalam sebuah Es Balok berbentuk permata yang dikumpulkan dari ujung Twisting Nether. Dikurung didalam kubah beku, Ner’zhul merasa bahwa tugasnya akan berlangsung selama sepuluh ribu tahun. Dipindahkan oleh kekuatan chaotic sang Iblis, Ner’zhul menjadi mahluk dengan kekuatan tak terbatas. Pada saat itu, seorang Orc yang dikenal sebagai Ner’zhul sudah hilang, dan sang Raja Lich telah lahir.
Ksatria Kematian dan pengikut Shadowmoon milik Ner’zhul juga dirubah oleh kekuatan chaotic sang Iblis. Para penyihir itu dibunuh dan berubah menjadi Lich. Sang Iblis menetapkan bahwa meskipun dalam kematian, pengikut Ner’zhul akan selalu melayaninya tanpa ragu.
Ketika waktunya tepat, Kil’jaeden menerangkan misi yang telah dia rencanakan kepada sang Raja Lich. Ner’zhul diharuskan untuk menyebarkan wabah kematian dan terror diseluruh Azeroth yang dapat menghancurkan peradaban manusia selamanya. Semua yang mati karena wabah kematian itu akan bangkit sebagai Mayat Hidup, dan roh mereka akan terikat kepada Perintah Ner’zhul selamanya. Kil’jaeden menjanjikan bahwa jika Ner’zhul menyelesaikan tugasnya dan menghancurkan kehidupan manusia dari dunia, dia akan dibebaskan dari kutukannya dan akan mendapatkan tubuh baru untuk digunakan.
Meskipun Ner’zhul setuju dan sangat bersemangat untuk menjalankan tugasnya, Kil’jaeden masih meragukan kesetiannya. Menjaga Sang Raja Lich tanpa tubuh dan mengurungnya didalam kubah kristal meyakinkannya untuk sementara, tapi sang Iblis tahu bahwa dia harus tetap mengawasinya. Sampai hal ini berakhir, Kil’jaeden memanggil Penjaga Iblis Elit miliknya, sang Vampiric Dreadlords, untuk mengawasi Ner’zhul dan menjamin bahwa dia melakukan tugasnya. Tichondrius, salah satu yang paling kuat dan hebat diantara para Dreadlords, menyanggupi tugas itu, dia sangat tertarik dengan akibat dari wabah kematian dan Raja Lich yang diharapkan mampu melakukannya.
Mahkota Es dan Tahta Beku
Kil’jaeden mengirim Kubah Es Ner’zhul kembali ke dunia Azeroth. Kristal Keras itu membelah langit malam dan menghantam daratan es di Northrend, mengubur dirinya jauh didalam Pegunungan Es. Sang Kristal beku, khawatir tidak dapat menghindari jika ada bahaya mengancam, mulai membangun sebuah Tahta, lalu Arwah Ner’zhul berusaha menjalankannya.
Dari Tahta Beku, Ner’zhul mulai menjalankan tugasnya dan menghasut pikiran mahluk hidup yang berada di Northrend. Dengan sedikit usaha, dia berhasil memperbudak banyak mahluk hidup, termasuk Troll es dan Wendigo, lalu menarik mereka menuju kegelapan. Kekuatan sihir miliknya juga terbukti tak terbatas, dan dia menggunakannya untuk menciptakan sebuah pasukan kecil yang dia perintahkan untuk menjaga Labirin Mahkota Es. Ketika sang Raja Lich menguasai keahliannya yang baru dibawah pengawasan para Dreadlord, dia menemukan bahwa ada sekelompok manusia yang hidup didaerah Dragonblight. Dengan cepat, Ner’zhul memutuskan untuk mencoba kekuatannya kepada para manusia itu.
Ner’zhul mengirimkan wabah kematian dari dalam Tahta Beku, keluar melewati lembah es. Mengendalikan wabah kematian atas kehendaknya sendiri, dia mengirimnya langsung ke desa manusia. Dalam tiga hari, semua yang terkena wabah itu lalu mati, tapi dengan cepat setelahnya para penduduk yang mati itu mulai hidup kembali sebagai mayat hidup. Ner’zhul dapat merasakan jiwa mereka dan memerintahnya seperti miliknya sendiri. Rasa benci dan dendam didalam pikirannya membuat Ner’zhul bahkan tumbuh semakin lebih kuat, ditambah ketika para jiwa itu menyediakannya lebih banyak kekuatan. Dia menganggap bahwa seperti permainan anak kecil untuk mengendalikan para Zombie dan menggunakan mereka untuk apapun yang dia inginkan.
Setelah beberapa bulan, Ner’zhul melanjutkan bereksperimen dengan wabah kematiannya dengan merubah semua manusia yang hidup di Nortrend. Dengan pasukan mayat hidupnya yang bertambah setiap hari, dia mengetahui bahwa tugas sebenarnya akan segera tiba.
Pertempuran di Grim Batol
Sementara itu, didaratan perang di bagian selatan, pasukan Horde yang tersisa berjuang untuk bertahan hidup. Meski Grom Hellscream dan Klan Warsong miliknya berhasil menghindar dari penangkapan, Deadeye dan Klan Bleeding Hollow tertangkap dan ditempatkan di Kamp Lordaeron. Para penjaga penjara lalu mengendalikan mereka dan meredam rasa haus mereka akan pertempuran.
Tetapi, tidak diketahui oleh bangsa Alliance, sebuah pasukan Orc yang cukup besar masih bebas berada dibagian Utara Khaz Modan. Klan Dragonmaw, dipimpin oleh Warlock Nekros, menggunakan benda pusaka yang disebut Jiwa Iblis untuk mengendalikan Ratu Dragon, Alexstrasza dan pasukan Dragonflight. Dengan Ratu Dragon sebagai pengikutnya, Nekros membangun pasukan rahasia didalam benteng Wildhammer di Grim Batol yang telah lama ditinggalkan, sebagian berkata dikutuk. Berencana untuk melepaskan pasukannya dan Naga Merah kepada pasukan Alliance, Nekros berharap dapat mempersatukan kembali Bangsa Horde dan melanjutkan untuk menaklukan Azeroth. Misinya tidak berhasil, sekelompok kecil ksatria, dipimpin oleh Penyihir Manusia Rhonin berhasil menghancurkan Jiwa Iblis dan membebaskan Ratu Dragon dari perintah Nekros.
Dalam kemarahannya, Alexstrasza menghancurkan Grim Batol dan memusnahkan hampir seluruh anggota Klan Dragonmaw. Impian Nekros tentang menyatukan kembang bangsa Horde hancur ketika pasukan Alliance mengepung pasukan Orc yang selamat dan mengurung mereka didalam Kamp. Kekalahan Klan Dragonmaw menjadi simbol akhir dari bangsa Horde, dan akhir dari bangsa Orc yang haus pertempuran.
Perubahan Bangsa Orc
Beberapa bulan berlalu, dan semakin banyak tawanan Orc diikat dan dikurung didalam Kamp. Ketika Kamp sudah mulai kelebihan tawanan, para Alliance terpaksa membangun Kamp baru daerah selatan Pegunungan Alterac. Untuk merawat dan mensuply jumlah yang terus bertambah, Raja Terenas menerapkan pajak kepada Bangsa Alliance. Pajak ini, meningkatkan gejolak politik dikalangan masyarakat, dan menciptakan kekecewaan. Kelihatannya bahwa bangsa manusia yang bersatu akan mengalami masa suram beberapa saat lagi.
Ketika gejolak politik terjadi, banyak penjaga penjara mulai melihat perubahan para Orc tawanan. Para Orc yang berusaha untuk melarikan diri dari Penjara atau berkelahi dengan sesamanya menurun dengan drastis. Para Orc menjadi pendiam dan tenang. Meskipun sangat sulit untuk dipercaya, Bangsa Orc yang pernah menjadi bangsa paling brutal sepanjang sejahar Azeroth, telah kehilangan keinginan mereka untuk bertarung. Perubahan aneh itu tidak mengganggu pemimpin bangsa Alliance dan terus mengambil pajak dari para penduduk.
Beberapa berspekulasi bahwa penyakit aneh, yang hanya dapat dirasakan oleh para Orc, menekan rasa ingin berperang mereka. Tapi Penyihir Antonidas dari Dalaran memiliki pendapat yang berbeda. Menemukan sedikit tentang sejarah para Orc, Antonidas menemukan bahwa para Orc telah berada didalam pengaruh kekuatan iblis selama beberapa generasi. Dia menyimpulkan bahwa para Orc telah terhasut oleh kekuatan ini bahkan sebelum invasi mereka ke Azeroth. Lalu, iblis telah meracuni darah para Orc, dan membuat mereka menjadi Brutal dan meningkatkan kekuatan, ketahanan dan aggressive.
Antonidas menyimpulkan bahwa perubahan para Orc bukanlah sebuah penyakit, tapi akibat dari kekuatan sihir Warlock yang membuat mereka tak kenal takut, menjadi Ksatria haus darah. Meskipun pendapatnya benar, Antonidas tidak dapat menemukan cara untuk menyembuhkan para Orc. Selain itu, banyak penyihir pengikutnya dan beberapa pemimpin Alliance, berdebat bahwa mencari cara menyembuhkan para Orc adalah sesuatu yang sia-sia. Sendirian mencari jalan keluar tentang kondisi misterius para Orc, Antonidas memutuskan bahwa menyembuhkan para Orc harus dengan cara spiritual.
Bangsa Horde Baru
Pemimpin Penjara dari Penjara Interment, Aedelas Blackmoore, mengawasi Orc tawanan dari Benteng Durnholde. Satu Orc yang selalu menarik perhatiannya, Orc yatim piatu yang dia temukan delapan belas tahun yang lalu. Blackmoore telah membesarkan Orc muda itu sebagai Budak Favotite dan menamainya Thrall. Blackmoore mengajarkan Orc muda itu tentang Taktik, Pilosofi, dan pertempuran. Thrall bahkan dilatih sebagai Gladiator. Ketika itu, sang Warden Jahat merubah sang Orc menjadi sebuah Senjata Hidup.
Dengan masa remaja yang keras, Thrall muda tumbuh menjadi kuat, cepat tanggap, dan mengetahui bahwa hidup sebagai Budak bukanlah untuknya. Ketika dia tumbuh dewasa, dia belajar tentang rakyatnya, para Orc, yang belum pernah dia temui. Setelah kekalahan mereka, kebanyakan mereka ditempatkan di Penjara. Rumor menyebar bahwa Doomhammer, pemimpin para Orc, telah melarikan diri dari Lordaeron dan bersembunyi. Hanya satu Klan Rogue yang masih beroperasi secara rahasia, mencoba untuk menghindari pengawasan para Alliance.
Akhirnya Thrall yang belum memiliki pengalaman memutuskan untuk melarikan diri dari Benteng Blackmoore dan berusaha untuk mencari sesama jenisnya. Selama perjalanannya Thrall mengunjungi penjara dan menemukan Bangsa Ksatria Orc telah menjadi lemah dan penakut. Tidak menemukan Ksatria hebat yang dia harapkan, Thrall pergi untuk mencari Pemimpin Orc yang tak terkalahkan, Grom Hellscream.
Selalu diburu oleh manusia, Hellscream tidak pernah kehilangan semangat untuk bertarung. Dibantu oleh Klan Warsong, Hellscream melanjutkan peperangan rahasia melawan musuh dari bangsanya. Sayangnya, Hellscream tidak pernah menemukan cara untuk membangkitkan kembali semangat para Orc dari perubahan mereka. Lalu Thrall, terinspirasi oleh idealism Hellscream, menemukan empathy kuat untuk para Horde dan tradisi ksatrianya.
Mencari kebenaran tentang dirinya, Thrall pergi keutara untuk menemukan Klan Frostwolf yang legendaris. Thrall mengetahui bahwa Gul’dan telah mengasingkan para Frostwolves ketika Peperangan Pertama. Dia juga mengetahui bahwa dia adalah anak dari Pahlawan Orc Durotan, pemimpin dari Frostwolves yang telah dibunuh hampir dua puluh tahun yang lalu.
Dibawah pengawasan sang Shaman Drek’Thar, Thrall mempelajari tradisi kuno Shamanistic bangsanya, yang telah dilupakan karena peraturan Iblis Gul’dan. Selama itu, Thrall menjadi Shaman hebat dan mengambil haknya sebagai Pemimpin dari Frostwolves. Didukung oleh pemimpin lainnya dan dibimbing untuk menemukan Takdirnya, Thrall berusaha untuk membebaskan Orc tawanan dan menyembuhkan bangsanya dari pengaruh iblis.
Dalam perjalanannya, Thrall bertemu dengan Panglima Perang tua, Orgrim Doomhammer, yang telah hidup menyendiri selama beberapa tahun. Doomhammer, yang dulu adalah teman dekat ayah Thrall, memutuskan untuk mengikuti Orc muda, dan membantunya membebaskan Orc yang ditawan. Didukung oleh banyak veteran, Thrall akhirnya berhasil membebaskan bangsa Horde dan memberikan rakyatnya identitas spiritual yang baru.
Sebagai simbol kelahiran kembali bangsanya, Thrall kembali ke Benteng Blackmoore di Durnholde dan akan membunuh mantan Tuannya dengan menyerang penjara itu. Kemenangan ini mengambil bayarannya, ketika pembebasan salah satu Penjara, Doomhammer gugur dalam pertempuran.
Thrall mengambil Kapak Perang legendaris milik Doomhammer dan memakai Baju Jirahnya untuk menjadi Panglima Perang baru bagi bangsa Horde. Hanya dalam waktu beberapa bulan, pasukan Horde Thrall yang kecil tapi kuat berhasil membebaskan para tawanan dan mengelabui pasukan Alliance dengan strategi cerdiknya. Dibantu oleh teman terbaiknya dan gurunya, Grom Hellscream, Thrall berusaha untuk meyakinkan bahwa rakyatnya tidak akan menjadi budak lagi.
Perang para Laba-laba
Ketika Thrall membebaskan saudaranya di Lordaeron, Ner’zhul melanjutkan membangun markasnya di Northrend. Istana megah dibangun sebagai diatas daratan Es dan dihuni oleh pasukan kematian yang terus bertambah. Ketika sang Raja Lich menyebarkan ketakutan diseluruh daratan, satu kerajaan bayangan menghalangi usahanya. Kerajaan bawah tanah kuno Azjol-Nerub , yang dihuni oleh bangsa Manusia Laba-laba, mengirim ksatria elite mereka untuk menyerang Mahkota Es dan mengakhiri dominasi Gila sang Raja Lich. Dengan frustrasi, Ner’zhul mengetahui bahwa nerubian ini tidak hanya kebal kepada Penyakit Kematian, tapi juga pikiran mereka tidak dapat dipengaruhi.
Pemimpin para Laba-laba Nerubian memberikan perintah kepada pasukannya dan memiliki jaringan bawah tanah yang tersebar luas hampir setengah dari seluruh Northrend. Taktik serang dan kabur mereka pada Kerajaan Raja Lich sangatlah jitu untuk menghancurkan dengan sangat perlahan. Tapi akhirnya Perang antara Ner’zhul melawan para Nerubian dimenangkannya dengan gemilang. Dengan bantuan para Dreadlords dan pasukan Mayat Hidup yang tak terhitung, sang Raja Lich menginvasi Azjol-Nerub dan menghancurkan kerajaan mereka setelah memenggal kepala Pemimpin para Nerubian.
Meski para Nerubian kebal terhadap penyakit kematiannya, kekuatan nekromatik Ner’zhul dapat membangkitkan mayat ksatria laba-laba yang mati dan mengikat mereka pada perintahnya. Sebagai penghargaan terhadap kekuatan dan keberanian mereka, Ner’zhul menggunakan gaya arsitektur para nerubian pada Istana dan Bangunannya. Merasa bahwa kerajaannya sudah siap, sang raja Lich mulai untuk menyiapkan misi sesungguhnya pada dunia. Menjelajahi dunia manusia dengan sangat cepat seperti angin untuk mencari pengikutnya, sang Raja Lich memanggil jiwa gelap yang mau mendengarkannya.
Kel’Thuzad dan Pembentukan Bangsa Scourge
Ada beberapa individu dengan kekuatan hebat yang tersebar diseluruh dunia yang mendengar panggilan Raja lich dari Northrend. Yang paling hebat diantara mereka ada penyihir dari Dalaran, Kel’Thuzad, yang pernah menjadi anggota senior Kirin Tor, pusat Pemerintahan Dalaran. Dia dituduh menjadi seorang yang sesat karena bertahun-tahun mempelajari sihir terlarang Necromancy. Berusaha untuk mempelajari semua sihir dunia dan kehebatannya, dia sangat kecewa dengan apa yang dia lihat ketika tidak ada yang mau mendukungnya. Ketika mendengar ada kekuatan hebat memanggilnya dari Northrend, sang Penyihir membulatkan tekadnya untuk berusaha berkomunikasi dengan suara misterius itu. Yakin bahwa Kirin Tor terlalu takut untuk mempelajari sihir hitam, dia mengundurkan diri untuk mempelajari apa yang dia bisa dari kekuatan sang Raja Lich.
Meninggalkan harta dan jabatan politiknya, Kel’Thuzad meninggalkan Kirin Tor dan Dalaran selamanya. Diyakinkan oleh suara Raja Lich dipikirannya, dia menjual jiwanya dan membuang kekayaannya. Berjalan sendiri melewati banyak negara dan lautan, dia akhirnya mencapai pantai beku Northrend. Ingin mencapai Mahkota Es dan menawarkan kesetiannya kepada Raja Lich, sang Penyihir itu melewati reruntuhan kerajaan Azjol-Nerub. Kel’Thuzad takjub melihat kekuatan yang dimiliki oleh Ner’zhul. Dia mulai sadar bahwa menjadi pengikut Raja Lich adalah keputusan yang sangat baik.
Setelah berbulan-bulan melewati dataran es yang kejam, Kel’Thuzad akhirnya mencapai Es Hitam dari Mahkota Es. Dia mendekati Istana Gelap Ner’zhul dan terkejut ketika para Penjaga membiarkannya lewat seperti dia sudah ditunggu. Kel’Thuzad masuk kedalam bumi dingin dan menemukan jalan kebawah tanah. Disana, didalam kubah yang terbuat dari es dan bayangan, dia bersujud dihadapan sang Tahta Beku dan menawarkan jiwanya kepada Pemimpin Kegelapan dan Kematian.
Sang Raja Lich puas dengan perjuangannya. Dia menjanjikan keabadian pada Kel’Thuzad dan kekuatan tak terbatas sebagai hadiah dari kesetiaan dan kepatuhannya. Bersemangat mendapatkan pengetahuan ilmu hitam dan kekuatannya, Ke’Thuzad menerima misi pertamanya, pergi ke dunia manusia dan mencari bangsa baru yang sanggup memuja sang Raja Lich sebagai Tuhan.
Untuk membantu sang Penyihir menyelesaikan misinya, Ner’zhul membiarkan sisi manusia Kel’Thuzad tetap ada. Berwujud sebagai Penyihir Kharismatik dia menyerang dengan menggunakan kekuatan ilusi dan hipnotis kepada para penduduk, menyebarkan sebuah kepercayaan dan ajaran baru kepada masyakarat Lordaeron. Lalu, ketika dia mendapatkan perhatian mereka, dia menawarkan kepercayaan baru yang dapat memberikan mereka seorang raja baru.
Kel’Thuzad kembali ke Lordaeron dengan menyamar, dan selama tiga tahun, dia menggunakan bakatnya dan kepintarannya untuk mengumpulkan sebuah kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kelompok itu, yang dia namakan Pasukan Terkutuk, menjanjikan kehidupan sosial dan kehidupan abadi di Azeroth sebagai hadiah atas pelayanan dan kesetiaan mereka terhadap Ner’zhul. Setelah beberapa bulan, Kel’Thuzad mendapatkan banyak sukarelawan yang ingin bergabung dengannya, para pekerja rendahan dari Lordaeron. Sangatlah mudah bagi Kel’Thuzad untuk menyelesaikan tugasnya. Hanya merubah keyakinan masyakat dari Jalan Terang menjadi Jalan Gelap milik Ner’zhul. Ketika pasukan Terkutuk tumbuh semakin besar dan kuat, Kel’Thuzad berusaha untuk menyembunyikannya dari Kerajaan Lordaeron.
Dengan keberhasilan Kel’Thuzad di Lordaeron, sang Raja Lich menyiapkan persiapan akhir untuk penyerangan terhadap peradaban manusia. Menyimpan energi penyakitnya kedalam sebuah benda yang disebut Kotak Penyakit, Ner’zhul memerintahkan Kel’Thuzad untuk mengirim Kotak itu ke Lordaeron, dimana mereka akan disembunyikan diantara para penduduk. Kotak itu, dilindungi oleh anggota dari Pasukan terkutuk, akan berfungsi sebagai penyebar Penyakit Kematian, mengirim penyakit Kematian keseluruh pertanian dan kota diutara Lordaeron.
Rencana sang Raja Lich berjalan sempurna. Banyak penduduk diutara Lordaeron langsung terkontaminasi. Sama seperti penduduk di Northrend, para penduduk yang terkena penyakit kematian mati setelah beberapa hari lalu bangkit sebagai Budak sang raja Lich. Para pengikut Kel’Thuzad memilih untuk mati dan dibangkitkan kembali sebagai Pelayan Raja Kegelapan mereka. Mereka ingin mendapatkan keabadian didalam kematian. Ketika penyakit kematian menyebar, zombie mulai bertambah dengan cepat didaerah utara. Kel’Thuzad memandang pasukan Raja Lich dan menamainya dengan Bangsa Scourge, yang sebentar lagi akan mulai mencapai gerbang Lordaeron dan memusnahkan peradaban manusia dari muka dunia.
Perpecahan Bangsa Alliance
Tidak siap terhadap wabah kematian yang menyebar didaerah mereka, pemimpin dari Bangsa Alliance mulai mengumpulkan para pemimpin lain dan menekan gejolak politik. Raja Terenas dari Lordaeron mulai khawatir bahwa perjanjian yang telah mereka dirikan ketika masa kehancuran dulu tidak akan bertahan lama. Terenas meyakinkan pemimpin bangsa Alliance untuk mengirimkan uang dan pekerja untuk membantu membangun kembali Kerajaan Selatan Stormwind, yang telah hancur ketika penyerangan bangsa Orc ke Azeroth. Pajak tinggi yang diumumkan, bersama dengan biaya mahal untuk merawat dan mengoperasikan penjara para Orc, membuat banyak pemimpin seperti Genn Greymane dari Gilneas menjadi percaya bahwa kerajaan mereka akan lebih baik jika melepaskan diri dari bangsa Alliance.
Membuatnya semakin lebih buruk, para High Elf dari Silvermoon membatalkan perjanjian mereka membantu Alliance, menilai bahwa manusia telah memimpin dengan buruk sehingga mengakibatkan hutan mereka terbakar ketika Perang Kedua. Terenas berusaha meyakinkan dan mengingatkan bahwa tidak akan ada yang tersisa dari Quel’Thalas jika pasukan manusia yang mengorbankan nyawa mereka tidak mempertahankannya. Sayang sekali, para elf dengan keras kepala memutuskan untuk memilih keputusan mereka. Bersamaan dengan kepergian para elf, Gilneas dan Stromgarde juga melepaskan diri.
Meskipun bangsa Alliance tercerai berai, Raja Terenas masih memiliki sekutu yang dapat diandalkan. Baik itu Admiral Proudmoore dari Kul Tiras dan sang Raja Muda, Varian Wrynn dari Azeroth, masih bergabung sebagai Bangsa Alliance. Lalu, para penyihir dari Kirin Tor, dipimpin oleh sang Penyihir Antonidas, meyakinkan Dalaran untuk mendukung peraturan Terenas. Mungkin dari semua bangsa yang terpecah adalah Raja Dwarv, Magni Bronzebeard, yang berjanji bahwa para Dwarv di Ironforge akan selalu berhutang budi kepada Alliance ketika pembebasan Khaz Modan dari kendali bangsa Horde.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Sejarah World of Warcraft (Part III) Kehancuran Draenor
Kil’jaeden dan Jalur Bayangan
Ketika Medivh dilahirkan ke Azeroth, Kil’haeden Sang Penghasut terus menambah jumlah pasukannya dan bersiap di Twisting Nether. Sang Jendral Perang Iblis, dibawah perintah tuannya, Sargeras, menyiapkan invasi kedua Burning Legion ke Azeroth. Kali ini dia tidak akan melakukan kesalahan. Kil’jaeden yakin bahwa dia membutuhkan pasukan baru untuk melemahkan pertahanan Azeroth sebelum pasukan Legion datang ke dunia. Jika bangsa night elf dan para dragon, dihadapkan dengan ancaman baru, mereka akan terlalu lemah untuk dapat menghadapi ancaman sebenarnya ketika pasukan Legion turun ke dunia.
Saat inilah ketika Kil’jaeden menemukan dunia Draenor yang damai diantara salah satu planet yang berada di Great Dark. Rumah dari shamanistic, bangsa Orc dan bangsa Draenei yang damai, Draenor sangatlah tepat untuk dijajah. Bangsa Orc tersebar diseluruh penjuru dan berburu sebagai olah raga, sementara bangsa Draenei membangun kota besar diantara lembang pegunungan. Kil’jaeden tahu bahwa penghuni Draenor memiliki potensi yang tinggi untuk melayani Burning Legion jika mereka berhasil ditaklukan.
Diantara dua bangsa, Kil’jaeden melihat bahwa ksatria Orc lebih mudah untuk dihasut oleh Legion. Dia berhasil mengendalikan Ketua Shaman Orc, Ner’zhul, sama seperti Sargeras mengendalikan Ratu Azhara pada jaman dulu. Menggunakan Shaman itu sebagai alat, sang Iblis menyebarkan rasa haus peperangan dan rasa ingin membunuh diantara bangsa Orc. Tidak lama, bangsa spiritual itu telah berubah menjadi bangsa yang haus darah. Kil’jaeden lalu memerintahkan Ner’zhul dan rakyatnya untuk mengambil langkah terakhir. Mengabdikan diri mereka kepada kematian dan perang. Tapi Shaman tua itu, merasakan bahwa rakyatnya akan menjadi budak kebencian selamanya, akhirnya dapat menolak perintah sang iblis.
Frustasi dengan penolakan Ner’zhul, Kil’jaeden mencari Orc lain yang dapat mengirimkan rakyatnya kepada tangan Legion. Sang jendral iblis yang pintar itu akhirnya menemukan seorang yang dicarinya, pengikut setia Ner’zhul yang ambisius, Gul’dan. Kil’jaeden menjanjikan Gul’dan kekuatan tak terbatas sebagai balasan atas kesetiannya. Orc muda itu menjadi murid sihir iblis dan berubah menjadi Warlock terkuat sepanjang sejarah. Dia mengajarkan orc muda lainnya tentang seni arcane dan menghilangkan tradisi shamanistic Orc. Gul’dan menunjukkan sihir baru kepada bangsanya, kekuatan menakutkan yang dekat dengan kehancuran.
Kil’jaeden, mencari cara untuk mengikat Orc semakin kuat, menolong Gul’dan membentuk Penasehat Bayangan, sebuah kelompok rahasia yang memanipulasi bangsa orc dan menyebarkan ajaran sihir warlock keseluruh penjuru Draenor. Waktu demi waktu dan para Orc mulai mempelajari sihir Warlock, daratan Daenor yang indah mulai menjadi gelap dan pudar. Ketika itu, daratan alam yang para Orc sebut sebagai rumah selama generasi ke generasi akhirnya hancur, dan hanya menyisakan tanah merah yang gersang. Energi iblis dengan perlahan membunuh dunia mereka.
Kebangkitan Bangsa Horde
Para Orc menjadi sangat aggressive dibawah kendali rahasia Gul’dan dan Penasehat Bayangannya. Mereka membangun arena raksasa dimana para Orc mengasah keahlian ksatria mereka dalam pertarungan dan kematian. Ketika masa ini, beberapa Pemimpin Klan muncul untuk melawan kehancuran yang tumbuh didalam bangsa mereka. Salah satu Pemimpin, Durotan dari Klan Frostwolf, mengingatkan para Orc bahwa mereka telah terhasut dengan kebencian dan dendam. Kata-katanya tidak ada yang mendengarkan, bahkan Pemimpin lain yang lebih kuat seperti Grom Hellscream dari Klan Warsong muncul kedepan untuk menjadi juara dari jaman baru peperangan dan dominasi.
Kil’jaeden tahu bahwa bangsa Orc hampir siap, tapi dia harus yakin pada kesetiaan mereka. Secara rahasia, dia memerintahkan para Penasehat Bayangan untuk memanggil Mannoroth sang Penghancur, mahluk hidup yang penuh dengan kehancuran dan amarah. Gul’dan memanggil pemimpin Klan lainnya dan meyakinkan mereka bahwa dengan meminum darah Mannoroth akan membuat mereka tak terkalahkan. Dipimpin oleh Grom Hellscream, semua pemimpin Klan kecuali Durotan meminumnya dan dengan otomatis merubah mereka menjadi budak Burning Legion. Menjadi lebih kuat dengan darah Mannoroth, para pemimpin ini menyebarkannya kepada pengikut mereka. Dengan kutukan haus akan peperangan, para Orc berusaha untuk menghancurkan siapapun yang berada di jalan mereka. Merasa bahwa waktunya telah tiba, Gul’dan menyatukan Klan lainnya menjadi satu Bangsa Horde yang tak terhentikan. Tapi dia mengetahui bahwa pemimpin Klan lainnya seperti Hellscream atau Orgim Doomhammer akan meminta hasil dari usahanya, Gul’dan lalu menyiapkan Panglima Perang untuk memimpin Horde baru ini. Blackhand sang Pembunuh, sangatlah cocok untuk menjadi Panglima Perang Horde, hingga dipilih untuk menjadi alat Gul’dan. Dibawah perintah Blackhand, bangsa Horde mulai mengetes dirinya melawan bangsa Draenei.
Hanya dalam waktu beberapa bulan, bangsa Horde membantai hampir setiap Draenei yang hidup di Draenor. Hanya beberapa yang dapat selamat dari amukan para Orc. Dibanjiri dengan kemenangan, Gul’dan bangga dengan kekuatan dan kehebatan Bangsa Horde. Dia masih mengetahui bahwa tanpa ada musuh untuk dilawan, bangsa Horde akan mengkonsumsi dirinya sendiri dalam pertarungan melawan bangsa mereka sendiri untuk memuaskan rasa lapar mereka akan pembunuhan.
Kil’jaeden tahu bahwa bangsa Horde akhirnya siap. Para orc telah menjadi senjata terkuat Burning Legion. Jendral Iblis itu menceritakan hasil karyanya kepada tuannya, dan Sargeras setuju bahwa waktu untuk membalas dendam akhirnya telah tiba.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Ketika Medivh dilahirkan ke Azeroth, Kil’haeden Sang Penghasut terus menambah jumlah pasukannya dan bersiap di Twisting Nether. Sang Jendral Perang Iblis, dibawah perintah tuannya, Sargeras, menyiapkan invasi kedua Burning Legion ke Azeroth. Kali ini dia tidak akan melakukan kesalahan. Kil’jaeden yakin bahwa dia membutuhkan pasukan baru untuk melemahkan pertahanan Azeroth sebelum pasukan Legion datang ke dunia. Jika bangsa night elf dan para dragon, dihadapkan dengan ancaman baru, mereka akan terlalu lemah untuk dapat menghadapi ancaman sebenarnya ketika pasukan Legion turun ke dunia.
Saat inilah ketika Kil’jaeden menemukan dunia Draenor yang damai diantara salah satu planet yang berada di Great Dark. Rumah dari shamanistic, bangsa Orc dan bangsa Draenei yang damai, Draenor sangatlah tepat untuk dijajah. Bangsa Orc tersebar diseluruh penjuru dan berburu sebagai olah raga, sementara bangsa Draenei membangun kota besar diantara lembang pegunungan. Kil’jaeden tahu bahwa penghuni Draenor memiliki potensi yang tinggi untuk melayani Burning Legion jika mereka berhasil ditaklukan.
Diantara dua bangsa, Kil’jaeden melihat bahwa ksatria Orc lebih mudah untuk dihasut oleh Legion. Dia berhasil mengendalikan Ketua Shaman Orc, Ner’zhul, sama seperti Sargeras mengendalikan Ratu Azhara pada jaman dulu. Menggunakan Shaman itu sebagai alat, sang Iblis menyebarkan rasa haus peperangan dan rasa ingin membunuh diantara bangsa Orc. Tidak lama, bangsa spiritual itu telah berubah menjadi bangsa yang haus darah. Kil’jaeden lalu memerintahkan Ner’zhul dan rakyatnya untuk mengambil langkah terakhir. Mengabdikan diri mereka kepada kematian dan perang. Tapi Shaman tua itu, merasakan bahwa rakyatnya akan menjadi budak kebencian selamanya, akhirnya dapat menolak perintah sang iblis.
Frustasi dengan penolakan Ner’zhul, Kil’jaeden mencari Orc lain yang dapat mengirimkan rakyatnya kepada tangan Legion. Sang jendral iblis yang pintar itu akhirnya menemukan seorang yang dicarinya, pengikut setia Ner’zhul yang ambisius, Gul’dan. Kil’jaeden menjanjikan Gul’dan kekuatan tak terbatas sebagai balasan atas kesetiannya. Orc muda itu menjadi murid sihir iblis dan berubah menjadi Warlock terkuat sepanjang sejarah. Dia mengajarkan orc muda lainnya tentang seni arcane dan menghilangkan tradisi shamanistic Orc. Gul’dan menunjukkan sihir baru kepada bangsanya, kekuatan menakutkan yang dekat dengan kehancuran.
Kil’jaeden, mencari cara untuk mengikat Orc semakin kuat, menolong Gul’dan membentuk Penasehat Bayangan, sebuah kelompok rahasia yang memanipulasi bangsa orc dan menyebarkan ajaran sihir warlock keseluruh penjuru Draenor. Waktu demi waktu dan para Orc mulai mempelajari sihir Warlock, daratan Daenor yang indah mulai menjadi gelap dan pudar. Ketika itu, daratan alam yang para Orc sebut sebagai rumah selama generasi ke generasi akhirnya hancur, dan hanya menyisakan tanah merah yang gersang. Energi iblis dengan perlahan membunuh dunia mereka.
Kebangkitan Bangsa Horde
Para Orc menjadi sangat aggressive dibawah kendali rahasia Gul’dan dan Penasehat Bayangannya. Mereka membangun arena raksasa dimana para Orc mengasah keahlian ksatria mereka dalam pertarungan dan kematian. Ketika masa ini, beberapa Pemimpin Klan muncul untuk melawan kehancuran yang tumbuh didalam bangsa mereka. Salah satu Pemimpin, Durotan dari Klan Frostwolf, mengingatkan para Orc bahwa mereka telah terhasut dengan kebencian dan dendam. Kata-katanya tidak ada yang mendengarkan, bahkan Pemimpin lain yang lebih kuat seperti Grom Hellscream dari Klan Warsong muncul kedepan untuk menjadi juara dari jaman baru peperangan dan dominasi.
Kil’jaeden tahu bahwa bangsa Orc hampir siap, tapi dia harus yakin pada kesetiaan mereka. Secara rahasia, dia memerintahkan para Penasehat Bayangan untuk memanggil Mannoroth sang Penghancur, mahluk hidup yang penuh dengan kehancuran dan amarah. Gul’dan memanggil pemimpin Klan lainnya dan meyakinkan mereka bahwa dengan meminum darah Mannoroth akan membuat mereka tak terkalahkan. Dipimpin oleh Grom Hellscream, semua pemimpin Klan kecuali Durotan meminumnya dan dengan otomatis merubah mereka menjadi budak Burning Legion. Menjadi lebih kuat dengan darah Mannoroth, para pemimpin ini menyebarkannya kepada pengikut mereka. Dengan kutukan haus akan peperangan, para Orc berusaha untuk menghancurkan siapapun yang berada di jalan mereka. Merasa bahwa waktunya telah tiba, Gul’dan menyatukan Klan lainnya menjadi satu Bangsa Horde yang tak terhentikan. Tapi dia mengetahui bahwa pemimpin Klan lainnya seperti Hellscream atau Orgim Doomhammer akan meminta hasil dari usahanya, Gul’dan lalu menyiapkan Panglima Perang untuk memimpin Horde baru ini. Blackhand sang Pembunuh, sangatlah cocok untuk menjadi Panglima Perang Horde, hingga dipilih untuk menjadi alat Gul’dan. Dibawah perintah Blackhand, bangsa Horde mulai mengetes dirinya melawan bangsa Draenei.
Hanya dalam waktu beberapa bulan, bangsa Horde membantai hampir setiap Draenei yang hidup di Draenor. Hanya beberapa yang dapat selamat dari amukan para Orc. Dibanjiri dengan kemenangan, Gul’dan bangga dengan kekuatan dan kehebatan Bangsa Horde. Dia masih mengetahui bahwa tanpa ada musuh untuk dilawan, bangsa Horde akan mengkonsumsi dirinya sendiri dalam pertarungan melawan bangsa mereka sendiri untuk memuaskan rasa lapar mereka akan pembunuhan.
Kil’jaeden tahu bahwa bangsa Horde akhirnya siap. Para orc telah menjadi senjata terkuat Burning Legion. Jendral Iblis itu menceritakan hasil karyanya kepada tuannya, dan Sargeras setuju bahwa waktu untuk membalas dendam akhirnya telah tiba.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Sejarah World of Warcraft (Part II) Dunia yang baru
Ditemukannya Quel’Thalas
6,800 tahun sebelum Warcraft I
Para high elf, dipimpin oleh Dath’Remar, meninggalkan Kalimdor dibelakang mereka dan menantang badai Malestrom. Perjalanan mereka menjelajahi dunia selama beberapa tahun, dan mereka menemukan misteri dan kerajaan yang hilang dalam perjalanannya. Dath’Remar, yang mengambil nama Sunstrider (atau “dia yang berjalan disiang hari”), mencari tempat untuk membangun rumah baru bagi rakyatnya.
Perjalanannya mereka akhirnya berakhir di pantai kerajaan manusia yang disebut Lordaeron. Beristirahat disana, para high elf menemukan sesuatu bernama Tirisfal Glades. Setelah beberapa tahun, banyak dari mereka menjadi gila. Dikatakan bahwa sesuatu yang jahat tertidur dibawah tanah, tapi gosip itu tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Para High Elf membereskan kemah mereka dan melanjutkan perjalanan ke utara menuju daratan yang kaya dengan energi.
Ketika para High Elf melintasi pegunungan Lordaeron, perjalanan mereka menjadi semakin berat. Sejak mereka tidak mendapatkan energi kehidupan lagi dari Mata Air Keabadian, banyak dari mereka jatuh sakit karena kedinginan atau mati karena kelaparan. Suatu perubahan yang mengejutkan, tapi mereka sadar bahwa mereka tidak lagi abadi atau kebal terhadap elemen dunia. Tubuh mereka juga mengecil, dan kulit mereka kehilangan warna aslinya. Masih melanjutkan perjalanan, mereka menemukan mahluk aneh yang belum pernah mereka lihat di Kalimdor. Mereka juga menemukan bangsa primitif manusia yang berburu dihutan. Tapi ancaman yang mereka temukan adalah bangsa Troll Barbar penghuni hutan Zul’Aman.
Para Troll ini dapat memulihkan organ tubuh mereka yang hilang dan menyembuhkan luka, tapi mereka sangat kejam dan jahat. Kerajaan Amani tersebar luas diseluruh utara Lordaeron, dan para troll bekerja keras untuk menjaga orang asing datang ke perbatasan mereka. Para elf tidak menyukai para troll dan membunuh mereka jika terlihat dan mendekat.
Selama beberapa tahun, para high elf akhirnya menemukan daratan yang mirip dengan Kalimdor. Jauh didalam hutan diutara, mereka menemukan kerajaan Quel’Thalas dan mulai menciptakan kerajaan hebat yang menyerupai sepupu mereka. Sayangnya mereka lalu menemukan bahwa Quel’Thalas adalah kota suci para Troll yang dikatakan Sakral dan terlarang. Lalu, para Troll mulai menyerang para elf dengan pasukan yang sangat banyak.
Para elf yang keras kepala, tidak ingin menyerahkan rumah baru mereka, mengeluarkan sihir yang mereka pelajari dari Mata Air Keabadian dan berhasil menghentikan para Troll. Dibawah pimpinan Dath’Remar, mereka dapat mengalahkan pasukan Perang Amani meskipun kalah jumlah satu banding sepuluh. Beberapa elf, ingat dengan peringatan para Kaldorei, merasa bahwa penggunaan sihir mereka mungkin dapat menarik perhatian Burning Legion. Karena itu mereka memutuskan untuk melindungi rumah mereka dengan energi pelindung yang menjaga agar energi yang mereka pelajari tidak menyebar luas. Mereka menciptakan sebuah Batu Sihir disekeliling Quel’Thalas yang menjadi pusat energi pelindung. Batu Sihir itu tidak hanya menjaga sihir para elf dari ancaman luar, tapi juga mengusir para Troll dari rumah mereka.
Seiring dengan berjalannya waktu, Quel’Thalas menjadi monumen yang bersinar bagi para High Elf. Istana yang indah dibangun sama persis dengan yang berada di Kalimdor, ditambah dengan dukungan dari alam disekitar mereka. Quel’Thalas telah menjadi sebuah permata indah yang telah diciptakan para elf. Sebutan Silvermoon ditemukan setelah mereka mengatur Quel’Thalas, meskipun Dinasti Sunstrider tetap bertahan karena kekuatan politik. Dipimpin oleh tujuh petinggi high elf, para pekerja mulai menjaga keamanan daratan elf dan manusia. Dikelilingi oleh energi pelindung mereka, para high elf terjebak oleh peringatan para Kaldorei dan melanjutkan menggunakan sihir dalam semua aspek di kehidupan mereka.
Selama hampir empat ribu tahun para high elf hidup dengan damai dan aman di kerajaan mereka. Meski begitu, para Troll barbar tidaklah mudah untuk dikalahkan. Mereka tetap bertahan didalam hutan dan menunggu sampai jumlah mereka banyak. Akhirnya, pasukan Troll Barbar keluar dari hutan dan sekali lagi mengumumkan perang pada kerajaan bersinar Quel’Thalas.
Arathor dan Perang Troll
2,800 tahun sebelum Warcraft I
Sementara para high elf berjuang demi kehidupan mereka melawan para Troll, manusia yang tercerai berai dari Lordaeron berusaha untuk menyatukan bangsa mereka. Bangsa manusia mulai menjelajah dengan tujuan kehormatan dan persatuan. Ada satu kelompok bernama Arathi, melihat bahwa para troll menjadi ancaman yang terlalu hebat untuk diabaikan. Para Arathi ingin menyatukan semua kelompok dibawah aturannya sehingga mereka dapat menciptakan pasukan untuk melawan para Troll.
Setelah selama enam tahun, para Arathi berhasil menjajah dan menaklukan musuh mereka. Setelah setiap kemenangan, para Arathi memberikan kedamaian dan kemakmuran bagi rakyat jajahan mereka, sehingga mereka mendapatkan kesetian dari mereka yang telah dikalahkan. Akhirnya Kelompok Arathi mencapai jumlah yang sangat tinggi, meskipun dari suku atau bangsa yang berbeda. Percaya diri bahwa mereka dapat mengalahkan para Troll atau bahkan para elf jika dibutuhkan, pemimpin Arathi memutuskan untuk membangun kota pertahanan diselatan Lordaeron. Ibukotanya disebut Strom, yang menjadi pusat Bangsa Arathi dengan Kerajaan bernama Arathor. Seperti tujuan didirikannya Arathor, manusia dari seluruh daerah pergi menuju selatan untuk perlindungan dan keamanan didalam Strom.
Disatukan dibawah satu bendera, bangsa manusia tumbuh dan berkembang dengan pesat. Thoradin, raja Arathor, mengetahui bahwa elf yang misterius didaerah utara sedang berperang dengan para Troll, tapi menolak untuk mengambil resiko keselamatan rakyatnya kepada orang asing. Berbulan-bulan hingga akhirnya para elf dikabarkan telah dikalahkan di utara. Hingga seorang pembawa pesan dari Quel’Thalas berhasil mencapai Strom yang membuat Thoradin sadar bahwa ancaman Troll sangatlah besar dan sangat berbahaya.
Para elf memberitahu Thoradin bahwa pasukan Troll sangatlah banyak dan telah menghancurkan Quel’Thalas, mereka bahkan bergerak untuk menyerang kearah selatan. Para elf yang putus asa, sangat membutuhkan pertolongan militer, akhirnya setuju untuk mengajarkan manusia untuk menguasai sihir sebagai ucapan terima kasih atas pertolongan mereka melawan Troll. Thoradin, yang sangat tertarik dengan sihir, setuju untuk membantu para elf. Dengan cepat, penyihir elf tiba di Arathor dan mulai mengajarkan sekelompok manusia ilmu sihir.
Para elf menemukan bahwa meskipun manusia sangatlah ceroboh dalam menangani sihir, tapi mereka sangatlah berbakat. Seratus manusia diajarkan sihir dasar dari rahasia para elf. Jumlah itu sudah cukup untuk melawan para Troll. Yakin bahwa manusia murid mereka sudah siap untuk membantu mereka, para elf meninggalkan Strom dan pergi menuju utara bersama pasukan terhebat milik Raja Thoradin.
Pasukan gabungan elf dan manusia bertempur melawan pasukan Troll di kaki gunung Alterac. Pertempuran itu berlangsung selama beberapa hari, tapi pasukan Arathor tidak pernah lelah atau meninggalkan tempat mereka sebelum para Troll dibantai. Para pemimpin elf yakin bahwa waktunya telah tiba untuk melepaskan kekuatan sihir mereka kepada musuh. Seratus penyihir manusia dan penyihir elf memanggil kemarahan surga dan membuat pasukan Troll terbakar. Serangan api membuat para Troll tidak dapat menyembuhkan luka mereka dan membakar tubuh mereka dari dalam.
Ketika pasukan Troll terpecah dan berusaha melarikan diri, pasukan Thoradin mengejar mereka dan membantai sampai tidak ada yang tersisa. Para troll tidak pernah bangkit kembali dari kekalahan mereka, dan sejarah tidak akan pernah melihat bahwa bangsa Troll tumbuh menjadi satu kesatuan lagi. Lega bahwa Quel’Thalas selamat dari kehancuran, para elf membuat perjanjian kesetiaan dan persahabatan kepada kerajaan Arathor dan kepada garis keturunan raja mereka, Thoradin. Manusia dan elf hidup dalam damai selama beberapa tahun kedepan.
Para Penjaga Tirisfal
2,700 tahun sebelum Warcraft I
Dengan ketidakhadiran para Troll dibagian utara, para elf dari Quel’Thalas membangun kembali rumah mereka. Pasukan Arathor kembali keselatan menuju Strom. Kehidupan sosial manusia tumbuh dan berkembang, membuat Thoradin takut bahwa kerajaannya dapat terpecah jika berkembang terlalu besar, berusaha menjaga agar Strom selalu menjadi pusat dari Kerajaan Arathorian. Setelah beberapa tahun dalam kedamaian, Thoradin yang hebat mati karena sudah tua, meninggalkan generasi muda Arathor dengan bebas mengembangkan kerajaannya sebesar mungkin.
Seratus penyihir manusia, yang diajarkan sihir oleh para elf, mengembangkan kekuatan mereka dan belajar tentang disiplin mistik dalam pengucapan mantra sehingga menjadi lebih baik. Penyihir ini, dipilih karena keinginan mereka yang kuat dan bakat spiritualnya, selalu melatih sihir mereka dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Tetapi, mereka mewariskan rahasia dan kekuatan mereka kepada generasi baru yang tidak memiliki konsep dan pengetahuan tentang pengendalian diri. Para penyihir muda ini mulai melatih sihirnya untuk diri mereka sendiri daripada menggunakannya untuk kebaikan seperti pendahulunya.
Ketika kerajaan berkembang dan mulai mencapai daratan baru, para penyihir muda ini juga menyebar menuju selatan. Membawa kekuatan mistik mereka, para penyihir melindungi saudara mereka dari mahluk buas dan berhasil membuat suatu kota didalam hutan. Lalu, ketika kekuatan mereka tumbuh, para penyihir semakin tertutup dan terisolasi dari kehidupan sosial lainnya.
Kota besar kedua Arathorian yaitu Dalaran ditemukan didaratan utara Strom. Banyak penyihir yang bosan dengan latihan mereka dan meninggalkan Strom lalu pergi menuju Dalaran, dimana mereka berharap untuk menggunakan kekuatan baru mereka dengan lebih bebas dan leluasa. Para penyihir ini menggunakan kekuatan mereka untuk membangun sebuah bangunan sihir dipusat Dalaran dan mulai belajar untuk mengejar keinginan mereka. Masyarakat Dalaran menerima para penyihir itu dan membangun kehidupan ekonomi yang pesat dibawah lindungan para penyihir. Lalu, semakin sering para penyihir mempraktekan keahlian mereka, kehidupan nyata disekitar Dalaran menjadi semakin lemah dan pudar.
Beberapa Agen dari Burning Legion, yang telah diusir ketika Mata Air Keabadian hancur, tertarik kembali ke dunia oleh kekuatan sihir dari para penyihir Dalaran. Meskipun iblis lemah ini tidak muncul dalam jumlah banyak, mereka menyebarkan ketakutan dan kehancuran dijalanan Dalaran. Kebanyakan gangguan iblis ini dirahasiakan dari umum, dan pemimpin Magocrats melakukan apa yang mereka bisa untuk menjaganya tetap menjadi rahasia dari publik. Penyihir paling kuat dikirim untuk menangkap para iblis ini, tapi mereka tidak berdaya melawan agen dari legion yang hebat.
Setelah beberapa bulan penduduk mulai mencurigai bahwa para penyihir sedang menyembunyikan sesuatu yang mengerikan dari mereka. Gosip pembaharuan mulai menyebar diseluruh penjuru Dalaran ketika penduduk yang ketakutan menanyakan motivasi dan tujuan dari para penyihir yang dulu mereka kagumi. Sang Magocrats, takut bahwa penduduk akan memberontak dan pemimpin Strom akan menindak mereka, mencari solusi kepada kelompok yang dapat mengerti masalah mereka, yaitu para elf.
Setelah mendengar berita dari Magocrast bahwa ada aktivitas iblis di Dalaran, para elf dengan cepat mengirim penyihir terhebat mereka kedaratan manusia. Sang penyihir elf mempelajari energi yang menyebar di Dalaran dan membuat laporan tentang seluruh aktivitas iblis yang muncul. Mereka menyimpulkan bahwa meskipun ada beberapa iblis yang datang ke dunia, pasukan Legion itu sendiri akan menjadi ancaman besar selama manusia terus melanjutkan untuk mempelajari kekuatan sihir.
Para penasehat Silvermoon, yang mengatur para elf di Quel’Thalas, membuat satu perjanjian rahasia dengan pemimpin Magocrat dari Dalaran. Para elf menceritakan para sang magocrats tentang sejarah Kalimdor dan pasukan Burning Legion, sebuah sejarah yang masih mengancam dunia. Mereka memberitahu manusia bahwa selama mereka menggunakan sihir, mereka harus melindungi penduduk mereka dari agen iblis Burning Legion. Sang Magocrast mengusulkan untuk memilih seorang ksatria Manusia yang dapat melindungi mereka dalam peperangan rahasia melawan Burning Legion. Sangatlah mengherankan ketika sebagian besar manusia tidak mengetahui tentang ksatria ini atau ancaman dari Burning Legion yang akan membawa ketakutan dan kehancuran bagi mereka. Para elf setuju para permohonn itu dan memilih kelompok rahasia yang dapat menjaga Ksatria yang terpilih dan membantu menahan kebangkitan iblis didunia.
Kelompok itu mengadakan pertemuan rahasia di Tirisfal Glades, dimana para high elf menginjakan kaki mereka pertama di Lordaeron. Lalu, mereka menamai ksatria itu Pelindung Tirisfal. Ksatria manusia yang terpilih menjadi pelindung diberkati dengan kekuatan hebat baik dari para elf dan sihir manusia. Meskipun hanya ada satu pelindung dalam satu waktu, mereka yakin kekuatan mereka dapat menghancurkan agen Burning Legion yang mereka temukan diseluruh dunia. Kekuatan sang Pelindung sangatlah hebat sehingga hanya para penasehat Tirisfal yang dibolehkan untuk memilih pelindung selanjutnya. Ketika seorang pelindung sudah terlalu tua, atau tidak mampu melakukan perang rahasia melawan kehancuran, para penasehat memilih ksatria baru, dan dengan situasi yang terkendali, melimpahkan kekuatan Pelindung yang lama kepada yang baru.
Setelah generasi demi generasi berlanjut, sang pelindung menjaga bangsa manusia dari ancaman yang tak terlihat oleh Burning Legion di seluruh Arathor dan Quel’Thalas. Arathor berkembang dan maju ketika penggunaan sihir menyebar diseluruh kerajaan. Sementara, para pelindung tetap menjaga dan mengawasi perkembangan aktivitas iblis.
Ironforge – Kebangkitan para Dwarv
2,500 tahun sebelum Warcraft I
Pada jaman dulu, setelah para Titan meninggalkan Azeroth, anak mereka, dikenal sebagai sang pribumi, melanjutkan untuk membentuk dan menjaga didalam perut bumi. Para pribumi tidak terlalu peduli dengan masalah mahluk hidup dipermukaan dan tetap hidup didalam perut bumi yang gelap.
Ketika dunia hancur oleh ledakan Mata Air Keabadian, para Pribumi sangatlah terpengaruh. Merasakan luka dan rasa sakit dari bumi itu sendiri, para pribumi kehilangan identitas mereka dan mengasingkan diri mereka didalam gua batu dimana mereka pertama diciptakan. Uldaman, Uldum, Ulduar. Ini adalah nama kota para Titan dimana para pribumi diciptakan dan dibentuk. Terkubur jauh didalam perut bumi, para pribumi istirahat dengan tenang selama delapan ribu tahun.
Tidaklah jelas apa yang membangunkan mereka, para pribumi ini bangkit dan keluar dari persembunyian mereka. Para pribumi menemukan bahwa mereka telah berubah dengan signifikan selama hibernasi. Kulit batu mereka telah menjadi lunak dan menjadi kulit halus, dan kekuatan mereka menguasai batu dan tanah mulai pudar. Mereka telah menjadi mahluk biasa.
Memanggil diri mereka dwarv, para pribumi terakhir meninggalkan aula Uldaman dan keluar menuju dunia luar. Masih terikat oleh keamanan dan keindahan tempat didalam tanah, mereka menemukan kerajaan yang dibangun dibawah pergunungan yang paling tinggi. Mereka menyebutnya Khaz Modan, atau “Gunung Khaz”, sebagai simbol kepada pencipta mereka, Khaz’goroth sang Titan. Membangun sebuah Altar untuk ayah Titan mereka, para Dwarv menciptakan tungku raksasa didalam jantung gunung itu. Lalu, kota yang berkembang disekitar tungku itu disebut Ironforge kemudian hari.
Para dwarv, memiliki bakat dengan batu dan permata, mencari tambang disekitar pegunungan untuk mencari mineral berharga dan kaya. Masih tetap memegang hukum bawah tanah, para Dwarv tetap terisolasi dari masalah yang menimpa tetangga mereka di permukaan.
Tujuh Kerajaan
1,200 tahun sebelum Warcraft I
Strom terus berfungsi sebagai pusat bagi Arathor, tapi seperti Dalaran, banyak kota-kota baru yang muncul disekitar Lordaeron. Gilneas, Alterac, dan Kul Tiras adalah kota pertama lainnya yang muncul, dan meski masing-masing memiliki penduduk dan ekonomi yang berbeda, tapi mereka semua masih mengikuti peraturan Strom.
Dibawah pengawasan pemerintahan Tirisfal, Dalaran menjadi kota tempat belajar sihir diseluruh kerajaan. Para Magocrats yang memimpin Dalaran memilih para Kirin Tor, kelompok spesialis yang bertugas untuk menyempurnakan dan meningkatkan setiap mantra, benda pusaka dan benda sihir bagi manusia saat itu.
Gilneas dan Alterac menjadi pendukung terkuat bagi Strom dan menyediakan pasukan hebat yang menjelajahi pegunungan di selatan Khaz Modan. Saat inilah bangsa manusia pertama kali bertemu dengan bangsa kuno Dwav dan menginjakan kaki mereka di kota bawah tanah Ironforge. Manusia dan Dwarv berbagi banyak rahasia dalam menempa material dan mesin dari besi sehingga mereka menemukan kesamaan dalam pertempuran dan cerita sejarah.
Kota Kul Tiras, ditemukan di pulau besar diselatan Lordaeron, merupakan kota ekonomi yang berkembang karena para Nelayan dan perdagangan laut. Selama ini, Kul Tiras membangun Kapal perdagangan yang sangat besar dan dikenal sebagai daerah tempat berdagang. Meskipun ekonomi Arathor mulai menurun, kota ini berhasil meningkatkannya kembali.
Saat ini, pemimpin Strom mengumumkan untuk memindahkan kerajaan ke utara Lordaeron dan meninggalkan selatan. Keturunan Raja Thoradin, pewaris darah Arathi, mengingatkan bahwa Strom tidak boleh ditinggalkan dibelakang hanya karena demi tempat yang lebih baik, siapa yang tidak suka dibolehkan untuk pergi. Pemimpin Strom, ingin mencari tempat baru yang lebih baik, memutuskan untuk meninggalkan kota mereka. Jauh di utara Dalaran, pemimpin Strom membangun kota baru bernama Lordaeron. Para penduduk mulai membangun kerajaan yang mereka impikan disini. Lordaeron kemudian menjadi pusat bagi petualang religius dan semua yang mencari kedamaian dan keamanan.
Para keturunan Arathi, yang ditinggalkan dengan tembok besar kota Strom, memutuskan untuk pergi ke selatan melewati pegunungan batu Khaz Modan. Perjalanan mereka akhirnya berakhir setelah beberapa musim, dan mereka setuju untuk menyebut daerah utara dengan nama Azeroth. Di sebuah lembah mereka menemukan kerajaan Stormwind, yang dengan cepat menjadi kota besar yang pesat.
Para ksatria yang masih berada di Strom memutuskan untuk tinggal dan menjaga kota suci mereka. Strom tidak lagi menjadi pusat kerajaan, tapi berubah menjadi kota mandiri bernama Stromgarde. Karena setiap kota menjadi kota yang mandiri, aturan kerajaan Arathor mulai dilupakan. Setiap kota memiliki kepercayaan dan kebudayaan masing-masing, mereka kemudian menjadi berbeda satu sama lain. Ramalan Raja Thoradin tentang bangsa manusia yang bersatu akhirnya pudar.
Aegwynn dan markas para Dragon
823 tahun sebelum Warcraft I
Ketika politik dan persaingan dari tujuh bangsa manusia mulai semakin memanas, para Pelindung masih tetap berjuang melawan kehancuran. Ada banyak pelindung selama beberapa tahun ini, tapi hanya satu yang dapat memegang kekuatan sihir Tirisfal. Sang Pelindung terakhir mengakhiri tugasnya sebagai ksatria hebat melawan kegelapan. Aegwynn, seorang gadis manusia, memenangkan kompetesi dan berhasil mendapatkan jubah Pelindung sehingga menjadi Pelindung yang baru. Aegywynn dengan semangat memburu dan menghancurkan iblis dimanapun dia menemukannya, tapi dia terlalu banyak menanyakan tentang otoritas laki-laki yang mendominasi Penasehat Tirisfal. Dia percaya bahwa para Elf dan tokoh manusia terlalu penakut dan tidak dapat berpikir panjang untuk memutuskan akhir dalam peperangan melawan kegelapan. Tidak sabar dengan pedebatan panjang dan diskusi, dia berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu kepada atasannya, dan hanya tinggal melihat apakah kebijakannya menjadi berguna dalam situasi yang krusial.
Ketika keahliannya dalam kekuatan kosmik Tirisfal berkembang, Aegwynn menjadi khawatir dengan jumlah iblis kuat yang mengintai di dataran es daerah Northrend. Pergi ke utara, Aegwynn mengikuti para iblis ke pegunungan. Disana, dia menemukan bahwa para iblis sedang memburu satu dari para Dragonflight yang masih tersisa dan menghisap kekuatan sihir mahluk itu. Sang Dragon hebat, yang melarikan diri dari kehidupan sosial manusia, menemukan diri mereka terlalu lemah melawan sihir gelap dari Legion. Aegwynn menghadapi para iblis, dan dengan pertolongan dari Dragon terhormat, menghancurkan mereka. Ketika iblis terakhir dihancurkan dari dunia manusia, sebuah badai hebat muncul dilangit utara. Sebuah asap kegelapan muncul diatas langit Northrend. Sargeras, sang Raja Iblis dan pemimpin Pasukan Burning Legion, muncul didepan Aegwynn dan menunjukkan kekuatan nerakanya. Dia memberitahu kepada Pelindung Muda itu bahwa masa Tirisfal akan berakhir dan dunia kelak akan takluk pada kekuatan Legion.
Aegwynn yang bangga, percaya dirinya mampu menghadapi sang Raja Iblis, mengeluarkan kekuatannya kepada tubuh Sargeras. Dengan sangat mudah, Aegwynn melawan sang Raja Iblis dengan kekuatannya dan berhasil membunuh raganya. Takut bahwa arwah Sargeras akan hidup kembali, Aegwynn yang naif mengunci serpihan tubuhnya didalam reruntuhan aula Kalimdor yang terkubur didasar laut ketika Mata Air Keabadian hancur. Aegwynn tidak akan pernah tahu bahwa yang dia lakukan persis seperti yang direncanakan Sargeras, pada saat tubuhnya mati, dia memindahkan arwahnya kepada tubuh Aegwynn yang lemah. Tidak diketahui oleh sang Pelindung Muda, Sargeras akan tetap berada didalam sisi tergelap hatinya selama beberapa tahun.
Perang Tiga Palu
230 tahun sebelum Warcraft I
Para dwarv di gunung Ironforge hidup dengan damai selama beberapa abad. Tapi, kehidupan sosial mereka tumbuh terlalu besar dan tidak seimbang dengan kota gunung mereka. Meskipun raja Hebat mereka, Modimus Anvilmar, memimpin semua Dwarv dengan keadilan dan kebijakan, tiga kubu terkuat muncul diantara kehidupan sosial para dwarv.
Klan Bronzebeard, dipimpin oleh Thane Madoran Bronzebeard, sangat dekat dengan sang Raja dan muncul sebagai pelindung tradisional dari gunung Ironforge. Klan Wildhammer, dipimpin oleh Thande Khardros Wildhammer, menghuni dikaki gunung dan mulai merangkak naik untuk menguasai kota. Kubu terakhir, Klan Dark Iron, dipimpin oleh penyihir Thane Thaurissan. Para Dark Iron tinggal didalam kegelapan didasar gunung dan tidak menyukai kedua Klan lainnya, baik itu Bronzebeard atau Wildhammer.
Selama beberapa waktu ketiga kubu ini tetap berdamai, tapi bergejolak ketika Raja Anvilmar meninggal karena usia tua. Ketiga Klan ini berperang untuk dapat menguasai Ironforge sendiri. Perang saudara Dwarv terjadi dibawah tanah selama beberapa tahun. Akhirnya para Bronzebeard, yang memiliki jumlah pasukan terbanyak, berhasil mengalahkan Dark Iron dan Wildhammers dan mengusirnya keluar dari pegunungan.
Khardros dan ksatria Wildhammernya pergi ke utara melalui gerbang perbatasan Dun Algaz, dan mereka menemukan kerajaan mereka sendiri yaitu Grim Batol. Disana, para Wildhammers membangun kembali rumah mereka. Thaurissan dan para Dark Iron juga diusir. Malu dan marah dengan kekalahan, mereka ingin membalas dendam kepada Ironforge. Memimpin anggotanya jauh keselatan, Thaurissan menemukan sebuah kota (yang dia namakan dengan namanya sendiri) didalam pegunungan Regridge yang indah. Hanya membutuhkan beberapa tahun sebelum para Dark Iron mampu membalas dendam kepada saudara mereka. Thaurissan dan istri penyihirnya, Modgud, mengirimkan dua pasukan pembunuh untuk melawan Ironforge dan Grim Batol. Para Dark Iron ingin mengklaim seluruh Khaz Modan untuk diri mereka sendiri.
Pasukan Dark Iron menghancurkan tembok pertahanan saudara mereka dan hampir berhasil menguasai kedua kerajaan. Tapi, Madoran Bronzebeard berhasil memimpin klannya memenangkan peperangan melawan pasukan penyihir Thaurissan. Lalu Thaurissan dan pasukannya kembali ke kota mereka, khawatir dengan yang terjadi di Grim Batol, dimana pasukan Modgud tidak dapat memenangkan perang terhadap Khardros dan ksatria Wildhammernya.
Ketika dia menghadapi pasukan musuh, Modgud menggunakan kekuatannya untuk memberikan ketakutan pada hati musuhnya. Kegelapan bergerak atas perintahnya, dan sesuatu yang gelap merangkak dari dasar bumi untuk mengintai pasukan Wildhammer di kota mereka sendiri. Lalu Modgud menghancurkan gerbang dan berhasil masuk kedalam kota. Pasukan Wildhammer berperang dengan putus asa, akhirnya Khardros sendiri menembus pasukan musuh untuk membantai Ratu penyihir itu. Dengan kematian ratu mereka, pasukan Dark Iron melarikan diri dari pasukan Wildhammers. Mereka lari keselatan menuju kerajaan mereka, tapi bertemu dengan pasukan Ironforge, yang datang untuk membantu Grim Batol. Dikepung oleh dua pasukan, para pasukan Dark Iron yang tersisa akhirnya musnah.
Pasukan kombinasi Ironforge dan Grim Batol lalu menuju selatan, berusaha untuk menghancurkan Thaurissan dan pasukan Dark Ironnya untuk selamanya. Tidak dapat berbuat apa-apa ketika Thaurissan berhasil merapal sebuah mantra yang menakutkan. Mencari untuk memanggil mahluk supernatural yang dapat memberinya kemenangan, Thaurissan memanggil kekuatan kuno yang tertidur dibawah dunia. Sebuah kehancurannya dan bahkan kematiannya, mahluk yang muncul lebih buruk dari semua mimpi buruk yang mampu dia bayangkan.
Ragnaros sang Raja Api, pemimpin abadi semua elemen api, yang telah dikurung oleh para Titan ketika dunia masih muda. Sekarang dibebaskan oleh panggilan Thaurissan, Ragnaros bangkit kembali. Kebangkitan Ragnaros ke Azeroth mengguncang pegunungan Redridge dan menciptakan gunung berapi yang terbakar di pusat kebangkitannya. Gunung berapi itu, dikenal sebagai Blackrock Spire, berbatasan dengan Searing Gorge ke utara dan Burning Steppes ke selatan. Meski Thaurissan terbunuh dengan kekuatan yang dia lepaskan, para Dark Iron yang tersisa menjadi budak Ragnaros. Mereka masih berada didalam Spire sampai saat ini.
Melihat sesuatu yang menakutkan dan api yang menyebar diseluruh pegunungan diselatan, Raja Madoran dan Raja Khardros menghentikan pasukan mereka dan kembali ke kerajaan mereka dengan cepat, tidak ingin menghadapi kekuatan hebat milik Ragnaros.
Pasukan Bronzebeard kembali ke Ironforge dan membangun kembali kota indah mereka. Para Wildhammers juga kembali ke Grim Batol. Tapi, kematian Modgus telah meninggalkan kegelapan dan iblis didalam aula kota, dan para Wildhammers tidak dapat tinggal didalamnya. Mereka sakit hati karena telah kehilangan rumah mereka. Raja Bronzebeard menawarkan para Wildhammers sebuah tempat untuk tinggal diperbatasan Ironforge, tapi para Wildhammers menolak dengan cepat. Khardros membawa rakyatnya menuju utara dekat dengan Lordaeron. Menghadapi semak belukar hutan Hinterlands, para Wildhammers membangun kota Aerie Peak, dimana para Wildhammers semakin dekat dengan alam dan terikat dengan Gryphons disana.
Mencari jalan untuk menjaga hubungan dan perdagangan dengan saudara mereka, para Dwarv Ironforge membangun dua jembatan raksasa, sang Thandol Span, untuk menjembatani celah antara Khaz Modan Lordaeron. Dengan didukung oleh perdagangan, kedua kerajaan menjadi makmur. Setelah kematian Madoran dan Khardros, anak mereka kemudian bekerja sama untuk membangun dua patung raksasa untuk menghormati kedua ayah mereka. Dua patung itu dibangun mengarah ke selatan, untuk menjaga gunung berapi yang tercipta karena kebangkitan Ragnaros. Mereka akan menjadi peringatan kepada semua yang akan menyerang kerajaan Dwav, dan sebagai pengingat apa yang harus dibayar oleh para Dark Iron karena kejahatan mereka.
Kedua kerajaan memiliki hubungan sangat dekat untuk beberapa tahun, tapi para Wildhammers terlalu berubah karena ketakutan yang mereka saksikan di Grim Batol. Mereka memilih hidup diatas pegunungan Aerie Peak, daripada mendirikan kerajaan didalam pegunungan. Kedua ideologi yang berbeda antar dua clan Dwarv yang tersisa mengantarkan mereka kepada perpisahan.
Pelindung Terakhir
45 tahun sebelum Warcraft I
Sang Pelindung Aegwynn tumbuh sangat kuat selama bertahun-tahun dan menggunakan kekuatan Tirisfal untuk meningkatkan kehidupannya. Dengan ceroboh mempercayai bahwa dirinya telah mengalahkan Sargeras selamanya, dia melanjutkan untuk menjaga dunia dari pasukan raja iblis selama hampir sembilan ratus tahun. Tapi, para Penasehat Tirisfal akhirnya setuju bahwa kepemimpinannya harus berakhir. Para penasehat memerintahkan Aegwynn untuk kembali ke Dalaran sehingga mereka dapat memilih pelindung baru. Meski Aegwynn tidak dipercaya oleh para Penasehat, dia memutuskan untuk memilih pelindung baru oleh dirinya sendiri.
Aegwynn yang bangga berencana untuk melahirkan seorang anak yang akan mewarisi seluruh kekuatannya. Dia tidak tertarik untuk membiarkan perintah Tirisfal untuk memanipulasi penerusnya seperti yang mereka coba untuk memanipulasi dia. Pergi ke selatan Azeroth, Aegwynn menemukan seorang pria sempurna untuk menjadi ayah dari anaknya, seorang penyihir manusia berbakat yang dikenal sebagai Nielas Aran. Aran adalah seorang penasehat sihir Raja Azeroth. Aegwynn merayu sang penyihir dan mendapatkan seorang anak darinya. Bakat natural Nielas dibidang sihir akan turun kepada anaknya yang belum lahir dan bahkan menjadi sesuatu yang tragis bagi anaknya nanti. Kekuatan Tirisfal juga turun kepada anak itu, meski belum bangkit sebelum dia beranjak dewasa.
Waktu berjalan, dan Aegwynn melahirkan anaknya dengan lancar. Menamakan anaknya dengan nama Medivh, yang artinya “penjaga rahasia” dalam bahasa high elf, Aegwynn percaya bahwa anak itu akan menjadi Pelindung yang baru ketika dewasa. Sayangnya arwah Sargeras, yang bersembunyi didalam dirinya, telah merasuki anak itu ketika masih didalam rahimnya. Aegwynn tidak sadar bahwa pelindung baru dunia sudah dirasuki oleh musuh terbesarnya.
Senang karena bayinya sehat dan tampan, Aegwynn mengirimkan Medivh muda ke Azeroth dan meninggalkannya dimana dia akan dibesarkan oleh ayahnya. Lalu dia pergi ke alam liar dan bersiap untuk menunggu kematian menjemputnya. Medivh tumbuh menjadi anak yang kuat dan tidak sadar akan kekuatan hebat Tirisfal yang berada didalam dirinya.
Sargeras menunggu sampai kekuatan itu bangkit dengan sendirinya. Hingga akhirnya Medivh beranjak dewasa, dia menjadi sangat terkenal di Azeorth karena kekuatan sihirnya dan selalu berpetualang dengan kedua temannya. Llane, pangeran Azeroth dan Anduin Lothar, satu dari keturunan terakhir Arathi. Ketiga anak itu kadang membuat onar di kerajaan, tapi mereka disukai oleh para penduduk.
Ketika Medivh mencapai umur empat belas, kekuatan kosmik didalam dirinya bangkit dan menyatu dengan arwah Sargeras yang berada didalam jiwanya. Medivh mengalami koma selama beberapa tahun. Ketika dia bangun dari komanya, dia sadar bahwa dia telah tumbuh dewasa, dan kedua temannya Llane dan Anduin telah menjadi dewasa juga. Meskipun dia ingin menggunakan kekuatan barunya untuk melindungi rumahnya, arwah gelap Sargeras membalik pemikiran dan emosinya.
Sargeras muncul didalam hati terjahat Medivh, mengetahui bahwa rencananya tentang invasi kedua pada dunia hampir selesai, dan Pelindung terakhir dunia akan membawakan mereka kehancuran.
Link: http://bit.ly/cvkmob
6,800 tahun sebelum Warcraft I
Para high elf, dipimpin oleh Dath’Remar, meninggalkan Kalimdor dibelakang mereka dan menantang badai Malestrom. Perjalanan mereka menjelajahi dunia selama beberapa tahun, dan mereka menemukan misteri dan kerajaan yang hilang dalam perjalanannya. Dath’Remar, yang mengambil nama Sunstrider (atau “dia yang berjalan disiang hari”), mencari tempat untuk membangun rumah baru bagi rakyatnya.
Perjalanannya mereka akhirnya berakhir di pantai kerajaan manusia yang disebut Lordaeron. Beristirahat disana, para high elf menemukan sesuatu bernama Tirisfal Glades. Setelah beberapa tahun, banyak dari mereka menjadi gila. Dikatakan bahwa sesuatu yang jahat tertidur dibawah tanah, tapi gosip itu tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Para High Elf membereskan kemah mereka dan melanjutkan perjalanan ke utara menuju daratan yang kaya dengan energi.
Ketika para High Elf melintasi pegunungan Lordaeron, perjalanan mereka menjadi semakin berat. Sejak mereka tidak mendapatkan energi kehidupan lagi dari Mata Air Keabadian, banyak dari mereka jatuh sakit karena kedinginan atau mati karena kelaparan. Suatu perubahan yang mengejutkan, tapi mereka sadar bahwa mereka tidak lagi abadi atau kebal terhadap elemen dunia. Tubuh mereka juga mengecil, dan kulit mereka kehilangan warna aslinya. Masih melanjutkan perjalanan, mereka menemukan mahluk aneh yang belum pernah mereka lihat di Kalimdor. Mereka juga menemukan bangsa primitif manusia yang berburu dihutan. Tapi ancaman yang mereka temukan adalah bangsa Troll Barbar penghuni hutan Zul’Aman.
Para Troll ini dapat memulihkan organ tubuh mereka yang hilang dan menyembuhkan luka, tapi mereka sangat kejam dan jahat. Kerajaan Amani tersebar luas diseluruh utara Lordaeron, dan para troll bekerja keras untuk menjaga orang asing datang ke perbatasan mereka. Para elf tidak menyukai para troll dan membunuh mereka jika terlihat dan mendekat.
Selama beberapa tahun, para high elf akhirnya menemukan daratan yang mirip dengan Kalimdor. Jauh didalam hutan diutara, mereka menemukan kerajaan Quel’Thalas dan mulai menciptakan kerajaan hebat yang menyerupai sepupu mereka. Sayangnya mereka lalu menemukan bahwa Quel’Thalas adalah kota suci para Troll yang dikatakan Sakral dan terlarang. Lalu, para Troll mulai menyerang para elf dengan pasukan yang sangat banyak.
Para elf yang keras kepala, tidak ingin menyerahkan rumah baru mereka, mengeluarkan sihir yang mereka pelajari dari Mata Air Keabadian dan berhasil menghentikan para Troll. Dibawah pimpinan Dath’Remar, mereka dapat mengalahkan pasukan Perang Amani meskipun kalah jumlah satu banding sepuluh. Beberapa elf, ingat dengan peringatan para Kaldorei, merasa bahwa penggunaan sihir mereka mungkin dapat menarik perhatian Burning Legion. Karena itu mereka memutuskan untuk melindungi rumah mereka dengan energi pelindung yang menjaga agar energi yang mereka pelajari tidak menyebar luas. Mereka menciptakan sebuah Batu Sihir disekeliling Quel’Thalas yang menjadi pusat energi pelindung. Batu Sihir itu tidak hanya menjaga sihir para elf dari ancaman luar, tapi juga mengusir para Troll dari rumah mereka.
Seiring dengan berjalannya waktu, Quel’Thalas menjadi monumen yang bersinar bagi para High Elf. Istana yang indah dibangun sama persis dengan yang berada di Kalimdor, ditambah dengan dukungan dari alam disekitar mereka. Quel’Thalas telah menjadi sebuah permata indah yang telah diciptakan para elf. Sebutan Silvermoon ditemukan setelah mereka mengatur Quel’Thalas, meskipun Dinasti Sunstrider tetap bertahan karena kekuatan politik. Dipimpin oleh tujuh petinggi high elf, para pekerja mulai menjaga keamanan daratan elf dan manusia. Dikelilingi oleh energi pelindung mereka, para high elf terjebak oleh peringatan para Kaldorei dan melanjutkan menggunakan sihir dalam semua aspek di kehidupan mereka.
Selama hampir empat ribu tahun para high elf hidup dengan damai dan aman di kerajaan mereka. Meski begitu, para Troll barbar tidaklah mudah untuk dikalahkan. Mereka tetap bertahan didalam hutan dan menunggu sampai jumlah mereka banyak. Akhirnya, pasukan Troll Barbar keluar dari hutan dan sekali lagi mengumumkan perang pada kerajaan bersinar Quel’Thalas.
Arathor dan Perang Troll
2,800 tahun sebelum Warcraft I
Sementara para high elf berjuang demi kehidupan mereka melawan para Troll, manusia yang tercerai berai dari Lordaeron berusaha untuk menyatukan bangsa mereka. Bangsa manusia mulai menjelajah dengan tujuan kehormatan dan persatuan. Ada satu kelompok bernama Arathi, melihat bahwa para troll menjadi ancaman yang terlalu hebat untuk diabaikan. Para Arathi ingin menyatukan semua kelompok dibawah aturannya sehingga mereka dapat menciptakan pasukan untuk melawan para Troll.
Setelah selama enam tahun, para Arathi berhasil menjajah dan menaklukan musuh mereka. Setelah setiap kemenangan, para Arathi memberikan kedamaian dan kemakmuran bagi rakyat jajahan mereka, sehingga mereka mendapatkan kesetian dari mereka yang telah dikalahkan. Akhirnya Kelompok Arathi mencapai jumlah yang sangat tinggi, meskipun dari suku atau bangsa yang berbeda. Percaya diri bahwa mereka dapat mengalahkan para Troll atau bahkan para elf jika dibutuhkan, pemimpin Arathi memutuskan untuk membangun kota pertahanan diselatan Lordaeron. Ibukotanya disebut Strom, yang menjadi pusat Bangsa Arathi dengan Kerajaan bernama Arathor. Seperti tujuan didirikannya Arathor, manusia dari seluruh daerah pergi menuju selatan untuk perlindungan dan keamanan didalam Strom.
Disatukan dibawah satu bendera, bangsa manusia tumbuh dan berkembang dengan pesat. Thoradin, raja Arathor, mengetahui bahwa elf yang misterius didaerah utara sedang berperang dengan para Troll, tapi menolak untuk mengambil resiko keselamatan rakyatnya kepada orang asing. Berbulan-bulan hingga akhirnya para elf dikabarkan telah dikalahkan di utara. Hingga seorang pembawa pesan dari Quel’Thalas berhasil mencapai Strom yang membuat Thoradin sadar bahwa ancaman Troll sangatlah besar dan sangat berbahaya.
Para elf memberitahu Thoradin bahwa pasukan Troll sangatlah banyak dan telah menghancurkan Quel’Thalas, mereka bahkan bergerak untuk menyerang kearah selatan. Para elf yang putus asa, sangat membutuhkan pertolongan militer, akhirnya setuju untuk mengajarkan manusia untuk menguasai sihir sebagai ucapan terima kasih atas pertolongan mereka melawan Troll. Thoradin, yang sangat tertarik dengan sihir, setuju untuk membantu para elf. Dengan cepat, penyihir elf tiba di Arathor dan mulai mengajarkan sekelompok manusia ilmu sihir.
Para elf menemukan bahwa meskipun manusia sangatlah ceroboh dalam menangani sihir, tapi mereka sangatlah berbakat. Seratus manusia diajarkan sihir dasar dari rahasia para elf. Jumlah itu sudah cukup untuk melawan para Troll. Yakin bahwa manusia murid mereka sudah siap untuk membantu mereka, para elf meninggalkan Strom dan pergi menuju utara bersama pasukan terhebat milik Raja Thoradin.
Pasukan gabungan elf dan manusia bertempur melawan pasukan Troll di kaki gunung Alterac. Pertempuran itu berlangsung selama beberapa hari, tapi pasukan Arathor tidak pernah lelah atau meninggalkan tempat mereka sebelum para Troll dibantai. Para pemimpin elf yakin bahwa waktunya telah tiba untuk melepaskan kekuatan sihir mereka kepada musuh. Seratus penyihir manusia dan penyihir elf memanggil kemarahan surga dan membuat pasukan Troll terbakar. Serangan api membuat para Troll tidak dapat menyembuhkan luka mereka dan membakar tubuh mereka dari dalam.
Ketika pasukan Troll terpecah dan berusaha melarikan diri, pasukan Thoradin mengejar mereka dan membantai sampai tidak ada yang tersisa. Para troll tidak pernah bangkit kembali dari kekalahan mereka, dan sejarah tidak akan pernah melihat bahwa bangsa Troll tumbuh menjadi satu kesatuan lagi. Lega bahwa Quel’Thalas selamat dari kehancuran, para elf membuat perjanjian kesetiaan dan persahabatan kepada kerajaan Arathor dan kepada garis keturunan raja mereka, Thoradin. Manusia dan elf hidup dalam damai selama beberapa tahun kedepan.
Para Penjaga Tirisfal
2,700 tahun sebelum Warcraft I
Dengan ketidakhadiran para Troll dibagian utara, para elf dari Quel’Thalas membangun kembali rumah mereka. Pasukan Arathor kembali keselatan menuju Strom. Kehidupan sosial manusia tumbuh dan berkembang, membuat Thoradin takut bahwa kerajaannya dapat terpecah jika berkembang terlalu besar, berusaha menjaga agar Strom selalu menjadi pusat dari Kerajaan Arathorian. Setelah beberapa tahun dalam kedamaian, Thoradin yang hebat mati karena sudah tua, meninggalkan generasi muda Arathor dengan bebas mengembangkan kerajaannya sebesar mungkin.
Seratus penyihir manusia, yang diajarkan sihir oleh para elf, mengembangkan kekuatan mereka dan belajar tentang disiplin mistik dalam pengucapan mantra sehingga menjadi lebih baik. Penyihir ini, dipilih karena keinginan mereka yang kuat dan bakat spiritualnya, selalu melatih sihir mereka dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Tetapi, mereka mewariskan rahasia dan kekuatan mereka kepada generasi baru yang tidak memiliki konsep dan pengetahuan tentang pengendalian diri. Para penyihir muda ini mulai melatih sihirnya untuk diri mereka sendiri daripada menggunakannya untuk kebaikan seperti pendahulunya.
Ketika kerajaan berkembang dan mulai mencapai daratan baru, para penyihir muda ini juga menyebar menuju selatan. Membawa kekuatan mistik mereka, para penyihir melindungi saudara mereka dari mahluk buas dan berhasil membuat suatu kota didalam hutan. Lalu, ketika kekuatan mereka tumbuh, para penyihir semakin tertutup dan terisolasi dari kehidupan sosial lainnya.
Kota besar kedua Arathorian yaitu Dalaran ditemukan didaratan utara Strom. Banyak penyihir yang bosan dengan latihan mereka dan meninggalkan Strom lalu pergi menuju Dalaran, dimana mereka berharap untuk menggunakan kekuatan baru mereka dengan lebih bebas dan leluasa. Para penyihir ini menggunakan kekuatan mereka untuk membangun sebuah bangunan sihir dipusat Dalaran dan mulai belajar untuk mengejar keinginan mereka. Masyarakat Dalaran menerima para penyihir itu dan membangun kehidupan ekonomi yang pesat dibawah lindungan para penyihir. Lalu, semakin sering para penyihir mempraktekan keahlian mereka, kehidupan nyata disekitar Dalaran menjadi semakin lemah dan pudar.
Beberapa Agen dari Burning Legion, yang telah diusir ketika Mata Air Keabadian hancur, tertarik kembali ke dunia oleh kekuatan sihir dari para penyihir Dalaran. Meskipun iblis lemah ini tidak muncul dalam jumlah banyak, mereka menyebarkan ketakutan dan kehancuran dijalanan Dalaran. Kebanyakan gangguan iblis ini dirahasiakan dari umum, dan pemimpin Magocrats melakukan apa yang mereka bisa untuk menjaganya tetap menjadi rahasia dari publik. Penyihir paling kuat dikirim untuk menangkap para iblis ini, tapi mereka tidak berdaya melawan agen dari legion yang hebat.
Setelah beberapa bulan penduduk mulai mencurigai bahwa para penyihir sedang menyembunyikan sesuatu yang mengerikan dari mereka. Gosip pembaharuan mulai menyebar diseluruh penjuru Dalaran ketika penduduk yang ketakutan menanyakan motivasi dan tujuan dari para penyihir yang dulu mereka kagumi. Sang Magocrats, takut bahwa penduduk akan memberontak dan pemimpin Strom akan menindak mereka, mencari solusi kepada kelompok yang dapat mengerti masalah mereka, yaitu para elf.
Setelah mendengar berita dari Magocrast bahwa ada aktivitas iblis di Dalaran, para elf dengan cepat mengirim penyihir terhebat mereka kedaratan manusia. Sang penyihir elf mempelajari energi yang menyebar di Dalaran dan membuat laporan tentang seluruh aktivitas iblis yang muncul. Mereka menyimpulkan bahwa meskipun ada beberapa iblis yang datang ke dunia, pasukan Legion itu sendiri akan menjadi ancaman besar selama manusia terus melanjutkan untuk mempelajari kekuatan sihir.
Para penasehat Silvermoon, yang mengatur para elf di Quel’Thalas, membuat satu perjanjian rahasia dengan pemimpin Magocrat dari Dalaran. Para elf menceritakan para sang magocrats tentang sejarah Kalimdor dan pasukan Burning Legion, sebuah sejarah yang masih mengancam dunia. Mereka memberitahu manusia bahwa selama mereka menggunakan sihir, mereka harus melindungi penduduk mereka dari agen iblis Burning Legion. Sang Magocrast mengusulkan untuk memilih seorang ksatria Manusia yang dapat melindungi mereka dalam peperangan rahasia melawan Burning Legion. Sangatlah mengherankan ketika sebagian besar manusia tidak mengetahui tentang ksatria ini atau ancaman dari Burning Legion yang akan membawa ketakutan dan kehancuran bagi mereka. Para elf setuju para permohonn itu dan memilih kelompok rahasia yang dapat menjaga Ksatria yang terpilih dan membantu menahan kebangkitan iblis didunia.
Kelompok itu mengadakan pertemuan rahasia di Tirisfal Glades, dimana para high elf menginjakan kaki mereka pertama di Lordaeron. Lalu, mereka menamai ksatria itu Pelindung Tirisfal. Ksatria manusia yang terpilih menjadi pelindung diberkati dengan kekuatan hebat baik dari para elf dan sihir manusia. Meskipun hanya ada satu pelindung dalam satu waktu, mereka yakin kekuatan mereka dapat menghancurkan agen Burning Legion yang mereka temukan diseluruh dunia. Kekuatan sang Pelindung sangatlah hebat sehingga hanya para penasehat Tirisfal yang dibolehkan untuk memilih pelindung selanjutnya. Ketika seorang pelindung sudah terlalu tua, atau tidak mampu melakukan perang rahasia melawan kehancuran, para penasehat memilih ksatria baru, dan dengan situasi yang terkendali, melimpahkan kekuatan Pelindung yang lama kepada yang baru.
Setelah generasi demi generasi berlanjut, sang pelindung menjaga bangsa manusia dari ancaman yang tak terlihat oleh Burning Legion di seluruh Arathor dan Quel’Thalas. Arathor berkembang dan maju ketika penggunaan sihir menyebar diseluruh kerajaan. Sementara, para pelindung tetap menjaga dan mengawasi perkembangan aktivitas iblis.
Ironforge – Kebangkitan para Dwarv
2,500 tahun sebelum Warcraft I
Pada jaman dulu, setelah para Titan meninggalkan Azeroth, anak mereka, dikenal sebagai sang pribumi, melanjutkan untuk membentuk dan menjaga didalam perut bumi. Para pribumi tidak terlalu peduli dengan masalah mahluk hidup dipermukaan dan tetap hidup didalam perut bumi yang gelap.
Ketika dunia hancur oleh ledakan Mata Air Keabadian, para Pribumi sangatlah terpengaruh. Merasakan luka dan rasa sakit dari bumi itu sendiri, para pribumi kehilangan identitas mereka dan mengasingkan diri mereka didalam gua batu dimana mereka pertama diciptakan. Uldaman, Uldum, Ulduar. Ini adalah nama kota para Titan dimana para pribumi diciptakan dan dibentuk. Terkubur jauh didalam perut bumi, para pribumi istirahat dengan tenang selama delapan ribu tahun.
Tidaklah jelas apa yang membangunkan mereka, para pribumi ini bangkit dan keluar dari persembunyian mereka. Para pribumi menemukan bahwa mereka telah berubah dengan signifikan selama hibernasi. Kulit batu mereka telah menjadi lunak dan menjadi kulit halus, dan kekuatan mereka menguasai batu dan tanah mulai pudar. Mereka telah menjadi mahluk biasa.
Memanggil diri mereka dwarv, para pribumi terakhir meninggalkan aula Uldaman dan keluar menuju dunia luar. Masih terikat oleh keamanan dan keindahan tempat didalam tanah, mereka menemukan kerajaan yang dibangun dibawah pergunungan yang paling tinggi. Mereka menyebutnya Khaz Modan, atau “Gunung Khaz”, sebagai simbol kepada pencipta mereka, Khaz’goroth sang Titan. Membangun sebuah Altar untuk ayah Titan mereka, para Dwarv menciptakan tungku raksasa didalam jantung gunung itu. Lalu, kota yang berkembang disekitar tungku itu disebut Ironforge kemudian hari.
Para dwarv, memiliki bakat dengan batu dan permata, mencari tambang disekitar pegunungan untuk mencari mineral berharga dan kaya. Masih tetap memegang hukum bawah tanah, para Dwarv tetap terisolasi dari masalah yang menimpa tetangga mereka di permukaan.
Tujuh Kerajaan
1,200 tahun sebelum Warcraft I
Strom terus berfungsi sebagai pusat bagi Arathor, tapi seperti Dalaran, banyak kota-kota baru yang muncul disekitar Lordaeron. Gilneas, Alterac, dan Kul Tiras adalah kota pertama lainnya yang muncul, dan meski masing-masing memiliki penduduk dan ekonomi yang berbeda, tapi mereka semua masih mengikuti peraturan Strom.
Dibawah pengawasan pemerintahan Tirisfal, Dalaran menjadi kota tempat belajar sihir diseluruh kerajaan. Para Magocrats yang memimpin Dalaran memilih para Kirin Tor, kelompok spesialis yang bertugas untuk menyempurnakan dan meningkatkan setiap mantra, benda pusaka dan benda sihir bagi manusia saat itu.
Gilneas dan Alterac menjadi pendukung terkuat bagi Strom dan menyediakan pasukan hebat yang menjelajahi pegunungan di selatan Khaz Modan. Saat inilah bangsa manusia pertama kali bertemu dengan bangsa kuno Dwav dan menginjakan kaki mereka di kota bawah tanah Ironforge. Manusia dan Dwarv berbagi banyak rahasia dalam menempa material dan mesin dari besi sehingga mereka menemukan kesamaan dalam pertempuran dan cerita sejarah.
Kota Kul Tiras, ditemukan di pulau besar diselatan Lordaeron, merupakan kota ekonomi yang berkembang karena para Nelayan dan perdagangan laut. Selama ini, Kul Tiras membangun Kapal perdagangan yang sangat besar dan dikenal sebagai daerah tempat berdagang. Meskipun ekonomi Arathor mulai menurun, kota ini berhasil meningkatkannya kembali.
Saat ini, pemimpin Strom mengumumkan untuk memindahkan kerajaan ke utara Lordaeron dan meninggalkan selatan. Keturunan Raja Thoradin, pewaris darah Arathi, mengingatkan bahwa Strom tidak boleh ditinggalkan dibelakang hanya karena demi tempat yang lebih baik, siapa yang tidak suka dibolehkan untuk pergi. Pemimpin Strom, ingin mencari tempat baru yang lebih baik, memutuskan untuk meninggalkan kota mereka. Jauh di utara Dalaran, pemimpin Strom membangun kota baru bernama Lordaeron. Para penduduk mulai membangun kerajaan yang mereka impikan disini. Lordaeron kemudian menjadi pusat bagi petualang religius dan semua yang mencari kedamaian dan keamanan.
Para keturunan Arathi, yang ditinggalkan dengan tembok besar kota Strom, memutuskan untuk pergi ke selatan melewati pegunungan batu Khaz Modan. Perjalanan mereka akhirnya berakhir setelah beberapa musim, dan mereka setuju untuk menyebut daerah utara dengan nama Azeroth. Di sebuah lembah mereka menemukan kerajaan Stormwind, yang dengan cepat menjadi kota besar yang pesat.
Para ksatria yang masih berada di Strom memutuskan untuk tinggal dan menjaga kota suci mereka. Strom tidak lagi menjadi pusat kerajaan, tapi berubah menjadi kota mandiri bernama Stromgarde. Karena setiap kota menjadi kota yang mandiri, aturan kerajaan Arathor mulai dilupakan. Setiap kota memiliki kepercayaan dan kebudayaan masing-masing, mereka kemudian menjadi berbeda satu sama lain. Ramalan Raja Thoradin tentang bangsa manusia yang bersatu akhirnya pudar.
Aegwynn dan markas para Dragon
823 tahun sebelum Warcraft I
Ketika politik dan persaingan dari tujuh bangsa manusia mulai semakin memanas, para Pelindung masih tetap berjuang melawan kehancuran. Ada banyak pelindung selama beberapa tahun ini, tapi hanya satu yang dapat memegang kekuatan sihir Tirisfal. Sang Pelindung terakhir mengakhiri tugasnya sebagai ksatria hebat melawan kegelapan. Aegwynn, seorang gadis manusia, memenangkan kompetesi dan berhasil mendapatkan jubah Pelindung sehingga menjadi Pelindung yang baru. Aegywynn dengan semangat memburu dan menghancurkan iblis dimanapun dia menemukannya, tapi dia terlalu banyak menanyakan tentang otoritas laki-laki yang mendominasi Penasehat Tirisfal. Dia percaya bahwa para Elf dan tokoh manusia terlalu penakut dan tidak dapat berpikir panjang untuk memutuskan akhir dalam peperangan melawan kegelapan. Tidak sabar dengan pedebatan panjang dan diskusi, dia berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu kepada atasannya, dan hanya tinggal melihat apakah kebijakannya menjadi berguna dalam situasi yang krusial.
Ketika keahliannya dalam kekuatan kosmik Tirisfal berkembang, Aegwynn menjadi khawatir dengan jumlah iblis kuat yang mengintai di dataran es daerah Northrend. Pergi ke utara, Aegwynn mengikuti para iblis ke pegunungan. Disana, dia menemukan bahwa para iblis sedang memburu satu dari para Dragonflight yang masih tersisa dan menghisap kekuatan sihir mahluk itu. Sang Dragon hebat, yang melarikan diri dari kehidupan sosial manusia, menemukan diri mereka terlalu lemah melawan sihir gelap dari Legion. Aegwynn menghadapi para iblis, dan dengan pertolongan dari Dragon terhormat, menghancurkan mereka. Ketika iblis terakhir dihancurkan dari dunia manusia, sebuah badai hebat muncul dilangit utara. Sebuah asap kegelapan muncul diatas langit Northrend. Sargeras, sang Raja Iblis dan pemimpin Pasukan Burning Legion, muncul didepan Aegwynn dan menunjukkan kekuatan nerakanya. Dia memberitahu kepada Pelindung Muda itu bahwa masa Tirisfal akan berakhir dan dunia kelak akan takluk pada kekuatan Legion.
Aegwynn yang bangga, percaya dirinya mampu menghadapi sang Raja Iblis, mengeluarkan kekuatannya kepada tubuh Sargeras. Dengan sangat mudah, Aegwynn melawan sang Raja Iblis dengan kekuatannya dan berhasil membunuh raganya. Takut bahwa arwah Sargeras akan hidup kembali, Aegwynn yang naif mengunci serpihan tubuhnya didalam reruntuhan aula Kalimdor yang terkubur didasar laut ketika Mata Air Keabadian hancur. Aegwynn tidak akan pernah tahu bahwa yang dia lakukan persis seperti yang direncanakan Sargeras, pada saat tubuhnya mati, dia memindahkan arwahnya kepada tubuh Aegwynn yang lemah. Tidak diketahui oleh sang Pelindung Muda, Sargeras akan tetap berada didalam sisi tergelap hatinya selama beberapa tahun.
Perang Tiga Palu
230 tahun sebelum Warcraft I
Para dwarv di gunung Ironforge hidup dengan damai selama beberapa abad. Tapi, kehidupan sosial mereka tumbuh terlalu besar dan tidak seimbang dengan kota gunung mereka. Meskipun raja Hebat mereka, Modimus Anvilmar, memimpin semua Dwarv dengan keadilan dan kebijakan, tiga kubu terkuat muncul diantara kehidupan sosial para dwarv.
Klan Bronzebeard, dipimpin oleh Thane Madoran Bronzebeard, sangat dekat dengan sang Raja dan muncul sebagai pelindung tradisional dari gunung Ironforge. Klan Wildhammer, dipimpin oleh Thande Khardros Wildhammer, menghuni dikaki gunung dan mulai merangkak naik untuk menguasai kota. Kubu terakhir, Klan Dark Iron, dipimpin oleh penyihir Thane Thaurissan. Para Dark Iron tinggal didalam kegelapan didasar gunung dan tidak menyukai kedua Klan lainnya, baik itu Bronzebeard atau Wildhammer.
Selama beberapa waktu ketiga kubu ini tetap berdamai, tapi bergejolak ketika Raja Anvilmar meninggal karena usia tua. Ketiga Klan ini berperang untuk dapat menguasai Ironforge sendiri. Perang saudara Dwarv terjadi dibawah tanah selama beberapa tahun. Akhirnya para Bronzebeard, yang memiliki jumlah pasukan terbanyak, berhasil mengalahkan Dark Iron dan Wildhammers dan mengusirnya keluar dari pegunungan.
Khardros dan ksatria Wildhammernya pergi ke utara melalui gerbang perbatasan Dun Algaz, dan mereka menemukan kerajaan mereka sendiri yaitu Grim Batol. Disana, para Wildhammers membangun kembali rumah mereka. Thaurissan dan para Dark Iron juga diusir. Malu dan marah dengan kekalahan, mereka ingin membalas dendam kepada Ironforge. Memimpin anggotanya jauh keselatan, Thaurissan menemukan sebuah kota (yang dia namakan dengan namanya sendiri) didalam pegunungan Regridge yang indah. Hanya membutuhkan beberapa tahun sebelum para Dark Iron mampu membalas dendam kepada saudara mereka. Thaurissan dan istri penyihirnya, Modgud, mengirimkan dua pasukan pembunuh untuk melawan Ironforge dan Grim Batol. Para Dark Iron ingin mengklaim seluruh Khaz Modan untuk diri mereka sendiri.
Pasukan Dark Iron menghancurkan tembok pertahanan saudara mereka dan hampir berhasil menguasai kedua kerajaan. Tapi, Madoran Bronzebeard berhasil memimpin klannya memenangkan peperangan melawan pasukan penyihir Thaurissan. Lalu Thaurissan dan pasukannya kembali ke kota mereka, khawatir dengan yang terjadi di Grim Batol, dimana pasukan Modgud tidak dapat memenangkan perang terhadap Khardros dan ksatria Wildhammernya.
Ketika dia menghadapi pasukan musuh, Modgud menggunakan kekuatannya untuk memberikan ketakutan pada hati musuhnya. Kegelapan bergerak atas perintahnya, dan sesuatu yang gelap merangkak dari dasar bumi untuk mengintai pasukan Wildhammer di kota mereka sendiri. Lalu Modgud menghancurkan gerbang dan berhasil masuk kedalam kota. Pasukan Wildhammer berperang dengan putus asa, akhirnya Khardros sendiri menembus pasukan musuh untuk membantai Ratu penyihir itu. Dengan kematian ratu mereka, pasukan Dark Iron melarikan diri dari pasukan Wildhammers. Mereka lari keselatan menuju kerajaan mereka, tapi bertemu dengan pasukan Ironforge, yang datang untuk membantu Grim Batol. Dikepung oleh dua pasukan, para pasukan Dark Iron yang tersisa akhirnya musnah.
Pasukan kombinasi Ironforge dan Grim Batol lalu menuju selatan, berusaha untuk menghancurkan Thaurissan dan pasukan Dark Ironnya untuk selamanya. Tidak dapat berbuat apa-apa ketika Thaurissan berhasil merapal sebuah mantra yang menakutkan. Mencari untuk memanggil mahluk supernatural yang dapat memberinya kemenangan, Thaurissan memanggil kekuatan kuno yang tertidur dibawah dunia. Sebuah kehancurannya dan bahkan kematiannya, mahluk yang muncul lebih buruk dari semua mimpi buruk yang mampu dia bayangkan.
Ragnaros sang Raja Api, pemimpin abadi semua elemen api, yang telah dikurung oleh para Titan ketika dunia masih muda. Sekarang dibebaskan oleh panggilan Thaurissan, Ragnaros bangkit kembali. Kebangkitan Ragnaros ke Azeroth mengguncang pegunungan Redridge dan menciptakan gunung berapi yang terbakar di pusat kebangkitannya. Gunung berapi itu, dikenal sebagai Blackrock Spire, berbatasan dengan Searing Gorge ke utara dan Burning Steppes ke selatan. Meski Thaurissan terbunuh dengan kekuatan yang dia lepaskan, para Dark Iron yang tersisa menjadi budak Ragnaros. Mereka masih berada didalam Spire sampai saat ini.
Melihat sesuatu yang menakutkan dan api yang menyebar diseluruh pegunungan diselatan, Raja Madoran dan Raja Khardros menghentikan pasukan mereka dan kembali ke kerajaan mereka dengan cepat, tidak ingin menghadapi kekuatan hebat milik Ragnaros.
Pasukan Bronzebeard kembali ke Ironforge dan membangun kembali kota indah mereka. Para Wildhammers juga kembali ke Grim Batol. Tapi, kematian Modgus telah meninggalkan kegelapan dan iblis didalam aula kota, dan para Wildhammers tidak dapat tinggal didalamnya. Mereka sakit hati karena telah kehilangan rumah mereka. Raja Bronzebeard menawarkan para Wildhammers sebuah tempat untuk tinggal diperbatasan Ironforge, tapi para Wildhammers menolak dengan cepat. Khardros membawa rakyatnya menuju utara dekat dengan Lordaeron. Menghadapi semak belukar hutan Hinterlands, para Wildhammers membangun kota Aerie Peak, dimana para Wildhammers semakin dekat dengan alam dan terikat dengan Gryphons disana.
Mencari jalan untuk menjaga hubungan dan perdagangan dengan saudara mereka, para Dwarv Ironforge membangun dua jembatan raksasa, sang Thandol Span, untuk menjembatani celah antara Khaz Modan Lordaeron. Dengan didukung oleh perdagangan, kedua kerajaan menjadi makmur. Setelah kematian Madoran dan Khardros, anak mereka kemudian bekerja sama untuk membangun dua patung raksasa untuk menghormati kedua ayah mereka. Dua patung itu dibangun mengarah ke selatan, untuk menjaga gunung berapi yang tercipta karena kebangkitan Ragnaros. Mereka akan menjadi peringatan kepada semua yang akan menyerang kerajaan Dwav, dan sebagai pengingat apa yang harus dibayar oleh para Dark Iron karena kejahatan mereka.
Kedua kerajaan memiliki hubungan sangat dekat untuk beberapa tahun, tapi para Wildhammers terlalu berubah karena ketakutan yang mereka saksikan di Grim Batol. Mereka memilih hidup diatas pegunungan Aerie Peak, daripada mendirikan kerajaan didalam pegunungan. Kedua ideologi yang berbeda antar dua clan Dwarv yang tersisa mengantarkan mereka kepada perpisahan.
Pelindung Terakhir
45 tahun sebelum Warcraft I
Sang Pelindung Aegwynn tumbuh sangat kuat selama bertahun-tahun dan menggunakan kekuatan Tirisfal untuk meningkatkan kehidupannya. Dengan ceroboh mempercayai bahwa dirinya telah mengalahkan Sargeras selamanya, dia melanjutkan untuk menjaga dunia dari pasukan raja iblis selama hampir sembilan ratus tahun. Tapi, para Penasehat Tirisfal akhirnya setuju bahwa kepemimpinannya harus berakhir. Para penasehat memerintahkan Aegwynn untuk kembali ke Dalaran sehingga mereka dapat memilih pelindung baru. Meski Aegwynn tidak dipercaya oleh para Penasehat, dia memutuskan untuk memilih pelindung baru oleh dirinya sendiri.
Aegwynn yang bangga berencana untuk melahirkan seorang anak yang akan mewarisi seluruh kekuatannya. Dia tidak tertarik untuk membiarkan perintah Tirisfal untuk memanipulasi penerusnya seperti yang mereka coba untuk memanipulasi dia. Pergi ke selatan Azeroth, Aegwynn menemukan seorang pria sempurna untuk menjadi ayah dari anaknya, seorang penyihir manusia berbakat yang dikenal sebagai Nielas Aran. Aran adalah seorang penasehat sihir Raja Azeroth. Aegwynn merayu sang penyihir dan mendapatkan seorang anak darinya. Bakat natural Nielas dibidang sihir akan turun kepada anaknya yang belum lahir dan bahkan menjadi sesuatu yang tragis bagi anaknya nanti. Kekuatan Tirisfal juga turun kepada anak itu, meski belum bangkit sebelum dia beranjak dewasa.
Waktu berjalan, dan Aegwynn melahirkan anaknya dengan lancar. Menamakan anaknya dengan nama Medivh, yang artinya “penjaga rahasia” dalam bahasa high elf, Aegwynn percaya bahwa anak itu akan menjadi Pelindung yang baru ketika dewasa. Sayangnya arwah Sargeras, yang bersembunyi didalam dirinya, telah merasuki anak itu ketika masih didalam rahimnya. Aegwynn tidak sadar bahwa pelindung baru dunia sudah dirasuki oleh musuh terbesarnya.
Senang karena bayinya sehat dan tampan, Aegwynn mengirimkan Medivh muda ke Azeroth dan meninggalkannya dimana dia akan dibesarkan oleh ayahnya. Lalu dia pergi ke alam liar dan bersiap untuk menunggu kematian menjemputnya. Medivh tumbuh menjadi anak yang kuat dan tidak sadar akan kekuatan hebat Tirisfal yang berada didalam dirinya.
Sargeras menunggu sampai kekuatan itu bangkit dengan sendirinya. Hingga akhirnya Medivh beranjak dewasa, dia menjadi sangat terkenal di Azeorth karena kekuatan sihirnya dan selalu berpetualang dengan kedua temannya. Llane, pangeran Azeroth dan Anduin Lothar, satu dari keturunan terakhir Arathi. Ketiga anak itu kadang membuat onar di kerajaan, tapi mereka disukai oleh para penduduk.
Ketika Medivh mencapai umur empat belas, kekuatan kosmik didalam dirinya bangkit dan menyatu dengan arwah Sargeras yang berada didalam jiwanya. Medivh mengalami koma selama beberapa tahun. Ketika dia bangun dari komanya, dia sadar bahwa dia telah tumbuh dewasa, dan kedua temannya Llane dan Anduin telah menjadi dewasa juga. Meskipun dia ingin menggunakan kekuatan barunya untuk melindungi rumahnya, arwah gelap Sargeras membalik pemikiran dan emosinya.
Sargeras muncul didalam hati terjahat Medivh, mengetahui bahwa rencananya tentang invasi kedua pada dunia hampir selesai, dan Pelindung terakhir dunia akan membawakan mereka kehancuran.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Sejarah World of Warcraft (Part I) Mitos
Para Titan dan Terciptanya Alam Semesta
Tidak ada yang tahu bagaimana Alam Semesta ini tercipta. Beberapa teori mengatakan bahwa ledakan kosmik membuat jutaan dunia berputar sangat cepat dan terhisap kedalam ruangan hampa yang disebut Great Dark – sebuah Galaksi yang tercipta dalam satu hari dan memiliki berbagai jenis kehidupan didalamnya. Yang lainnnya percaya bahwa Alam Semesta diciptakan oleh sebuah kekuatan mutlak. Meskipun kebenarannya belum dapat dipastikan, sangatlah jelas bahwa ras dari mahluk yang kuat tercipta untuk membawa stabilitas pada dunia mereka dan menjamin masa depan yang aman untuk mahluk hidup yang mengikuti jejak mereka.
Para Raksasa Titan, Dewa berkulit baja dari galaksi lain, menjelajahi galaksi yang baru terbentuk dan mulai bekerja di dunia yang mereka temui. Mereka membentuk dunia dengan menciptakan gunung tinggi dan menciptakan lautan yang luas. Mereka memberi langit udara yang dapat memberikan kehidupan. Itu semua adalah bagian dari tujuan mereka, rencana yang telah diciptakan sejak lama. Mereka bahkan menciptakan ras primitif untuk meneruskan pekerjaan mereka dan menjaga keseimbangan dari dunia yang mereka ciptakan.
Diatur oleh kelompok elit yang disebut Pantheon, para Titan membawa tujuan mereka melalui ratusan juta dunia yang tersebar diseluruh Great Dark pada jaman pertama diciptakan. Para Phanteon yang sangat kuat dan memiliki tugas untuk menjaga struktur dunia, merasa khawatir oleh ancaman serangan dari mahluk sebuah dimensi yang disebut Twisting Nether. Sebuah dimensi asing yang penuh dengan sihir kehancuran dan terhubung dengan dunia Myriad, adalah rumah dari berjuta-juta mahluk yang disebut Malefic, mahluk iblis yang diciptakan hanya untuk menghancurkan kehidupan dan menyerap energi dari mahluk hidup. Tidak dapat menerima kejahatan atau kehancuran dalam bentuk apapun, para Titan berjuang untuk mencari cara untuk mengakhiri ancaman para Iblis.
Sargeras dan sang Penghianat
Sejak lama, para Iblis datang ke dunia para titan melalui Twisting Nether, dan para Pantheon memilih Ksatria terhebatnya, Sargeras, untuk menjaga garis depan pertahanan. Seorang Raksasa terhormat dari Molten Bronze, Sargeras membawa tugasnya selama ribuan tahun, mencari dan menghancurkan para iblis dimanapun mereka berada. Selama itu, Sargeras menemukan dua kekuatan iblis terhebat, yang dapat memperkuat diri mereka dan mendominasi seluruh kekuatan di dunia.
Para eredar, sebuah ras yang dipenuhi dengan penyihir jahat, menggunakan sihir Warlock mereka untuk menginvasi dan menjajah beberapa dunia. Ras yang berada di dunia yang dijajah oleh para Eredar dikutuk dan berubah menjadi iblis. Meskipun kekuatan Sargeras yang hampir tak terbatas lebih dari cukup untuk menghancurkan mereka, dia kesulitan dengan hasutan mereka dan pikirannya diracuni dengan kejahatan. Tidak dapat berpikir jernih, sang Titan mulai terjatuh kedalam depresi yang hebat. Meskipun dalam kondisi yang hampir terhasut, Sargeras berhasil menyingkirkan para Warlock dengan menjebak mereka diujung dunia dari Twisting Nether.
Sementara kebingungannya dan penderitaannya semakin dalam, Sargeras dipaksa untuk berhadapan dengan grup lain yang ingin mengganggu perintah para Titan yaitu Bangsa Nathrezim. Ras Jahat dari Iblis Vampir (yang juga dikenal sebagai Dreadlords) berhasil menaklukan beberapa populasi dunia dengan meracuni pikiran mereka dan merubah mereka menjadi bayangan. Sang Nefarious, Dreadlord terhebat yang dapat membuat satu bangsa melawan bangsa lainnya dengan cara memanipulasi mereka dengan kebencian dan rasa tidak saling percaya. Sargeras mengalahkan para Nathrezim dengan sangat mudah, tapi hasutan iblis mereka mempengaruhi pikirannya sangat dalam.
Karena hasutan dan kejahatan merasuki pikiran Sargeras, dia kehilangan keyakinan tidak hanya pada misinya, tapi juga pada visi para Titan dalam memerintah dunia. Akhirnya dia percaya bahwa konsep dari perintah para Titan itu sendiri sangat konyol, dan membiarkan kehancuran mendatangi dunia yang penuh dengan kehidupan. Para Titan temannya mencoba untuk menyelamatkannya dari kegilaan dan menenangkan pikirannya, tapi dia menolak mereka dan lebih mempercayai dirinya sendiri. Hancur dari jabatannya, Sargeras pergi untuk mencari tempatnya sendiri di dunia. Meskipun Pantheon merasa kehilangan dengan kepergiannya, para Titan tidak dapat memprediksikan seberapa jauh saudara mereka pergi.
Selama ini kegilaan Sargeras telah mengkonsumi jiwa dari para pengikutnya, dia percaya bahwa para Titan bertanggung jawab untuk kegagalannya. Akhirnya dia memutuskan untuk menghancurkan hasil kerja mereka di dunia, dia berencana menciptakan Pasukan yang tak dapat dihentikan dan memiliki tujuan untuk membakar dunia menjadi abu. Bahkan wujud Raksasa Sargeras menjadi berubah karena kejahatan yang berada didalam hatinya. Matanya, rambut dan janggutnya merah terbakar seperti api, dan kulitnya yang terbuat dari baja terbuka untuk mengeluarkan api kebenciannya.
Dalam kemarahannya, Sargeras menghancurkan penjara para eredar dan para Nathrezim lalu membebaskan para Iblis lainnya. Mahluk ini bersujud dihadapan kemarahan Titan Jahat dan menawarkan untuk melayaninya dalam bentuk apapun. Dari para Eredar yang kuat, Sargeras memilih dua ksatria untuk memimpin para pasukan Iblis Kehancurannya. Kil’jaeden sang Penghasut dipilih untuk mencari ras terjahat di dunia dan merekrut mereka dalam misi Sargeras. Ksatria kedua adalah Archimonde sang Pendendam, dipilih untuk memimpin pasukan Sargeras ke medan perang untuk melawan siapapun yang menghalangi misi sang Titan.
Gerakan Pertama Kil’jaeden adalah untuk memperbudak para Vampiric Dreadlord dengan kekuatannya yang mengerikan. Para dreadlord melayaninya sebagai Agen untuk menjelajahi seluruh dunia, dan mereka sangat senang untuk mencari ras primitif yang dapat mereka hasut dan dijadikan pasukan. Pertama dari para dreadlord adalah Tichondrius sang Kegelapan. Tichondrius melayani Kil’jaeden sebagai ksatria sempurna dan setuju untuk membawa keinginan Sargeras sampai keujung dunia.
Sang Archimonde yang hebat juga memiliki pengikutnya sendiri. Memanggil para Malefic Pit Lord dan pemimpin mereka yang kejam, Mannoroth sang Penghancur, Archimonde berharap untuk menciptakan pasukan petarung elit yang dapat menghancurkan seluruh kehidupan.
Ketika Sargeras melihat bahwa dia telah memiliki banyak pasukan dan siap untuk mengikuti seluruh perintahnya, dia mengirimkan pasukannya menuju Great Dark. Dia menyebut pasukannya sebagai Burning Legion. Sampai saat ini, masih tidak diketahui berapa banyak dunia yang telah mereka hancurkan dan bakar dalam misi mereka sebagai Burning Crusade diseluruh galaksi.
Sang Dewa Kuno dan Perintah untuk Azeroth
Tidak siap menghadapi misi Sargeras untuk menghancurkan pekerjaan mereka, para Titan melanjutkan untuk berpindah dari satu dunia ke dunia lainnya, membentuk dan memerintah setiap planet yang mereka lihat cocok. Dalam perjalanannya, mereka menemukan dunia kecil yang memiliki kehidupan yang disebut Azeroth. Sementara para Titan mencari cara untuk menyebrang ke daratan Azeroth, mereka menemukan beberapa mahluk elemental. Para elemental ini, yang menyembah ras iblis yang disebut Dewa Kuno, berusaha untuk mengusir para Titan dan menjaga dunianya dari sentuhan tangan baja mereka.
Para Pantheon, merasa terganggu oleh sang Dewa Kuno, mengumumkan perang dengan para elemental dan pimpinan mereka. Pasukan Dewa Kuno dipimpin oleh Letnan terkuat dari bangsa elemental : Ragnaros sang Raja Api, Therazane sang Ibu Tanah, Al’Akir sang Dewa Angin dan Neptulon sang Penguasa Lautan. Pasukan Kehancuran mereka akan berhadapan dengan para Raksasa Titan. Meskipun para elemental sangatlah kuat, kombinasi kekuatan mereka tidak dapat menghentikan kekuatan para Titan. Satu persatu, para pemimpin elemental gugur, dan kekuatan mereka meredup.
Sang Pantheon menghancurkan Istana Dewa Kuno dan memenjarakan kelima Letnan Jahat didalam tanah. Tanpa kekuatan Dewa Kuno untuk memberi mereka kehidupan, para elemental mulai pergi ke dunia lain, dimana mereka dapat hidup selama mungkin. Dengan kepergian para elemental, alam menjadi tenang dan dunia menjadi damai. Para Titan melihat bahwa ancaman telah hilang dan mulai bekerja.
Para Titan menciptakan beberapa ras untuk membantu mereka menghias dunia. Untuk membantu mereka membuat gua didalam perut bumi, para Titan menciptakan mahluk bernama Dwarv dari batu kehidupan. Untuk membantu mereka mengairi lautan dan mengangkat daratan dari dasar laut, para Titan menciptakan raksasa laut yang kuat tapi lembut. Selama beberapa tahun para Titan membentuk dunia, sampai akhirnya sampai ke tahap akhir. Di pusat dunia, para Titan menciptakan mata air yang penuh dengan energi kehidupan. Mata Air itu mereka sebut Mata Air Keabadian, adalah sumber kehidupan untuk dunia. Memiliki kekuatan untuk menopang langit dan menyuburkan tanah agar kehidupan mulai tumbuh. Sejak itu, tumbuhan, pohon, monster dan mahluk lainnya mulai muncul, dan pada hari terakhir sebelum para Titan pergi, mereka menamai dunia itu dengan nama Kalimdor, Dunia yang penuh dengan cahaya bintang.
Serangan para Dragonflight
Puas karena dunia kecil mereka telah tercipta dan pekerjaan mereka selesai, para Titan bersiap untuk meninggalkan Azeroth. Tapi, sebelum mereka berangkat, mereka meminta spesies terkuat di dunia itu untuk menjaga Kalimdor, agar ancaman dari manapun dapat mereka lenyapkan. Pada jaman itu, ada banyak ras Dragon. Lima dragon terkuat mendominasi bangsa mereka. Adalah kelima dragon itu yang dipilih oleh para Titan untuk menjaga dunia mereka. Para Phanteon memberikan sebagian kekuatannya kesetiap pimpinan para Dragon. Para Dargon hebat ini ( yang terdaftar dibawah ) menjadi dikenal sebagai Aspek Terhebat atau Aspek Dragon.
Aman’Thul, pemimpin tertinggi dari Pantheon, memberikan sebagian besar kekuatan kosmiknya kepada sang Bronze Dragon, Nozdormu. Sang pemimpin tertinggi memberi Nozdormu kekuatan untuk menjaga waktu dan mengawasi perputaran takdir dan kehidupan. Akhirnya, Nozdormu yang terhormat dikenal sebagai Yang Tak Mengenal Waktu.
Eonar, sang Titan yang memiliki kekuatan kehidupan, memberikan sebagaian kekuatannya kepada Leviathan Merah, Alexstrasza. Lalu, Alexstrasza dikenal sebagai pengatur Kehidupan, dan dia bekerja untuk menjaga semua mahluk hidup di dunia. Dengan kebijakannya yang hebat dan keramahannya kepada semua mahluk hidup, Alexstrasza diangkat sebagai Ratu Dragon dan memerintah bangsanya.
Eonar juga memberkati adik termuda Alexstrasza, Dragon hijau bernama Ysera, dengan kekuatan alam. Ysera dikirim ke dimensi lain, terikat dengan Dunia Mimpi Nyata. Dikenal sebagai sang Pemimpi, dia menjaga alam yang tumbuh dari dunianya di dimensi lain, yaitu Mimpi Berlian.
Norgannon, sang Titan dengan kekuatan pelindung dan guru sihir, memberikan sang Dragon Biru, Maylgos, sebagian kekuatannya. Sejak itu, malygos dikenal sebagai Guru Sihir, penjaga kekuatan sihir dan benda pusaka.
Khaz’goroth, sang Titan yang membentuk dan menempa dunia, memberikan sedikit kekuatannya kepada Dragon Hitam yang hebat, Neltharion. Neltharion yang terhormat, dikenal sebagai pelindung bumi dan menguasai seluruh daratan dan mahluk yang berada didalam tanah. Dia memiliki kekuatan dunia dan melayani Alexstrasza dengan sepenuh hati.
Dengan kekuatan barunya, kelima Aspek melindungi dunia dari ketidakhadiran para Titan. Dengan para dragon yang siap untuk menjaga ciptaan mereka, para Titan meninggalkan Azeroth selamanya. Sayangnya, hanya waktulah yang akan menentukan sebelum Sargeras mempelajari para penjaga dunia yang baru mereka ciptakan.
Dunia yang berkembang dan Mata Air Keabadian
Sepuluh ribu tahun sebelum manusia dan Orc memulai perang pertama mereka, dunia Azeroth hanya memiliki satu benua yang dikelilingi oleh lautan. Benua itu, dikenal sebagai Kalimdor, adalah rumah dari beberapa ras dan mahluk, semuanya patuh kepada hukum rimba. Ditengah daratan gelap itu ada sebuah mata air misterius yang penuh dengan energi. Mata air itu, yang akan dikenal sebagai Mata Air Keabadian, adalah pusat dari kekuatan alam dan sihir dunia. Mendapatkan kekuatannya dari Great Dark diatas dunia, mata air itu bertindak sebagai sumber kehidupan, mengirim energi potensialnya ke seluruh dunia.
Seiring dengan berjalannya waktu, sebuah suku primitif dari campuran manusia berhasil menemukan jalan menuju mata air itu. Para manusia itu tertarik oleh energi aneh yang berasal dari mata air itu, membangun sebuah desa didekatnya. Semakin lama kekuatan kosmik mata air mempengaruhi suku itu, membuat mereka semakin kuat, bijak dan abadi. Suku itu disebut Kaldorei, yang artinya “anak dari bintang” dalam bahasa mereka. Untuk merayakan hal itu, mereka membangun bangunan besar dan kuil di sekitar mata air.
Para Kaldorei, atau Night Elf yang akan dikenal kemudian, memuja sang Dewa Bulan, Elune dan percaya bahwa dia tidur didalam Mata Air itu ketika siang hari. Pada malam hari para Pendeta Elf dan para Penyihir mempelajari Mata Air itu dengan sangat penasaran, mencoba mencari tahu rahasia dan kekuatannya. Dengan kehidupan sosial mereka berkembang, para Night Elf menjelajahi Kalimdor dan menemukan suku lainnya. Satu satunya mahluk yang menghentikan mereka adalah para Dragon Suci yang kuat. Para Dragon ini memang tak bisa tertandingi, tapi mereka bertugas untuk melindungi dunia dari ancaman dan bahaya. Para Night Elf menemukan bahwa para Dragon ini adalah para pelindung dunia, dan setuju bahwa mereka dan rahasia mereka lebih baik dibiarkan sendiri.
Seiring dengan waktu, rasa penasaran para Night Elf memimpin mereka untuk menemui dan berteman dengan para mahluk sakti, salah satunya adalah Cenarius, seorang Dewa yang berasal dari dalam Hutan. Kebaikan hati Cenarius terlihat ketika dia mengajarkan para Night Elf tentang alam. Para Kaldorei yang telah berlatih menunjukan bakat mereka kepada hutan di Kalimdor dan berhasil menyeimbangkan alam.
Selama beratus-ratus tahun, kehidupan para Night Elf semakin membesar dan meluas. Kuil, jalan dan bangunan yang mereka dirikan terus bertambah dan melewati daerah hitam. Azshara, Ratu Night Elf yang cantik dan berbakat, mendirikan sebuat Istana yang megah didekat Mata Air Keabadian sebagai rumah pengikutnya dan Tahta Kerajaannya. Para pengikutnya, yang dia sebut sebagai Quel’dorei atau Highborne, mematuhi semua perintahnya dan percaya bahwa mereka lebih baik daripada yang lainnya. Meskipun Ratu Azshara sangat dicintai dan dihormati oleh seluruh rakyatnya, para Highborne sangatlah tidak disukai oleh sebagian besar Night Elf.
Karena keingintahuannya yang sangat besar kepada Mata Air Keabadian, Azshara memerintahkan para Hightborne untuk mengungkap rahasianya dan membeberkannya kepada dunia. Para Hightborne tenggelam dalam pekerjaan mereka dan mempelajari mata air kehidupan dengan sangat serius. Akhirnya mereka mendapatkan keahlian untuk memanipulasi dan mengendalikan kekuatan kosmik mata air keabadian. Dalam eksperimen mereka, para Highborne menemukan bahwa mereka dapat menggunakan kekuatan baru mereka untuk menciptakan atau menghancurkan kapanpun mereka inginkan. Para Highborne yang haus kekuatan telah berhasil menguasai sihir primitif dan sekarang berhasil mempelajarinya. Meskipun mereka setuju bahwa sihir itu sangat berbahaya jika tidak digunakan dengan benar, Azhara dan para Highborne mulai mempraktekan mantra mereka yang penuh resiko. Cenarius dan para tokoh Night Elf memperingatkan bahwa kehancuran akan datang jika sihir itu terus dipelajari. Meskipun begitu, Azhara dan para pengikutnya tetap keras kepala dan melanjutkan untuk mempelajari kekuatan itu.
Sementara kekuatan mereka terus berkembang, perubahan terjadi kepada Azshara dan para Highborne. Mereka semakin sombong dan kejam kepada Night Elf lainnya. Kegelapan dan kejahatan mulai mencemari kecantikan Azshara. Dia mulai membenci rakyatnya dan menolak untuk berbicara kecuali para para Pendeta Hightborne kepercayaannya.
Seorang pelajar muda bernama Malfurion Stormrage, yang telah mengabdikan hidupnya untuk mempelajari seni primitif tentang Druidism, mulai menyadari bahwa kekuatan yang menakutkan sedang meracuni para Highborne dan Ratunya. Meskipun dia tidak tahu bahwa iblis akan datang, dia tahu bahwa kehidupan para Night Elf akan berubah selamanya.
Peperangan Para Ancient
10.000 tahun sebelum Warcraft I
Para Highborne dengan ceroboh menggunakan sihir mereka untuk mengirim energi keluar dari Mata Air Keabadian menuju Greak Dark. Energi yang menyebar dirasakan oleh seorang Alien yang sangat jahat. Sargeras, Musuh terbesar semua kehidupan, sang Penghancur Dunia tertarik dengan kekuatan energi itu dan mulai mencari dimana keberadaanya. Mengintai kehidupan di dunia Azeroth dan merasakan kekuatan tak terbatas dari mata air keabadian, Sargeras menjadi haus akan kekuatan. Sang Dewa Kegelapan dari Dimensi Luar memutuskan untuk menghancurkan dunia Azeroth dan mengklaim energi itu untuk dirinya.
Sargeras mengumpulkan pasukan Burning Legionnya dan menciptakan jalan menuju dunia Azeroth. Legion itu terdiri dari berjuta-juta iblis yang menyeramkan, semua dipanggil dari sisi lain galaksi, dan para iblis patuh kepada misi Letnan dari Sargeras, Archimonde sang Penghianat dan Mannoroth sang Penghancur, menyiapkan pasukan Infernal mereka untuk menyerang.
Ratu Azshara, yang mabuk oleh sihirnya, menjadi korban kekuatan Sargeras dan setuju untuk memberinya pintu masuk menuju dunianya. Bahkan para Highbornenya menjadi terhasut dan mulai menyembah Sargeras sebagai dewa mereka. Untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada Legion, para Highborne membantu ratu mereka untuk membuka portal dari dasar air mata keabadian.
Ketika semua persiapannya telah selesai, Sargeras memulai invasinya menuju Azeroth. Para Ksatria Iblis dari Burning Legion bergerak menuju Azeroth melalui Mata Air Keabadian dan menyerang kota Night Elf yang sedang tertidur. Dipimpin oleh Archimonde dan Mannoroth, pasukan Legion menyebar ke seluruh Kalimdor, hanya menyisakan abu dan mayat. Para Iblis Warlock memanggil Infernal api yang menghantam seperti meteor menuju Kuil Kalimdor yang indah. Satu pasukan pembunuh berdarah dingin yang dikenal sebagai Doomguard berjalan melintasi daratan Kalimdor, membantai siapapun yang berada di jalan mereka. Piaraan iblis yaitu Felhound mengamuk di sisi lain kota dan sangat brutal. Meskipun para Kaldorei yang pemberani berusaha untuk mempertahankan kampung halaman mereka, mereka terpaksa menyerah, sedikit demi sedikit sebelum pasukan Legion membantai mereka.
Hal itu membuat Malfurion Stormrage ingin mencari bantuan untuk menolong rakyatnya. Stormrage, memiliki seorang adik bernama Illidan, yang berlatih sihir dengan para Highborne, merasa terganggu dengan sesuatu yang merasuki para petinggi. Meyakinkan Illidan untuk menghentikan keinginannya yang sangat berbahaya, Malfurion berusaha mencari Cenarius dan meminta bantuan. Seorang Priestess cantik dan muda, Tyrande, setuju untuk membantu dua saudara itu atas nama Elune. Meskipun Malfurion dan Illidan sama-sama mencintai Tyrande, tapi hati Tyrande hanya milik Malfurion seorang. Illidan cemburu pada percintaan kakaknya dengan Tyrande, tapi dia sadar bahwa hal itu tidaklah sebanding dengan kecanduannya terhadap sihir.
Illidan, yang tumbuh dengan kekuatan sihir yang hebat, berusaha untuk mengendalikan dirinya agar tidak menghisap kekuatan mata air kehidupan sekali lagi. Bahkan, dengan bantuan dari Tyrande, dia dapat menahan dirinya dan menolong kakaknya untuk menemukan sang Dewa, Cenarius. Cenarius, yang tinggal di Moonglades Suci jauh didalam Gunung Hyjal, setuju untuk menolong para Night Elf dengan menemukan para Ancient Dragon dan meminta pertolongan mereka. Sang Dragon, yang dipimpin oleh Leviathan Merah, Alexstrasza, setuju mengirimkan pasukan mereka untuk menghadapi para iblis dan pemimpin infernal mereka.
Cenarius, memanggil arwah dari hutan, menciptakan pasukan yang terdiri dari manusia pohon dan memimpin mereka melawan pasukan Legion dilapangan terbuka. Ketika para Night Elf sampai ke Kuil Azshara dan Mata Air Keabadian, mereka melihat sesuatu yang menyeramkan. Meskipun yakin dengan sekutu baru mereka, Malfurion dan rekannya menyadari bahwa pasukan Legion tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan fisik sendirian.
Ketika pertempuran besar terjadi disekitar kota Azshara, sang Ratu yang terhasut itu sedang menunggu kedatangan Sargeras. Pimpinan dari Legion sedang bersiap untuk melewati Mata Air Keabadian dan memasuki dunia Azeroth. Bayangannya yang sangat besar mulai mendekati permukaan dari Mata Air, Azshara mengumpulkan kekuatan terbesar dari para Pengikutnya. Hanya dengan menyatukan kekuatan sihir mereka dapat menciptakan sebuah gerbang yang sangat besar sehingga Sargeras dapat melewatinya.
Ketika pertempuran berdarah terjadi diseluruh Kalimdor, sesuatu yang gawat terjadi. Apa yang terjadi tidaklah diketahui secara jelas, tapi dikatakan bahwa Neltharion, Sang Dragon Aspek Tanah, menjadi gila dalam pertempuran melawan Burning Legion. Dia mulai tercerai dan kemarahan muncul dari balik kulit hitamnya. Menamakan dirinya sebagai Deathwing (Sayap Kematian), sang Dragon yang terbakar berhianat dan meninggalkan kelima Dragonflight dari medan perang.
Penghianatan Deathwing yang mendadak membuat kelima Dragonflight menjadi lemah. Terluka dan kecewa, Alexstasza dan para Dragon terhormat lainnya terpaksa meninggalkan sekutu mereka. Malfurion dan pengikutnya, sekarang kalah dalam jumlah dan tidak memiliki harapan untuk dapat selamat dari pembantaian.
Malfurion, yakin bahwa Mata Air Keabadian adalah suatu jalan bagi iblis untuk dapat datang ke dunia Azeroth, maka harus dihancurkan. Para pengikutnya yang mengetahui bahwa Mata Air Kehidupan adalah sumber dari kekuatan dan keabadian mereka, sangat ketakutan dengan keputusannya. Tapi Tyrande melihat kebijakan dari teori Malfurion, maka dia meyakinkan Cenarius dan pasukannya untuk menghancurkan Kuil Azhara dan mencari cara untuk menutup Mata Air Kehidupan untuk selamanya.
Kehancuran Dunia
Mengetahui bahwa kehancuran Mata Air akan membuatnya tidak mendapatkan kekuatan lagi, Illidan dengan egois meninggalkan kelompoknya dan pergi untuk memperingatkan para Highborne akan rencana Malfurion. Kegilaannya terjadi karena dirinya yang haus akan energi dan hubungan antara kakaknya dengan Tyrande, Illidan tidak merasa malu menghianati Malfurion dan berpihak dengan Azshara. Selain itu, Illidan bersumpah untuk melindungi kekuatan Mata Air dengan apapun yang dibutuhkan.
Sakit hati dengan kepergian adiknya, Malfurion memimpin pasukannya kedalam kuil Azshara. Ketika mereka berusaha untuk masuk kedalam ruangan utama, mereka menemukan bahwa para Highborne hampir menyelesaikan ritual gelap mereka. Mantra para Highborne menciptakan sebuah portal besar diatas Mata Air Kehidupan. Dengan bayangan Sargeras yang semakin dekat dengan permukaan, Malfurion dan pasukannya harus menyerang dengan cepat.
Azshara telah menerima peringatan dari Illidan, sudah bersiap untuk mereka. Hampir semua pasukan Malfurion gugur karena kekuatan sang Ratu gila. Tyrande, berusaha untuk menyerang Azshara dari belakang, tertangkap oleh penjaga para Highborne. Meskipun dia berhasil membunuh para penjaga, Tyrande mengalami luka yang sangat serius. Ketika Malfurion melihat kekasihnya gugur, dia menjadi sangat marah dan ingin mengakhiri hidup Azshara.
Ketika pertempuran terjadi didalam dan diluar kuil, Illidan muncul dari dekat Mata Air. Membawa botol khusus, Illidan berlutut dan mengisi semua botol dengan air suci dari Mata Air Keabadian. Yakin bahwa iblis dapat menghancurkan kehidupan para Night Elf, dia berencana untuk mencuri air suci dan menyimpan energinya untuk dirinya sendiri.
Pertempuran antara Malfurion dan Azshara membuat mantra para Hightborne menjadi kacau. Portal yang tidak stabil kemudian meledak dan menciptakan sebuah energi yang dapat menghancurkan dunia selamanya. Ledakan itu menghancurkan kuil dan kota disekitarnya. Ketika pertempuran antara Pasukan Legion dan para Night Elf terjadi didalam kota, Mata Air Keabadian menyurut lalu hancur.
Akibat dari ledakan catastrophic yang mengguncang bumi dan menghitamkan langit
Setelah ledakan yang diakibatkan oleh Mata Air Keabadian menghancurkan struktur dunia, lautan menjadi semakin luas dan mengisi celah yang tercipta. Hampir delapan puluh persen daratan Kalimdor hancur, dan hanya menyisakan daratan baru yang dikelilingi oleh lautan yang bergejolak. Di pusat lautan baru ini, dimana Mata Air Keabadian berada, tercipta badai tsunami dan energi chaotic. Luka yang mengerikan ini, dikenal sebagai Maelstrom atau Pusaran Air, tidak akan pernah berhenti berputar. Akan tetap berada disana untuk mengingatkan ledakan yang pernah terjadi, dan zaman kegelapan yang telah hilang selamanya.
Entah bagaimana, Ratu Azshara dan para petinggi Highborne berhasil selamat dari ledakan. Tersiksa dan terluka oleh kekuatan yang mereka lepaskan, Azshara dan para pengikutnya ditarik kedalam dasar laut oleh kekuatan ledakan. Dikutuk dan berubah bentuk, mereka mendapatkan wujud baru dan menjadi serpentine naga yang penuh kebencian. Azshara sendiri dipenuhi dengan kebencian dan kemarahan, berubah menjadi monster, yang mencerminkan kegilaannya dan selalu bersembunyi disarangnya.
Disana, didasar dari Maelstrom, para naga membangun sebuah kota baru, Nazjatar, yang akan mereka gunakan untuk memulihkan kembali kekuatan mereka. Akan menghabiskan waktu sepuluh ribu tahun sebelum para naga dapat muncul ke permukaan dan memperlihatkan keberadaan mereka.
Gunung Hyjal dan Hadiah Illidan
Beberapa night elf yang selamat dari ledakan berkumpul bersama dan berhasil mencapai sebuah daratan. Entah kenapa, dengan berkah dari Elune, Malfurion, Tyrande dan Cenarius berhasil selamat dari ledakan. Para pahlawan itu setuju untuk memimpin bangsa mereka dan membangun rumah baru. Ketika mereka berjalan di kesunyian, mereka melihat bahwa dunia mereka telah berubah menjadi sebuah kehancuran. Meskipun Sargeras dan pasukan Legionnya berhasil diusir dari dunia Azeroth oleh ledakan Mata Air, Malfurion dan pengikutnya kini dihadapkan oleh akibat yang mengerikan dari sebuah kemenangan.
Ada beberapa Highborne yang selamat dari ledakan. Mereka berhasil mencapai daratan baru besama night elf lainnya. Meskipun Malfurion tidak mempercayai motivasi para Highborne, tapi dia puas bahwa mereka tidak dapat berbuat macam-macam tanpa kekuatan Mata Air Keabadian.
Ketika para Night Elf mendarat di pantai daratan baru, mereka menemukan bahwa gunung suci, Hyjal, telah selamat dari ledakan. Mencari tempat untuk membangun rumah baru untuk mereka, Malfurion dan para Night Elf mendaki gunung Hyjal dan mencapai sebuah tempat. Ketika mereka mulai membangun rumah, diantara lembah gunung Hyjal, mereka menemukan danau kecil. Seperti mimpi buruk, mereka menemukan bahwa air danau itu penuh dengan sihir.
Illidan, juga berhasil selamat dari ledakan, telah mencapai lembah Hyjal lama sebelum Malfurion dan para Night Elf. Dalam kegilaannya untuk menjaga aliran sihir di dunia, Illidan telah menuangkan isi botolnya, yang berisi air berharga dari Mata Air Keabadian, kedalam danau kecil itu. Energi dari Mata air dengan cepat menyebar dan berubah menjadi Mata Air Keabadian yang baru. Illidan percaya bahwa Mata Air yang baru adalah hadiah untuk generasi masa depan, sangat kaget ketika Malfurion memburunya. Malfurion menjelaskan kepada adiknya bahwa sihir itu hanya membawa kehancuran dan penggunaannya akan mengakibatkan kerusakan dan kegelapan. Tapi, Illidan menolak untuk menghancurkan kekuatan sihirnya.
Mengetahui dimana Illidan berada, Malfurion memutuskan untuk menghentikan adiknya yang gila kekuatan selamanya. Dengan bantuan Cenarius, Malfurion mengurung Illidan dalam penjara bawah tanah, dimana dia tetap dirantai dan tak memiliki kekuatan sampai akhir dunia. Untuk menjaga penjara adiknya, Malfurion memberi kekuatan kepada Warden muda, Maeiv Shadowsong, untuk menjadi penjaga penjara pribadi Illidan.
Khawatir bahwa menghancurkan Mata Air yang baru akan mengakibatkan ledakan yang lebih hebat, para Night Elf memutuskan untuk membiarkannya. Sehingga, Malfurion mengumumkan bahwa mereka tidak akan pernah belajar seni sihir lagi. Dibawah pengawasan Cenarius, mereka mulai belajar seni kuno Druidism yang dapat membuat mereka menyembuhkan bumi dan menumbuhkan kembali hutan mereka di markas mereka di Gunung Hyjal.
Pohon Kehidupan dan Mimpi Emerald
9,000 tahun sebelum Warcraft I
Selama bertahun-tahun, para Night Elf bekerja tak kenal lelah untuk membangun rumah mereka. Membiarkan kuil yang hancur dan jalan untuk dibangun kembali, mereka membangun rumah baru mereka di gunung Hyjal. Lalu, para dragon yang selamat dari ledakan muncul ke permukaan dari persembunyian rahasia mereka.
Alexstasza si Merah, Ysera si Hijau, dan Nozdormu si Perunggu mencurahkan air kedalam Sumur para Druid dan memberikan buah-buahan kepada para pekerja Night Elf. Malfurion, yang telah menjadi pimpinan druid dengan kekuatan hebat, menyambut para Dragon Sakti dan memberitahu mereka tentang Mata Air Keabadian yang baru. Para dragon khawatir mendengar kabar buruk itu dan menyimpulkan bahwa selama Mata Air masih ada, pasukan Legion dapat datang kembali satu hari nanti dan menyerang dunia sekali lagi. Malfurion dan tiga Dragon yang tersisa mencari cara untuk menjaga Mata Air Keabadian dan menjamin bahwa Agen dari Burning Legion tidak akan menemukan jalan menuju dunia mereka.
Alexstasza, sang Pemberi Kehidupan, menyimpan sebuah benih kecil didalam hati Mata Air Keabadian. Benih itu, bereaksi dengan air sihir, kemudian tumbuh menjadi pohon yang sangat besar. Akar pohon itu tumbuh dari dalam Mata Air, dan daunnya menjadi atap di langit. Pohon besar itu kemudian menjadi simbol bahwa para Night Elf menyatu dengan alam, dan energi kehidupan yang disebarkan olehnya akan menyembuhkan bumi. Para night elf memberi pohon besar itu sebuah nama Nodrassil, yang artinya “Mahkota Surga” dalam bahasa mereka.
Nozdormu, yang Tak Mengenal Waktu, memberikan kekuatannya kepada Pohon Kehidupan untuk menjamin bahwa selama pohon itu tetap ada, para night elf tidak akan bertambah tua atau menjadi sakit.
Ysera, sang Pemimpi, juga memberikan kekuatan pada Pohon Kehidupan dengan menyambungkannya dengan alamnya, sebuah dimensi yang dikenal sebagai Mimpi Emerald. Di dalam Mimpi Emerald, adalah sebuah dunia arwah, berada diluar garis dunia nyata. Didalam alam itu, Ysera mengatur aliran alam dan evolusi dunia. Para night elf druids, termasuk Malfurion sendiri, terikat dengan Mimpi Emerald melalui Pohon Dunia. Sebagai bagian dari kekuatan mistik mereka, para Druids setuju untuk tidur selama beberapa abad sehingga arwah mereka dapat menjalani jalan dari Mimpi Ysera. Meskipun para druids akan kehilangan banyak waktu selama hibernasi, tapi mereka setuju dengan perjanjian Ysera.
Pengasingan para High Elf
7,300 tahun sebelum Warcaft I
Selama beratus-ratus tahun, kehidupan sosial baru para night elf tumbuh menjadi kuat dan menyebar kedalam hutan yang mereka sebut Ashenvale. Banyak mahluk dan spesies bersembunyi ketika ledakan, seperti furbolgs dan babi hutan, muncul kembali dan memenuhi daratan. Dibawah pimpinan para Druids, para night elf menikmati sebuah era kedamaian dan cahaya dibawah bintang langit.
Tetapi, banyak para Highborne yang selamat menjadi gelisah. Seperti Illidan, mereka menjadi korban dari kehilangan sumber sihir mereka. Mereka mencoba untuk menyerap energi dari Mata Air Keabadian dan kembali belajar sihir. Dath’Remar, pemimpin dari para Highborne, mulai menghina publisitas para Druid, memanggil mereka pengecut karena menolak sihir yang dia katakan itu adalah hak mereka. Malfurion dan para Druid mengabaikan argument Dath’Remar dan memperingatkan para Highborne bahwa siapapun yang menggunakan sihir akan dihukum dengan kematian. Dalam kegilaannya untuk meyakinkan para druid pada hukum mereka, Dath’Remar dan pengikutnya menciptakan badai sihir yang menyeramkan diatas Ashenvale.
Para druids tidak dapat mengakibatkan kematian lebih banyak para bangsa mereka, lalu mereka memutuskan untuk mengasingkan para Highborne dari daratan mereka. Dath’Remar dan pengikutnya, senang berpisah dari para sepupu mereka, menciptakan kapal khusus dan berlayar kelautan. Meskipun tidak ada yang tahu apa yang menunggu mereka dibalik lautan dan Maelstrom yang bergejolak, mereka bersemangat untuk membangun rumah baru, dimana mereka dapat mempraktekan sihir mereka tanpa gangguan. Para Highborne, atau Quel’dorei, sebutan mereka oleh Azshara dulu, berlabuh di daratan manusia yang disebut Lordaeron. Mereka berencana membangun kerajaan sihir sendiri, Quel’Thalas, dan menolak prinsip para night elf memuja bulan dan kehidupan malam. Selamanya, mereka akan memuja Matahari dan dikenal sebagai High Elf.
Para Sentinels dan Perjalanan Panjang
Dengan kepergian sebagian saudara mereka, para Night Elf mengalihkan perhatian mereka untuk menjaga kampung halaman baru mereka. Para Druids, merasa bahwa waktu mereka untuk berhibernasi semakin dekat, bersiap untuk tidur dan meninggalkan keluarga dan yang mereka cintai. Tyrande, yang telah menjadi Hight Priestess of Elune, meminta kekasihnya, Malfurion, untuk tidak meninggalkannya demi Ysera’s Emerald Dream. Tapi Malfurion, telah bersumpah untuk memasuki Dreamways, mengucapkan perpisahan dan bersumpah bahwa mereka tidak akan berpisah selama selalu saling mencintai.
Ditinggalkan sendiri untuk melindungi Kalimdor dari bahaya oleh dunia baru, Tyrande mengajarkan keahlian bertarung kepada saudari Night Elf nya. Ksatria wanita yang sangat terlatih dan tak kenal takut yang mempertahankan Kalimdor dikenal sebagai Para Sentinels. Meskipun mereka lebih senang berpatroli di hutan Ashenvale sendirian, mereka mempunyai banyak sekutu yang dapat mereka panggil dalam situasi darurat.
Sang Demigod Cenarius tetap tinggal disekitar Moonglades di Gunung Hyjal. Putranya, dikenal sebagai Sang Penjaga Alam atau Keeper of the Grove, selalu menjaga para Night Elf dan membantu Sentinel menjaga kedamaian. Bahkan putri pemalu Cenarius, para Dryads, ikut membantu dengan jumlah yang terus bertambah.
Tugas memerintah Ashenvale membuat Tyrande sibuk, tapi tanpa Malfurion disampingnya, dia tidak merasa nyaman. Selama beberapa abad ketika para Druids tertidur, dia takut bahwa invasi iblis kedua mulai tumbuh. Dia merasa bahwa pasukan Burning Legion masih diluar sana, dibalik Great Dark di langit, merencanakan balas dendam kepada para Night Elf dan Dunia Azeroth.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Tidak ada yang tahu bagaimana Alam Semesta ini tercipta. Beberapa teori mengatakan bahwa ledakan kosmik membuat jutaan dunia berputar sangat cepat dan terhisap kedalam ruangan hampa yang disebut Great Dark – sebuah Galaksi yang tercipta dalam satu hari dan memiliki berbagai jenis kehidupan didalamnya. Yang lainnnya percaya bahwa Alam Semesta diciptakan oleh sebuah kekuatan mutlak. Meskipun kebenarannya belum dapat dipastikan, sangatlah jelas bahwa ras dari mahluk yang kuat tercipta untuk membawa stabilitas pada dunia mereka dan menjamin masa depan yang aman untuk mahluk hidup yang mengikuti jejak mereka.
Para Raksasa Titan, Dewa berkulit baja dari galaksi lain, menjelajahi galaksi yang baru terbentuk dan mulai bekerja di dunia yang mereka temui. Mereka membentuk dunia dengan menciptakan gunung tinggi dan menciptakan lautan yang luas. Mereka memberi langit udara yang dapat memberikan kehidupan. Itu semua adalah bagian dari tujuan mereka, rencana yang telah diciptakan sejak lama. Mereka bahkan menciptakan ras primitif untuk meneruskan pekerjaan mereka dan menjaga keseimbangan dari dunia yang mereka ciptakan.
Diatur oleh kelompok elit yang disebut Pantheon, para Titan membawa tujuan mereka melalui ratusan juta dunia yang tersebar diseluruh Great Dark pada jaman pertama diciptakan. Para Phanteon yang sangat kuat dan memiliki tugas untuk menjaga struktur dunia, merasa khawatir oleh ancaman serangan dari mahluk sebuah dimensi yang disebut Twisting Nether. Sebuah dimensi asing yang penuh dengan sihir kehancuran dan terhubung dengan dunia Myriad, adalah rumah dari berjuta-juta mahluk yang disebut Malefic, mahluk iblis yang diciptakan hanya untuk menghancurkan kehidupan dan menyerap energi dari mahluk hidup. Tidak dapat menerima kejahatan atau kehancuran dalam bentuk apapun, para Titan berjuang untuk mencari cara untuk mengakhiri ancaman para Iblis.
Sargeras dan sang Penghianat
Sejak lama, para Iblis datang ke dunia para titan melalui Twisting Nether, dan para Pantheon memilih Ksatria terhebatnya, Sargeras, untuk menjaga garis depan pertahanan. Seorang Raksasa terhormat dari Molten Bronze, Sargeras membawa tugasnya selama ribuan tahun, mencari dan menghancurkan para iblis dimanapun mereka berada. Selama itu, Sargeras menemukan dua kekuatan iblis terhebat, yang dapat memperkuat diri mereka dan mendominasi seluruh kekuatan di dunia.
Para eredar, sebuah ras yang dipenuhi dengan penyihir jahat, menggunakan sihir Warlock mereka untuk menginvasi dan menjajah beberapa dunia. Ras yang berada di dunia yang dijajah oleh para Eredar dikutuk dan berubah menjadi iblis. Meskipun kekuatan Sargeras yang hampir tak terbatas lebih dari cukup untuk menghancurkan mereka, dia kesulitan dengan hasutan mereka dan pikirannya diracuni dengan kejahatan. Tidak dapat berpikir jernih, sang Titan mulai terjatuh kedalam depresi yang hebat. Meskipun dalam kondisi yang hampir terhasut, Sargeras berhasil menyingkirkan para Warlock dengan menjebak mereka diujung dunia dari Twisting Nether.
Sementara kebingungannya dan penderitaannya semakin dalam, Sargeras dipaksa untuk berhadapan dengan grup lain yang ingin mengganggu perintah para Titan yaitu Bangsa Nathrezim. Ras Jahat dari Iblis Vampir (yang juga dikenal sebagai Dreadlords) berhasil menaklukan beberapa populasi dunia dengan meracuni pikiran mereka dan merubah mereka menjadi bayangan. Sang Nefarious, Dreadlord terhebat yang dapat membuat satu bangsa melawan bangsa lainnya dengan cara memanipulasi mereka dengan kebencian dan rasa tidak saling percaya. Sargeras mengalahkan para Nathrezim dengan sangat mudah, tapi hasutan iblis mereka mempengaruhi pikirannya sangat dalam.
Karena hasutan dan kejahatan merasuki pikiran Sargeras, dia kehilangan keyakinan tidak hanya pada misinya, tapi juga pada visi para Titan dalam memerintah dunia. Akhirnya dia percaya bahwa konsep dari perintah para Titan itu sendiri sangat konyol, dan membiarkan kehancuran mendatangi dunia yang penuh dengan kehidupan. Para Titan temannya mencoba untuk menyelamatkannya dari kegilaan dan menenangkan pikirannya, tapi dia menolak mereka dan lebih mempercayai dirinya sendiri. Hancur dari jabatannya, Sargeras pergi untuk mencari tempatnya sendiri di dunia. Meskipun Pantheon merasa kehilangan dengan kepergiannya, para Titan tidak dapat memprediksikan seberapa jauh saudara mereka pergi.
Selama ini kegilaan Sargeras telah mengkonsumi jiwa dari para pengikutnya, dia percaya bahwa para Titan bertanggung jawab untuk kegagalannya. Akhirnya dia memutuskan untuk menghancurkan hasil kerja mereka di dunia, dia berencana menciptakan Pasukan yang tak dapat dihentikan dan memiliki tujuan untuk membakar dunia menjadi abu. Bahkan wujud Raksasa Sargeras menjadi berubah karena kejahatan yang berada didalam hatinya. Matanya, rambut dan janggutnya merah terbakar seperti api, dan kulitnya yang terbuat dari baja terbuka untuk mengeluarkan api kebenciannya.
Dalam kemarahannya, Sargeras menghancurkan penjara para eredar dan para Nathrezim lalu membebaskan para Iblis lainnya. Mahluk ini bersujud dihadapan kemarahan Titan Jahat dan menawarkan untuk melayaninya dalam bentuk apapun. Dari para Eredar yang kuat, Sargeras memilih dua ksatria untuk memimpin para pasukan Iblis Kehancurannya. Kil’jaeden sang Penghasut dipilih untuk mencari ras terjahat di dunia dan merekrut mereka dalam misi Sargeras. Ksatria kedua adalah Archimonde sang Pendendam, dipilih untuk memimpin pasukan Sargeras ke medan perang untuk melawan siapapun yang menghalangi misi sang Titan.
Gerakan Pertama Kil’jaeden adalah untuk memperbudak para Vampiric Dreadlord dengan kekuatannya yang mengerikan. Para dreadlord melayaninya sebagai Agen untuk menjelajahi seluruh dunia, dan mereka sangat senang untuk mencari ras primitif yang dapat mereka hasut dan dijadikan pasukan. Pertama dari para dreadlord adalah Tichondrius sang Kegelapan. Tichondrius melayani Kil’jaeden sebagai ksatria sempurna dan setuju untuk membawa keinginan Sargeras sampai keujung dunia.
Sang Archimonde yang hebat juga memiliki pengikutnya sendiri. Memanggil para Malefic Pit Lord dan pemimpin mereka yang kejam, Mannoroth sang Penghancur, Archimonde berharap untuk menciptakan pasukan petarung elit yang dapat menghancurkan seluruh kehidupan.
Ketika Sargeras melihat bahwa dia telah memiliki banyak pasukan dan siap untuk mengikuti seluruh perintahnya, dia mengirimkan pasukannya menuju Great Dark. Dia menyebut pasukannya sebagai Burning Legion. Sampai saat ini, masih tidak diketahui berapa banyak dunia yang telah mereka hancurkan dan bakar dalam misi mereka sebagai Burning Crusade diseluruh galaksi.
Sang Dewa Kuno dan Perintah untuk Azeroth
Tidak siap menghadapi misi Sargeras untuk menghancurkan pekerjaan mereka, para Titan melanjutkan untuk berpindah dari satu dunia ke dunia lainnya, membentuk dan memerintah setiap planet yang mereka lihat cocok. Dalam perjalanannya, mereka menemukan dunia kecil yang memiliki kehidupan yang disebut Azeroth. Sementara para Titan mencari cara untuk menyebrang ke daratan Azeroth, mereka menemukan beberapa mahluk elemental. Para elemental ini, yang menyembah ras iblis yang disebut Dewa Kuno, berusaha untuk mengusir para Titan dan menjaga dunianya dari sentuhan tangan baja mereka.
Para Pantheon, merasa terganggu oleh sang Dewa Kuno, mengumumkan perang dengan para elemental dan pimpinan mereka. Pasukan Dewa Kuno dipimpin oleh Letnan terkuat dari bangsa elemental : Ragnaros sang Raja Api, Therazane sang Ibu Tanah, Al’Akir sang Dewa Angin dan Neptulon sang Penguasa Lautan. Pasukan Kehancuran mereka akan berhadapan dengan para Raksasa Titan. Meskipun para elemental sangatlah kuat, kombinasi kekuatan mereka tidak dapat menghentikan kekuatan para Titan. Satu persatu, para pemimpin elemental gugur, dan kekuatan mereka meredup.
Sang Pantheon menghancurkan Istana Dewa Kuno dan memenjarakan kelima Letnan Jahat didalam tanah. Tanpa kekuatan Dewa Kuno untuk memberi mereka kehidupan, para elemental mulai pergi ke dunia lain, dimana mereka dapat hidup selama mungkin. Dengan kepergian para elemental, alam menjadi tenang dan dunia menjadi damai. Para Titan melihat bahwa ancaman telah hilang dan mulai bekerja.
Para Titan menciptakan beberapa ras untuk membantu mereka menghias dunia. Untuk membantu mereka membuat gua didalam perut bumi, para Titan menciptakan mahluk bernama Dwarv dari batu kehidupan. Untuk membantu mereka mengairi lautan dan mengangkat daratan dari dasar laut, para Titan menciptakan raksasa laut yang kuat tapi lembut. Selama beberapa tahun para Titan membentuk dunia, sampai akhirnya sampai ke tahap akhir. Di pusat dunia, para Titan menciptakan mata air yang penuh dengan energi kehidupan. Mata Air itu mereka sebut Mata Air Keabadian, adalah sumber kehidupan untuk dunia. Memiliki kekuatan untuk menopang langit dan menyuburkan tanah agar kehidupan mulai tumbuh. Sejak itu, tumbuhan, pohon, monster dan mahluk lainnya mulai muncul, dan pada hari terakhir sebelum para Titan pergi, mereka menamai dunia itu dengan nama Kalimdor, Dunia yang penuh dengan cahaya bintang.
Serangan para Dragonflight
Puas karena dunia kecil mereka telah tercipta dan pekerjaan mereka selesai, para Titan bersiap untuk meninggalkan Azeroth. Tapi, sebelum mereka berangkat, mereka meminta spesies terkuat di dunia itu untuk menjaga Kalimdor, agar ancaman dari manapun dapat mereka lenyapkan. Pada jaman itu, ada banyak ras Dragon. Lima dragon terkuat mendominasi bangsa mereka. Adalah kelima dragon itu yang dipilih oleh para Titan untuk menjaga dunia mereka. Para Phanteon memberikan sebagian kekuatannya kesetiap pimpinan para Dragon. Para Dargon hebat ini ( yang terdaftar dibawah ) menjadi dikenal sebagai Aspek Terhebat atau Aspek Dragon.
Aman’Thul, pemimpin tertinggi dari Pantheon, memberikan sebagian besar kekuatan kosmiknya kepada sang Bronze Dragon, Nozdormu. Sang pemimpin tertinggi memberi Nozdormu kekuatan untuk menjaga waktu dan mengawasi perputaran takdir dan kehidupan. Akhirnya, Nozdormu yang terhormat dikenal sebagai Yang Tak Mengenal Waktu.
Eonar, sang Titan yang memiliki kekuatan kehidupan, memberikan sebagaian kekuatannya kepada Leviathan Merah, Alexstrasza. Lalu, Alexstrasza dikenal sebagai pengatur Kehidupan, dan dia bekerja untuk menjaga semua mahluk hidup di dunia. Dengan kebijakannya yang hebat dan keramahannya kepada semua mahluk hidup, Alexstrasza diangkat sebagai Ratu Dragon dan memerintah bangsanya.
Eonar juga memberkati adik termuda Alexstrasza, Dragon hijau bernama Ysera, dengan kekuatan alam. Ysera dikirim ke dimensi lain, terikat dengan Dunia Mimpi Nyata. Dikenal sebagai sang Pemimpi, dia menjaga alam yang tumbuh dari dunianya di dimensi lain, yaitu Mimpi Berlian.
Norgannon, sang Titan dengan kekuatan pelindung dan guru sihir, memberikan sang Dragon Biru, Maylgos, sebagian kekuatannya. Sejak itu, malygos dikenal sebagai Guru Sihir, penjaga kekuatan sihir dan benda pusaka.
Khaz’goroth, sang Titan yang membentuk dan menempa dunia, memberikan sedikit kekuatannya kepada Dragon Hitam yang hebat, Neltharion. Neltharion yang terhormat, dikenal sebagai pelindung bumi dan menguasai seluruh daratan dan mahluk yang berada didalam tanah. Dia memiliki kekuatan dunia dan melayani Alexstrasza dengan sepenuh hati.
Dengan kekuatan barunya, kelima Aspek melindungi dunia dari ketidakhadiran para Titan. Dengan para dragon yang siap untuk menjaga ciptaan mereka, para Titan meninggalkan Azeroth selamanya. Sayangnya, hanya waktulah yang akan menentukan sebelum Sargeras mempelajari para penjaga dunia yang baru mereka ciptakan.
Dunia yang berkembang dan Mata Air Keabadian
Sepuluh ribu tahun sebelum manusia dan Orc memulai perang pertama mereka, dunia Azeroth hanya memiliki satu benua yang dikelilingi oleh lautan. Benua itu, dikenal sebagai Kalimdor, adalah rumah dari beberapa ras dan mahluk, semuanya patuh kepada hukum rimba. Ditengah daratan gelap itu ada sebuah mata air misterius yang penuh dengan energi. Mata air itu, yang akan dikenal sebagai Mata Air Keabadian, adalah pusat dari kekuatan alam dan sihir dunia. Mendapatkan kekuatannya dari Great Dark diatas dunia, mata air itu bertindak sebagai sumber kehidupan, mengirim energi potensialnya ke seluruh dunia.
Seiring dengan berjalannya waktu, sebuah suku primitif dari campuran manusia berhasil menemukan jalan menuju mata air itu. Para manusia itu tertarik oleh energi aneh yang berasal dari mata air itu, membangun sebuah desa didekatnya. Semakin lama kekuatan kosmik mata air mempengaruhi suku itu, membuat mereka semakin kuat, bijak dan abadi. Suku itu disebut Kaldorei, yang artinya “anak dari bintang” dalam bahasa mereka. Untuk merayakan hal itu, mereka membangun bangunan besar dan kuil di sekitar mata air.
Para Kaldorei, atau Night Elf yang akan dikenal kemudian, memuja sang Dewa Bulan, Elune dan percaya bahwa dia tidur didalam Mata Air itu ketika siang hari. Pada malam hari para Pendeta Elf dan para Penyihir mempelajari Mata Air itu dengan sangat penasaran, mencoba mencari tahu rahasia dan kekuatannya. Dengan kehidupan sosial mereka berkembang, para Night Elf menjelajahi Kalimdor dan menemukan suku lainnya. Satu satunya mahluk yang menghentikan mereka adalah para Dragon Suci yang kuat. Para Dragon ini memang tak bisa tertandingi, tapi mereka bertugas untuk melindungi dunia dari ancaman dan bahaya. Para Night Elf menemukan bahwa para Dragon ini adalah para pelindung dunia, dan setuju bahwa mereka dan rahasia mereka lebih baik dibiarkan sendiri.
Seiring dengan waktu, rasa penasaran para Night Elf memimpin mereka untuk menemui dan berteman dengan para mahluk sakti, salah satunya adalah Cenarius, seorang Dewa yang berasal dari dalam Hutan. Kebaikan hati Cenarius terlihat ketika dia mengajarkan para Night Elf tentang alam. Para Kaldorei yang telah berlatih menunjukan bakat mereka kepada hutan di Kalimdor dan berhasil menyeimbangkan alam.
Selama beratus-ratus tahun, kehidupan para Night Elf semakin membesar dan meluas. Kuil, jalan dan bangunan yang mereka dirikan terus bertambah dan melewati daerah hitam. Azshara, Ratu Night Elf yang cantik dan berbakat, mendirikan sebuat Istana yang megah didekat Mata Air Keabadian sebagai rumah pengikutnya dan Tahta Kerajaannya. Para pengikutnya, yang dia sebut sebagai Quel’dorei atau Highborne, mematuhi semua perintahnya dan percaya bahwa mereka lebih baik daripada yang lainnya. Meskipun Ratu Azshara sangat dicintai dan dihormati oleh seluruh rakyatnya, para Highborne sangatlah tidak disukai oleh sebagian besar Night Elf.
Karena keingintahuannya yang sangat besar kepada Mata Air Keabadian, Azshara memerintahkan para Hightborne untuk mengungkap rahasianya dan membeberkannya kepada dunia. Para Hightborne tenggelam dalam pekerjaan mereka dan mempelajari mata air kehidupan dengan sangat serius. Akhirnya mereka mendapatkan keahlian untuk memanipulasi dan mengendalikan kekuatan kosmik mata air keabadian. Dalam eksperimen mereka, para Highborne menemukan bahwa mereka dapat menggunakan kekuatan baru mereka untuk menciptakan atau menghancurkan kapanpun mereka inginkan. Para Highborne yang haus kekuatan telah berhasil menguasai sihir primitif dan sekarang berhasil mempelajarinya. Meskipun mereka setuju bahwa sihir itu sangat berbahaya jika tidak digunakan dengan benar, Azhara dan para Highborne mulai mempraktekan mantra mereka yang penuh resiko. Cenarius dan para tokoh Night Elf memperingatkan bahwa kehancuran akan datang jika sihir itu terus dipelajari. Meskipun begitu, Azhara dan para pengikutnya tetap keras kepala dan melanjutkan untuk mempelajari kekuatan itu.
Sementara kekuatan mereka terus berkembang, perubahan terjadi kepada Azshara dan para Highborne. Mereka semakin sombong dan kejam kepada Night Elf lainnya. Kegelapan dan kejahatan mulai mencemari kecantikan Azshara. Dia mulai membenci rakyatnya dan menolak untuk berbicara kecuali para para Pendeta Hightborne kepercayaannya.
Seorang pelajar muda bernama Malfurion Stormrage, yang telah mengabdikan hidupnya untuk mempelajari seni primitif tentang Druidism, mulai menyadari bahwa kekuatan yang menakutkan sedang meracuni para Highborne dan Ratunya. Meskipun dia tidak tahu bahwa iblis akan datang, dia tahu bahwa kehidupan para Night Elf akan berubah selamanya.
Peperangan Para Ancient
10.000 tahun sebelum Warcraft I
Para Highborne dengan ceroboh menggunakan sihir mereka untuk mengirim energi keluar dari Mata Air Keabadian menuju Greak Dark. Energi yang menyebar dirasakan oleh seorang Alien yang sangat jahat. Sargeras, Musuh terbesar semua kehidupan, sang Penghancur Dunia tertarik dengan kekuatan energi itu dan mulai mencari dimana keberadaanya. Mengintai kehidupan di dunia Azeroth dan merasakan kekuatan tak terbatas dari mata air keabadian, Sargeras menjadi haus akan kekuatan. Sang Dewa Kegelapan dari Dimensi Luar memutuskan untuk menghancurkan dunia Azeroth dan mengklaim energi itu untuk dirinya.
Sargeras mengumpulkan pasukan Burning Legionnya dan menciptakan jalan menuju dunia Azeroth. Legion itu terdiri dari berjuta-juta iblis yang menyeramkan, semua dipanggil dari sisi lain galaksi, dan para iblis patuh kepada misi Letnan dari Sargeras, Archimonde sang Penghianat dan Mannoroth sang Penghancur, menyiapkan pasukan Infernal mereka untuk menyerang.
Ratu Azshara, yang mabuk oleh sihirnya, menjadi korban kekuatan Sargeras dan setuju untuk memberinya pintu masuk menuju dunianya. Bahkan para Highbornenya menjadi terhasut dan mulai menyembah Sargeras sebagai dewa mereka. Untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada Legion, para Highborne membantu ratu mereka untuk membuka portal dari dasar air mata keabadian.
Ketika semua persiapannya telah selesai, Sargeras memulai invasinya menuju Azeroth. Para Ksatria Iblis dari Burning Legion bergerak menuju Azeroth melalui Mata Air Keabadian dan menyerang kota Night Elf yang sedang tertidur. Dipimpin oleh Archimonde dan Mannoroth, pasukan Legion menyebar ke seluruh Kalimdor, hanya menyisakan abu dan mayat. Para Iblis Warlock memanggil Infernal api yang menghantam seperti meteor menuju Kuil Kalimdor yang indah. Satu pasukan pembunuh berdarah dingin yang dikenal sebagai Doomguard berjalan melintasi daratan Kalimdor, membantai siapapun yang berada di jalan mereka. Piaraan iblis yaitu Felhound mengamuk di sisi lain kota dan sangat brutal. Meskipun para Kaldorei yang pemberani berusaha untuk mempertahankan kampung halaman mereka, mereka terpaksa menyerah, sedikit demi sedikit sebelum pasukan Legion membantai mereka.
Hal itu membuat Malfurion Stormrage ingin mencari bantuan untuk menolong rakyatnya. Stormrage, memiliki seorang adik bernama Illidan, yang berlatih sihir dengan para Highborne, merasa terganggu dengan sesuatu yang merasuki para petinggi. Meyakinkan Illidan untuk menghentikan keinginannya yang sangat berbahaya, Malfurion berusaha mencari Cenarius dan meminta bantuan. Seorang Priestess cantik dan muda, Tyrande, setuju untuk membantu dua saudara itu atas nama Elune. Meskipun Malfurion dan Illidan sama-sama mencintai Tyrande, tapi hati Tyrande hanya milik Malfurion seorang. Illidan cemburu pada percintaan kakaknya dengan Tyrande, tapi dia sadar bahwa hal itu tidaklah sebanding dengan kecanduannya terhadap sihir.
Illidan, yang tumbuh dengan kekuatan sihir yang hebat, berusaha untuk mengendalikan dirinya agar tidak menghisap kekuatan mata air kehidupan sekali lagi. Bahkan, dengan bantuan dari Tyrande, dia dapat menahan dirinya dan menolong kakaknya untuk menemukan sang Dewa, Cenarius. Cenarius, yang tinggal di Moonglades Suci jauh didalam Gunung Hyjal, setuju untuk menolong para Night Elf dengan menemukan para Ancient Dragon dan meminta pertolongan mereka. Sang Dragon, yang dipimpin oleh Leviathan Merah, Alexstrasza, setuju mengirimkan pasukan mereka untuk menghadapi para iblis dan pemimpin infernal mereka.
Cenarius, memanggil arwah dari hutan, menciptakan pasukan yang terdiri dari manusia pohon dan memimpin mereka melawan pasukan Legion dilapangan terbuka. Ketika para Night Elf sampai ke Kuil Azshara dan Mata Air Keabadian, mereka melihat sesuatu yang menyeramkan. Meskipun yakin dengan sekutu baru mereka, Malfurion dan rekannya menyadari bahwa pasukan Legion tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan fisik sendirian.
Ketika pertempuran besar terjadi disekitar kota Azshara, sang Ratu yang terhasut itu sedang menunggu kedatangan Sargeras. Pimpinan dari Legion sedang bersiap untuk melewati Mata Air Keabadian dan memasuki dunia Azeroth. Bayangannya yang sangat besar mulai mendekati permukaan dari Mata Air, Azshara mengumpulkan kekuatan terbesar dari para Pengikutnya. Hanya dengan menyatukan kekuatan sihir mereka dapat menciptakan sebuah gerbang yang sangat besar sehingga Sargeras dapat melewatinya.
Ketika pertempuran berdarah terjadi diseluruh Kalimdor, sesuatu yang gawat terjadi. Apa yang terjadi tidaklah diketahui secara jelas, tapi dikatakan bahwa Neltharion, Sang Dragon Aspek Tanah, menjadi gila dalam pertempuran melawan Burning Legion. Dia mulai tercerai dan kemarahan muncul dari balik kulit hitamnya. Menamakan dirinya sebagai Deathwing (Sayap Kematian), sang Dragon yang terbakar berhianat dan meninggalkan kelima Dragonflight dari medan perang.
Penghianatan Deathwing yang mendadak membuat kelima Dragonflight menjadi lemah. Terluka dan kecewa, Alexstasza dan para Dragon terhormat lainnya terpaksa meninggalkan sekutu mereka. Malfurion dan pengikutnya, sekarang kalah dalam jumlah dan tidak memiliki harapan untuk dapat selamat dari pembantaian.
Malfurion, yakin bahwa Mata Air Keabadian adalah suatu jalan bagi iblis untuk dapat datang ke dunia Azeroth, maka harus dihancurkan. Para pengikutnya yang mengetahui bahwa Mata Air Kehidupan adalah sumber dari kekuatan dan keabadian mereka, sangat ketakutan dengan keputusannya. Tapi Tyrande melihat kebijakan dari teori Malfurion, maka dia meyakinkan Cenarius dan pasukannya untuk menghancurkan Kuil Azhara dan mencari cara untuk menutup Mata Air Kehidupan untuk selamanya.
Kehancuran Dunia
Mengetahui bahwa kehancuran Mata Air akan membuatnya tidak mendapatkan kekuatan lagi, Illidan dengan egois meninggalkan kelompoknya dan pergi untuk memperingatkan para Highborne akan rencana Malfurion. Kegilaannya terjadi karena dirinya yang haus akan energi dan hubungan antara kakaknya dengan Tyrande, Illidan tidak merasa malu menghianati Malfurion dan berpihak dengan Azshara. Selain itu, Illidan bersumpah untuk melindungi kekuatan Mata Air dengan apapun yang dibutuhkan.
Sakit hati dengan kepergian adiknya, Malfurion memimpin pasukannya kedalam kuil Azshara. Ketika mereka berusaha untuk masuk kedalam ruangan utama, mereka menemukan bahwa para Highborne hampir menyelesaikan ritual gelap mereka. Mantra para Highborne menciptakan sebuah portal besar diatas Mata Air Kehidupan. Dengan bayangan Sargeras yang semakin dekat dengan permukaan, Malfurion dan pasukannya harus menyerang dengan cepat.
Azshara telah menerima peringatan dari Illidan, sudah bersiap untuk mereka. Hampir semua pasukan Malfurion gugur karena kekuatan sang Ratu gila. Tyrande, berusaha untuk menyerang Azshara dari belakang, tertangkap oleh penjaga para Highborne. Meskipun dia berhasil membunuh para penjaga, Tyrande mengalami luka yang sangat serius. Ketika Malfurion melihat kekasihnya gugur, dia menjadi sangat marah dan ingin mengakhiri hidup Azshara.
Ketika pertempuran terjadi didalam dan diluar kuil, Illidan muncul dari dekat Mata Air. Membawa botol khusus, Illidan berlutut dan mengisi semua botol dengan air suci dari Mata Air Keabadian. Yakin bahwa iblis dapat menghancurkan kehidupan para Night Elf, dia berencana untuk mencuri air suci dan menyimpan energinya untuk dirinya sendiri.
Pertempuran antara Malfurion dan Azshara membuat mantra para Hightborne menjadi kacau. Portal yang tidak stabil kemudian meledak dan menciptakan sebuah energi yang dapat menghancurkan dunia selamanya. Ledakan itu menghancurkan kuil dan kota disekitarnya. Ketika pertempuran antara Pasukan Legion dan para Night Elf terjadi didalam kota, Mata Air Keabadian menyurut lalu hancur.
Akibat dari ledakan catastrophic yang mengguncang bumi dan menghitamkan langit
Setelah ledakan yang diakibatkan oleh Mata Air Keabadian menghancurkan struktur dunia, lautan menjadi semakin luas dan mengisi celah yang tercipta. Hampir delapan puluh persen daratan Kalimdor hancur, dan hanya menyisakan daratan baru yang dikelilingi oleh lautan yang bergejolak. Di pusat lautan baru ini, dimana Mata Air Keabadian berada, tercipta badai tsunami dan energi chaotic. Luka yang mengerikan ini, dikenal sebagai Maelstrom atau Pusaran Air, tidak akan pernah berhenti berputar. Akan tetap berada disana untuk mengingatkan ledakan yang pernah terjadi, dan zaman kegelapan yang telah hilang selamanya.
Entah bagaimana, Ratu Azshara dan para petinggi Highborne berhasil selamat dari ledakan. Tersiksa dan terluka oleh kekuatan yang mereka lepaskan, Azshara dan para pengikutnya ditarik kedalam dasar laut oleh kekuatan ledakan. Dikutuk dan berubah bentuk, mereka mendapatkan wujud baru dan menjadi serpentine naga yang penuh kebencian. Azshara sendiri dipenuhi dengan kebencian dan kemarahan, berubah menjadi monster, yang mencerminkan kegilaannya dan selalu bersembunyi disarangnya.
Disana, didasar dari Maelstrom, para naga membangun sebuah kota baru, Nazjatar, yang akan mereka gunakan untuk memulihkan kembali kekuatan mereka. Akan menghabiskan waktu sepuluh ribu tahun sebelum para naga dapat muncul ke permukaan dan memperlihatkan keberadaan mereka.
Gunung Hyjal dan Hadiah Illidan
Beberapa night elf yang selamat dari ledakan berkumpul bersama dan berhasil mencapai sebuah daratan. Entah kenapa, dengan berkah dari Elune, Malfurion, Tyrande dan Cenarius berhasil selamat dari ledakan. Para pahlawan itu setuju untuk memimpin bangsa mereka dan membangun rumah baru. Ketika mereka berjalan di kesunyian, mereka melihat bahwa dunia mereka telah berubah menjadi sebuah kehancuran. Meskipun Sargeras dan pasukan Legionnya berhasil diusir dari dunia Azeroth oleh ledakan Mata Air, Malfurion dan pengikutnya kini dihadapkan oleh akibat yang mengerikan dari sebuah kemenangan.
Ada beberapa Highborne yang selamat dari ledakan. Mereka berhasil mencapai daratan baru besama night elf lainnya. Meskipun Malfurion tidak mempercayai motivasi para Highborne, tapi dia puas bahwa mereka tidak dapat berbuat macam-macam tanpa kekuatan Mata Air Keabadian.
Ketika para Night Elf mendarat di pantai daratan baru, mereka menemukan bahwa gunung suci, Hyjal, telah selamat dari ledakan. Mencari tempat untuk membangun rumah baru untuk mereka, Malfurion dan para Night Elf mendaki gunung Hyjal dan mencapai sebuah tempat. Ketika mereka mulai membangun rumah, diantara lembah gunung Hyjal, mereka menemukan danau kecil. Seperti mimpi buruk, mereka menemukan bahwa air danau itu penuh dengan sihir.
Illidan, juga berhasil selamat dari ledakan, telah mencapai lembah Hyjal lama sebelum Malfurion dan para Night Elf. Dalam kegilaannya untuk menjaga aliran sihir di dunia, Illidan telah menuangkan isi botolnya, yang berisi air berharga dari Mata Air Keabadian, kedalam danau kecil itu. Energi dari Mata air dengan cepat menyebar dan berubah menjadi Mata Air Keabadian yang baru. Illidan percaya bahwa Mata Air yang baru adalah hadiah untuk generasi masa depan, sangat kaget ketika Malfurion memburunya. Malfurion menjelaskan kepada adiknya bahwa sihir itu hanya membawa kehancuran dan penggunaannya akan mengakibatkan kerusakan dan kegelapan. Tapi, Illidan menolak untuk menghancurkan kekuatan sihirnya.
Mengetahui dimana Illidan berada, Malfurion memutuskan untuk menghentikan adiknya yang gila kekuatan selamanya. Dengan bantuan Cenarius, Malfurion mengurung Illidan dalam penjara bawah tanah, dimana dia tetap dirantai dan tak memiliki kekuatan sampai akhir dunia. Untuk menjaga penjara adiknya, Malfurion memberi kekuatan kepada Warden muda, Maeiv Shadowsong, untuk menjadi penjaga penjara pribadi Illidan.
Khawatir bahwa menghancurkan Mata Air yang baru akan mengakibatkan ledakan yang lebih hebat, para Night Elf memutuskan untuk membiarkannya. Sehingga, Malfurion mengumumkan bahwa mereka tidak akan pernah belajar seni sihir lagi. Dibawah pengawasan Cenarius, mereka mulai belajar seni kuno Druidism yang dapat membuat mereka menyembuhkan bumi dan menumbuhkan kembali hutan mereka di markas mereka di Gunung Hyjal.
Pohon Kehidupan dan Mimpi Emerald
9,000 tahun sebelum Warcraft I
Selama bertahun-tahun, para Night Elf bekerja tak kenal lelah untuk membangun rumah mereka. Membiarkan kuil yang hancur dan jalan untuk dibangun kembali, mereka membangun rumah baru mereka di gunung Hyjal. Lalu, para dragon yang selamat dari ledakan muncul ke permukaan dari persembunyian rahasia mereka.
Alexstasza si Merah, Ysera si Hijau, dan Nozdormu si Perunggu mencurahkan air kedalam Sumur para Druid dan memberikan buah-buahan kepada para pekerja Night Elf. Malfurion, yang telah menjadi pimpinan druid dengan kekuatan hebat, menyambut para Dragon Sakti dan memberitahu mereka tentang Mata Air Keabadian yang baru. Para dragon khawatir mendengar kabar buruk itu dan menyimpulkan bahwa selama Mata Air masih ada, pasukan Legion dapat datang kembali satu hari nanti dan menyerang dunia sekali lagi. Malfurion dan tiga Dragon yang tersisa mencari cara untuk menjaga Mata Air Keabadian dan menjamin bahwa Agen dari Burning Legion tidak akan menemukan jalan menuju dunia mereka.
Alexstasza, sang Pemberi Kehidupan, menyimpan sebuah benih kecil didalam hati Mata Air Keabadian. Benih itu, bereaksi dengan air sihir, kemudian tumbuh menjadi pohon yang sangat besar. Akar pohon itu tumbuh dari dalam Mata Air, dan daunnya menjadi atap di langit. Pohon besar itu kemudian menjadi simbol bahwa para Night Elf menyatu dengan alam, dan energi kehidupan yang disebarkan olehnya akan menyembuhkan bumi. Para night elf memberi pohon besar itu sebuah nama Nodrassil, yang artinya “Mahkota Surga” dalam bahasa mereka.
Nozdormu, yang Tak Mengenal Waktu, memberikan kekuatannya kepada Pohon Kehidupan untuk menjamin bahwa selama pohon itu tetap ada, para night elf tidak akan bertambah tua atau menjadi sakit.
Ysera, sang Pemimpi, juga memberikan kekuatan pada Pohon Kehidupan dengan menyambungkannya dengan alamnya, sebuah dimensi yang dikenal sebagai Mimpi Emerald. Di dalam Mimpi Emerald, adalah sebuah dunia arwah, berada diluar garis dunia nyata. Didalam alam itu, Ysera mengatur aliran alam dan evolusi dunia. Para night elf druids, termasuk Malfurion sendiri, terikat dengan Mimpi Emerald melalui Pohon Dunia. Sebagai bagian dari kekuatan mistik mereka, para Druids setuju untuk tidur selama beberapa abad sehingga arwah mereka dapat menjalani jalan dari Mimpi Ysera. Meskipun para druids akan kehilangan banyak waktu selama hibernasi, tapi mereka setuju dengan perjanjian Ysera.
Pengasingan para High Elf
7,300 tahun sebelum Warcaft I
Selama beratus-ratus tahun, kehidupan sosial baru para night elf tumbuh menjadi kuat dan menyebar kedalam hutan yang mereka sebut Ashenvale. Banyak mahluk dan spesies bersembunyi ketika ledakan, seperti furbolgs dan babi hutan, muncul kembali dan memenuhi daratan. Dibawah pimpinan para Druids, para night elf menikmati sebuah era kedamaian dan cahaya dibawah bintang langit.
Tetapi, banyak para Highborne yang selamat menjadi gelisah. Seperti Illidan, mereka menjadi korban dari kehilangan sumber sihir mereka. Mereka mencoba untuk menyerap energi dari Mata Air Keabadian dan kembali belajar sihir. Dath’Remar, pemimpin dari para Highborne, mulai menghina publisitas para Druid, memanggil mereka pengecut karena menolak sihir yang dia katakan itu adalah hak mereka. Malfurion dan para Druid mengabaikan argument Dath’Remar dan memperingatkan para Highborne bahwa siapapun yang menggunakan sihir akan dihukum dengan kematian. Dalam kegilaannya untuk meyakinkan para druid pada hukum mereka, Dath’Remar dan pengikutnya menciptakan badai sihir yang menyeramkan diatas Ashenvale.
Para druids tidak dapat mengakibatkan kematian lebih banyak para bangsa mereka, lalu mereka memutuskan untuk mengasingkan para Highborne dari daratan mereka. Dath’Remar dan pengikutnya, senang berpisah dari para sepupu mereka, menciptakan kapal khusus dan berlayar kelautan. Meskipun tidak ada yang tahu apa yang menunggu mereka dibalik lautan dan Maelstrom yang bergejolak, mereka bersemangat untuk membangun rumah baru, dimana mereka dapat mempraktekan sihir mereka tanpa gangguan. Para Highborne, atau Quel’dorei, sebutan mereka oleh Azshara dulu, berlabuh di daratan manusia yang disebut Lordaeron. Mereka berencana membangun kerajaan sihir sendiri, Quel’Thalas, dan menolak prinsip para night elf memuja bulan dan kehidupan malam. Selamanya, mereka akan memuja Matahari dan dikenal sebagai High Elf.
Para Sentinels dan Perjalanan Panjang
Dengan kepergian sebagian saudara mereka, para Night Elf mengalihkan perhatian mereka untuk menjaga kampung halaman baru mereka. Para Druids, merasa bahwa waktu mereka untuk berhibernasi semakin dekat, bersiap untuk tidur dan meninggalkan keluarga dan yang mereka cintai. Tyrande, yang telah menjadi Hight Priestess of Elune, meminta kekasihnya, Malfurion, untuk tidak meninggalkannya demi Ysera’s Emerald Dream. Tapi Malfurion, telah bersumpah untuk memasuki Dreamways, mengucapkan perpisahan dan bersumpah bahwa mereka tidak akan berpisah selama selalu saling mencintai.
Ditinggalkan sendiri untuk melindungi Kalimdor dari bahaya oleh dunia baru, Tyrande mengajarkan keahlian bertarung kepada saudari Night Elf nya. Ksatria wanita yang sangat terlatih dan tak kenal takut yang mempertahankan Kalimdor dikenal sebagai Para Sentinels. Meskipun mereka lebih senang berpatroli di hutan Ashenvale sendirian, mereka mempunyai banyak sekutu yang dapat mereka panggil dalam situasi darurat.
Sang Demigod Cenarius tetap tinggal disekitar Moonglades di Gunung Hyjal. Putranya, dikenal sebagai Sang Penjaga Alam atau Keeper of the Grove, selalu menjaga para Night Elf dan membantu Sentinel menjaga kedamaian. Bahkan putri pemalu Cenarius, para Dryads, ikut membantu dengan jumlah yang terus bertambah.
Tugas memerintah Ashenvale membuat Tyrande sibuk, tapi tanpa Malfurion disampingnya, dia tidak merasa nyaman. Selama beberapa abad ketika para Druids tertidur, dia takut bahwa invasi iblis kedua mulai tumbuh. Dia merasa bahwa pasukan Burning Legion masih diluar sana, dibalik Great Dark di langit, merencanakan balas dendam kepada para Night Elf dan Dunia Azeroth.
Link: http://bit.ly/cvkmob
Subscribe to:
Posts (Atom)